BAB 14: Ratu Sekolah

1694 Words
Charlie melihat sebuah computer sambil menopang dagunya, gadis itu melihat apa yang sedang ramai di perbincangkan. Wajah Winter yang terpampang jelas di video membuat Rachel teringat pertemuan singkat mereka di atap. Percakapan singkatnya dengan Winter cukup membekas di ingatan Rachel dan membuat Charlie berpikir bahwa Winter berkarakter. Winter memiliki aura yang kuat dan dominan, itu sangat jarang dia lihat dari seorang wanita. Tanpa berpikir, Charlie langsung memasukan identitasnya dan mendukung menandatangi petisi yang di buat. Diam-diam Charlie melihat keberadaan Hendery yang kini hanya duduk dan membaca buku, sikap teman sekelasnya itu berubah semenjak mendapatkan scandal dengan Winter Benjamin. Hendery terlihat lebih banyak merenung apalagi setelah berkenalan dengan gadis yang bernama Paula. *** Winter berdiri di depan sebuah layar, dia menggeser-gesernya beberapa kali untuk memilih beberapa jenis buah, Winter memilih segelas juss tanpa gula dan menggantikannya dengan daun stevia. Begitu sudah mendapatkan nomer antriannya, Winter segera duduk dan menunggu. Sejak satu jam yang lalu Winter sudah merasakan banyak perhatian orang-orang tertuju kepada dirinya. Winter bersikap acuh dan sama sekali tidak malu. Di masa lalu, Kimberly adalah pusat perhatian. Menjadi pusat perhatian adalah hal yang biasa bagi Kimberly. Justru ini yang dia inginkan. Winter harus menjadi pusat perhatian semua orang agar mereka tidak salah menilai sebuah kecantikan. Cantik itu luas, semua orang memiliki sudut pandang yang berbeda dengan definisi kecantikan. Wanita harus memiliki pendirian dafinisi sendiri mengenai mengenai kecantikan sendiri, kecantikan tidak boleh di dikte apalagi di ukur oleh siapapun. Cantik tidak hanya berkaitan dengan wajah indah, tubuh indah, wanita akan terlihat cantik ketika dia menyenangkan, wanita akan terlihat cantik ketika dia baik hati dan mampu menempatkan kehormatannya dengan cara yang tepat, wanita akan terlihat cantik ketika dia cerdas dan mandiri,  wanita akan terlihat cantik saat dia ambisius dan memiliki mimpi yang besar, wanita juga akan terlihat cantik ketika dia menjadi seorang ibu rumah tangga. Winter kembali terbangun dan mengambil juss yang di pesannya sudah jadi. Winter memilih pergi keluar untuk melihat apa yang bisa dia lihat. Setelah menendang bola pada Selina, lantas tidak membuat Winter diam saja dan berpikir bahwa masalah akan berakhir begitu saja. Winter meminta Nai untuk mencari tahu siapa Selina, tidak hanya itu, dia juga meminta Nai untuk mencari informasi siapa saja yang memiliki kekuasaan di sekolahnya. Winter harus mengatur strategi, dia tidak boleh bertindak sembarangan sebelum mengetahui siapa musuh dia sebenarnya. Langkah Winter terhenti ketika tidak sengaja berpas-pasan dengan Marvelo. “Velo.” Panggil Winter dengan sedikit keras. Marvelo membuang mukanya berpura-pura tidak mendengar dan tidak mengenal Winter. Melihat sikap angkuh Marvelo, Winter merasa sangat tertantang. “Aku punya salinan videonya di handponeku, kau mau aku menyebarkannya sekarang?.” Marvelo langsung berbalik. Lagi-lagi Winter mengancamnya dan bersikap menyebalkan kepada Marvelo. Dengan langkah lebar dia kembali dan menarik tangan Winter, membawa gadis itu ke halaman sekolah yang tampak sepi. “Apa maumu?.” Tanya Marvelo dengan ekspresi dingin. “Astaga, santailah. Aku tidak akan melakukan apapun.” “Jangan bertele-tele Winter.” “Aku hanya mau berterima kasih, aku tahu kau sengaja memberikan bola itu. Aku tidak tahu alasanmu, namun aku berterima kasih.” Sesaat