Tangan Winter terayun dalam tarikan tangan Paula yang baru datang. Paula mengajak Winter bepergian entah kemana. Dengan sikap tenang Winter bersikap seperti biasa, kaku dan penurut. Winter pergi mengikuti kemana Paula akan membawanya pergi hari ini.
Hal-hal mengejutkan tentang betapa buruknya sikap Paula mulai menjadi sesuatu yang biasa untuk jiwa Kimberly.
Kepribadian Paula sudah sering Winter temui dalam kehidupannya di masa lalu. Paula adalah jenis manusia yang paling mustahil untuk berubah, kecuali dalam keadaan terdesak atau kehidupannya benar-benar hancur.
Perubahan itu masih sangat kecil kemungkinan terjadi, bahkan ketika kehidupannya hancur sekalipun. Kemungkinan, Paula tidak akan pernah sadar jika kehancuran itu buah dari perbuatannya.
Paula akan menyalahkan dunia yang tidak adil menurutnya.
Usai menghasut Winter dan menekan Winter untuk kembali menjadi Winter yang dulu, lalu menamparnya. Kini Paula kembali bersikap biasa tidak menunjukan rasa malu ataupun memiliki rasa penyesalan sedikitpun.
Paula bersikap tidak terjadi apa-apa dan seolah perbuatannya adalah hal yang normal.
Apa yang Paula lakukan sekarang membuat jiwa Kimberly tersadar.
Paula tidak hanya ingin menghancurkan kepribadian Winter dan terus menekan Winter untuk menjadi manusia bodoh tidak berguna ini, lalu mengeruk uang-uang Winter seakan dia berhak dengan uang itu dan dia memiliki hak untuk menyingkirkan dunia Winter hanya karena alasan rasa iri.
Paula juga ringan tangan.
Tangannya melayang tanpa beban menampar dan mencengkram meski lebih banyak memeluk, namun di balik pelukan itu dia bisa saja menghunuskan senjata di belakang tubuh Winter.
Paula adalah sebuah pedang yang tajam dan berbahaya.
Pedang di ciptakan untuk membantu kehidupan, namun pedang juga adalah saksi peperangan darah dalam memperbutkan banyak kekuasaan. Tidak ada yang bisa mengalahkan pedang selain karatnya sendiri karena perjalanan waktu.
Winter tidak bisa menjadi karat yang membutuhkan waktu panjang untuk menghancurkan pedang.
Winter akan menjadi panasnya api yang dulu membentuk dan menciptakan pedang itu sendiri. Winter akan menjadi panas api lava yang melelehkan pedang itu hingga tak berbentuk.
Setajam apapun pedang, dia tidak akan pernah bisa menebas api. Semakin dia berusaha menebasnya, pedang itu akan meleleh karena panas.
Winter akan menghancurkan dunia Paula secara perlahan, sama seperti apa yang dia lakukan kepada Winter di masa lalu.
Apa yang Paula mimpikan tentang merebut dunia orang lain tidak akan pernah terwujud. Winter akan menghancurkan mimpi Paula.
Tidak ada yang mustahil di dunia ini. Hal-hal yang mustahil hanyalah sebuah keajabain. Namun keajaiban tidak akan pernah datang pada orang-orang jahat.
***
Lagi, lagi dan lagi Paula membawa Winter ke tempat yang mewah dimana tidak sembarangan orang bisa masuk dan bergabung.
Winter di bawa pergi ke sebuah restaurant yang berada di jantung kota. Mobil yang mereka tumpangi berhenti cukup jauh dari bangunan restorant. Mereka harus berjalan melewati sebuah kolam besar yang yang memiliki air mancur besar dan beberapa patung di atasnya.
Di sepanjang sisi jalan terdapat pohon yang menaungi mereka agar tidak kepanasan.
Langkah Paula terhenti tiba-tiba, gadis itu berbalik dan menatap Winter dengan hangat dan tersenyum. “Winter.” Paula meraih tangan Winter dan menggenggamnya.
Tanpa perlu Paula katakan, Winter sudah bisa merasakan kemana arah Paula akan berbicara.
“Hari ini aku mengundang teman-teman sekelasku untuk ikut makan bersama. Aku tidak menyangka jika mereka memilih restaurant yang mewah seperti ini. Aku tidak tahu makanan apa yang nanti akan mereka pilih. Kau tahu kan, aku tidak memiliki uang, bisakah kau membantuku?.” Tanya Paula dengan lembut dan berhati-hati.
Lagi, semuanya tentang uang.
Mengapa Paula tetap kekurangan uang meski dia terus menguras uang Winter?. Apakah Paula mengumpulkan uangnya untuk dia pakai jika nanti Winter tidak bisa di gunakan lagi?. Atau mungkin juga, uang yang Paula rampas dari Winter tidak cukup karena dia terlalu mengejar gaya dan standart hidup orang-orang kelas atas?.
Winter harus menyelidiki kemana uang Paula pergi.
Keterdiaman Winter membuat Paula mengguncangkan lengan Winter. Paula kembali berkata “Winter, kau mendengarkanku kan?.” Tanya Paula lagi.
Winter mengangguk setuju, namun semuanya harus ada balasan yang setimpal dengan apa yang Paula inginkan.
Winter membiarkan Paula mengenakan uangnya karena besok Paula tidak akan pernah bisa lagi merasakannya.
Winter mengizinkannya karena beberapa alasan.
Dia juga ingin tahu lingkaran pergaulan Paula dan melihat gaya hidupnya. Winter harus mengetahui celah kelemahan musuhnya dengan jelas agar rencana balas dendamnya berjalan dengan lancar.
“Terima kasih Winter. Kau memang sahabat terbaikku.” Paula tersenyum lebar terlihat sangat senang.
Winter ikut tersenyum meski di dalam hatinya berteriak keras memaki dan mengutuk Paula.
“Winter, saat nanti kau bertemu teman-temanku, kau tidak boleh banyak bicara. Apapun yang terjadi, biarkan saja, jangan membalasnya. Aku takut, jika kau membalasnya, nanti tidak hanya kau yang akan di repotkan, aku juga akan di permalukan. Ku mohon Winter, mengertilah. Kau paham?.”
“Jika kau merasa terbebani, aku akan pulang Paula.”
“Tidak Winter. Kau kan sahabatku, mana mungkin aku bersenang-senang tanpamu.”
Dari ucapan Paula, Winter bisa menyimpulkan bahwa kini Paula tengah merencanakan sesuatu untuk mempermalukan Winter lagi.
Paula tidak hanya ingin uang Winter yang membayar semuanya nanti, Paula juga ingin melakukan sesuatu terhadap Winter di hadapan semua orang.
Jika itu Mau Paula, Winter akan menerima tantangan gadis itu.
Jika diam-diam Paula bisa merencanakan sesuatu untuk mengerjai Winter. Winter juga akan diam-diam merencakanakan untuk membalas Paula.
Winter akan menciptakan peperangan dalam suasana yang senyap.
“Winter, kenapa kau diam saja?. Kau pahamkan apa yang aku inginkan?.” Tanya Paula.
“Aku paham Paula.”
“Satu lagi. Sebaiknya kau mengangguk saja setiap kali aku berbicara denganmu di hadapan mereka. Aku ingin melakukan ini agar kau tidak salah bicara dan membuat teman-temanku tidak memiliki kesempatan untuk berbuat buruk kepadamu.”
Sekali lagi Winter mengangguk memberikan Paula kepuasan dengan hayalan kecilnya yang berpkir bahwa selamanya dia akan terus merasakan uang-uang Winter dan memperbudak Winter, lalu mempermalukannya.
Paula dan Winter segera pergi memasuki restaurant itu.
Begitu masuk ke dalam restaurant, beberapa orang gadis cantik duduk berkumpul terlihat sudah menunggu kedatangan Paula. Mereka melambaikan tangan dan tersenyum lebar memanggil Paula untuk segera bergabung.
Beberapa di antara mereka sedikit berbisik terlihat sedikit kaget karena Paula membawa Winter. Akhir-akhir ini Winter menjadi pusat perhatian semua orang karena kontroversi dan juga keberanian terbarunya. Karena itulah kini mereka sedikit membicarakan kehadiran Winter ketika bersama Paula.
Winter menghela napasnya dalam-dalam, gadis itu melihat langkah percaya diri Paula yang mendahuluinya. Paula bersikap seperti gadis konglomerat, memakai pakaian mewah yang di belikan Winter, semua yang melekat pada tubuhnya menjadi pusat perhatian.
Sangat menggelikan.
Semakin Paula berusaha untuk terlihat luar biasa di hadapan teman-temannya, Paula semakin terlihat begitu menyedihkan karena dia terlalu berkhayal dengan semua kepalsuan dunianya dari hasil semua tindak kejahatannya.
Winter ikut menyusul mendekati teman-teman Paula yang kini terlihat sedikit segan untuk menyapa Winter. Jari mereka sangat mudah membuat komentar kebencian dengan akun anonym. Namun mereka tidak memiliki keberanian melakukannya di dunia nyata usai Benjamin menuntut siapapun ke jalur hukum jika mereka mengganggu Winter Benjamin.
Kedatangan Winter menjadi pusat perhatian beberapa orang karena akhir-akhir ini Winter sedang ramai di perbincangkan di media sekolah atas keberaniannya dalam menegur Gani.
Namun sesuai dengan yang Paula inginkan, Winter irit bicara dan berkata seperlunya.
Dengan anggun Paula duduk, dengan penuh percaya diri Paula memanggil waiter. Paula mendorong buku menu yang tersedia dan memberikannya kepada semua orang.
“Pesan apapun yang kalian inginkan, aku akan meneraktirnya.”
“Apa?. Benarkah?. Astaga, kau luar biasa.” Sambut Paula tampak kegirangan.
“Harganya sangat mahal, satu porsi makanan seharga uang jajanku selama satu minggu. Bagaimana ini?.” Tanya teman Paula yang lain.
“Jangan memikirkannya. Pesan saja jika kau mau.”
Teman-teman Paula tampak terkejut dan terkesima dengan kedermawanan Paula yang meneraktir mereka. Kedermawanan Paula membuat semua orang memujinya dan menyoroti pakaiannya dengan menanyakan jam tangan hingga perhiasan mewah yang dia kenakan dan meminta rekomendasi Paula.
Paula menolaknya dengan sangat pandai. Paula bersikap seperti orang kaya yang low profil, kepandaiannya dalam berakting membuat semua orang kian percaya betapa kayanya Paula.
Sudah cukup lama mereka berbicara, pada akhirnya Paula melihat Winter yang sejak tadi diam menuruti apa yang Paula inginkan.
“Astaga, maaf aku hampir melupakanmu. Winter, kau mau memesan apa?.” Tanya Paula.
Semua orang sudah memilih makanan mereka, kini tinggal Winter yang belum memilih karena terlalu di abaikan.
Winter yang membuka menu makanan menatap biasa semua menu makanan yang tersedia, “Aku hanya ingin juss jeruk dengan daun stevia.”
“Winter. Kau tidak perlu malu, pilih saja makanan kesukaanmu, aku tidak keberatan jika meja ini di penuhi oleh makananmu. Makanlah seperti biasa, aku tidak keberatan.” Ucap Paula terdengar perhatian namun seperti membuka aib Winter.
Beberapa orang menutup mulut mereka sambil menahan tawa.
“Tidak, aku pesan itu saja.” Jawab Winter dengan senyuman.
Kening Paula mengerut samar. Bukan itu jawaban yang dia inginkan!. Padahal Winter setuju untuk mengangguk saja dan setuju dengan apapun yang Paula katakan kepadanya.
“Winter, kami tidak keberatan. Jangan malu, makan saja apapun yang kau mau.” Timpal salah satu seorang gadis.
“Sudah aku katakan. Aku ingin itu.” Tegas Winter mulai memantik sedikit peperangan dengan Paula.
“Winter bagaimana bisa kami memesan makan dan minuman sementara kau hanya ingin minum saja?.” Tanya teman Paula.
“Kenapa?” tanya balik Winter. “Jangan berpikir bahwa dalam situasi apapun orang gemuk selalu banyak makan. Kecuali, orang yang tidak memiliki harga diri, karena dalam situasi apapun dia akan tidak tahu malu.” Jawab Winter dengan senyuman lebar.
Paula yang semula percaya diri langsung bungkam karena merasa tersindir. Paula merasakannya. Akhir-akhir ini dia selalu mendengarkan sindiran Winter yang mengarah kepadanya.
Semua masalah yang terjadi di antara mereka sudah selesai, termasuk kejadian di atas gedung sekolah itu. Namun mengapa Paula tetap merasakan ada sesuatu yang berbeda.
“Apa yang Winter katakan benar. Biarkan dia memesan itu saja.” Seru Paula dengan senyuman yang memaksakan.
Semakin banyak Winter berbicara, Paula akan menganggapnya sebagai hal yang salah. Paula akan memperhitungkannya dan menghukum kekurang ajaran Winter yang sudah berani melawan perintahnya.
***
Para gadis yang berkumpul terlihat sangat senang membicarakan hal-hal yang membosankan bagi jiwa Kimberly.
Winter diam dalam keramaian orang-orang yang berbicara tanpa mempedulikan keberadaannya, atau mungkin mereka memang menganggap Winter tidak ada di antara mereka.
Winter mendengus geli teringat kenangan kecilnya di masa lalu.
Dulu, saat dia menjadi Kimberly, dia adalah pusat perhatian, semua pandangan tertuju kepadanya dan mengatakan betapa luar biasanya hidup Kimberly yang sempurna. Orang-orang berlomba-lomba berusaha untuk mengikuti gaya berpakaian, riasan dan gaya rambut Kimberly seakan dia adalah kiblat kecantikan.
Kini, dia menjadi Winter Benjamin, seseorang yang tidak di anggap keberadaannya, orang-orang menganggapnya tidak ada. Jangankan untuk berbicara, untuk menatap sekalipun mereka terlihat enggan.
Betapa menyedihkannya kehidupan Winter.
Winter memiliki segalanya, bahkan dia jika dia mau, dia bisa membeli sebuah pertemanan dengan uangnya, namun mengapa dia menjalani kehidupannya dalam kesepian di tengah ramainya dunia?.
Ada apa sebenarnya dengan Winter?.
Beberapa orang waiters datang, mereka mendorong meja dan meletakan semua makanan di meja, termasuk dengan juss Winter. Semua orang tampak bahagia dan mulai makan sambil berbincang, kecuali Winter, dia tidak menyentuh juss itu dan hanya diam.
Menyadari keterdiaman Winter yang tidak melakukan apapun membuat Paula semakin di buat tidak senang.
Paula sudah di buat tidak senang karena Winter yang biasanya banyak makan hanya memesan juss saja, dan kini juss pesanan Winter tidak di sentuhnya sama sekali.
“Winter, kenapa kau diam saja?. Minumlah.”
Winter segera mengambil gelas itu, setiap apapun yang dia lakukan tidak lepas dari pandangan Paula yang kini memperhatikan Winter tengah mengaduk jussnya dan meminumnya.
Reaksi di wajah Paula berubah semakin kesal karena minuman di dalam gelas tidak berkurang sedikitpun. Winter berpura-pura minum.
Selera makan Paula mendadak hilang karena Winter kembali membangkang perintahnya. Winter sudah berani membohonginya.
“Ini sangat mewah, Paula. Apakah kau benar-benar serius meneraktir kami makanan semahal ini?.” Tanya teman Paula yang membuat Paula kembali memfokuskan perhatiannya kepada teman-temannya.
“Apa kalian tidak suka?.”
“Tentu saja kami suka. Tapi ini terlalu mewah untukku, aku hanya makan disini satu bulan sekali.”
“Apa aku boleh memesan dessert terbaik di sini?. Ibuku selalu memesan dessert black forest cake disini.” Seru teman Paula yang lain.
“Pesan apapun yang kalin mau.” Jawab Paula tanpa keraguan.
“Astaga, sangat menyenangkan menjadi anak konglomerat.” Tawa teman Paula memuji kedermawanan Paula yang memperbolehkan teman-temannya memesan apapun yang mereka mau.
Paula tersenyum lebar terlihat terlihat senang dengan pujian yang mengarahnya kepadanya.
To Be Continue..