Marvelo terdiam dan memperhatikan sebelah hidung Winter masih merah kontras. Marvelo memang sengaja melakukannya agar Winter bisa olahraga sendirian tanpa di ganggu orang lain, namun yang terjadi di luar dugaannya, Winter malah menendang bolanya. “Itu kan yang kau mau?. Terkenal dan menjadi pusat perhatian. Jika kau berterima kasih, hapus semua video dan photoku.” Jawab Marvelo. “Oh tidak bisa. Kau harus menceritakan dulu apa yang kau lihat atau kau memperkenalkan aku pada orang-orang populer di sekolah.” “Apa maumu sebenarnya Winter?.” tanya Marvelo serius. “Berubah.” Jawab Winter dengan tegas. “Sebagai manusia aku harus berubah.” jawab Winter tidak kalah serius dengan pertanyaan Marvelo. Tubuh Marvelo menegang, apa yang di katakan Winter tidak pernah sekalipun dia dengar selama ini dari mulut gadis itu. “Aku akan menceritakannya jika kau bisa membuktikan ucapanmu untuk berubah.” Jawab Marvelo seraya menunjuk wajah Winter. Pria itu segera pergi meninggalkan Winter sendirian. Winter menyeruput juss sambil melihat kepergian Marvelo, di balik sifatnya yang acuh dan terkesan ketus, entah mengapa Winter tidak merasakan kebencian apapun di mata pria itu. Justru Winter merasakan ada sebuah kepedulian yang mungkin saja tidak bisa Marvelo jelaskan kepadanya. “Winter!.” Winter melihat ke sisi, melihat kedatangan Paula yang kini berjalan kearahnya dengan tergesa. “Winter, aku mendengar beritamu. Bagaimana kabarmu?. Ya Tuhan aku sangat khawatir padamu.” Ekpresi sedih dan sorot mata yang di penuhi kekhawatiran sangat andal Paula tunjukan kepada Winter. Paula adalah aktris terbaik dalam acting, jika dia berada di dunia hiburan, mungkin Paula akan mendapatkan penghargaan. “Aku baik-baik saja.” Jawab Winter terbata, Winter sendiri berakting seperti Winter yang biasanya agar tidak menimbulkan kecurigaan. “Darimana kau belajar berdebat seperti itu?. Itu bukan dirimu.” “Aku menonton acara televisi akhir-akhir ini.” Dusta Winter dengan mulus. “Kenapa kau tersenyum?. Apa kau bangga dengan tindakanmu barusan?.” Winter mengangguk kecil berpura-pura malu. “Kau salah besar Winter. Apa yang telah kau lakukan dengan menjadi so keren dan so berani tadi hanya akan membuat keributan lagi, semua orang kembali membicarakanmu. Bukankah kau tidak suka menjadi pusat perhatian?.” “Apa aku salah?.” “Tentu saja salah. Seharusnya kau diam saja saat di perlakukan buruk agar semuanya tenang untuk kehidupanmu di sekolah. Kau memiliki hati yang kuat, kau bukan pendendam, seharunya kau menggunakan hatimu.” Nasihat Paula dengan setumpuk nasihat yang mendorong Winter menjadi buruk dan terpuruk. “Kenapa aku tidak boleh melawan?. Aku lelah Paula.” “Winter!. sejak kapan kau bertanya alasan pendapatku?. Aku melakukannya demi kebaikan hidupmu.” Nada suara Paula sedikit meninggi karena Winter jadi lebih banyak membantah. “Melawan juga akan membuatku berhenti di permalukan dan di remehkan.” “Tapi kau sendirian Winter. Tidak ada yang peduli dan menyukaimu di sekolah ini selain aku, jika kau terlibat masalah dengan melawan mereka, kau akan semakin kesulitan disini.” Tangan Winter terkepal, ucapan Paula sangat keterlaluan. Paula terus menekan Winter dan berusaha mendoktrinnya agar Winter berpikir di sekolah ini hanya Paula yang peduli kepadanya. Paula juga terus membentuk Winter untuk diam saja saat di perlakukan dengan buruk.  “Aku senang dengan perhatianmu Paula. Namun aku berpikir aku tidak ingin selamanya menjadi gadis yang payah dengan cara diam dan bersembunyi.” Jawab Winter lagi masih dengan tenang dan mengacaukan alur permainan Paula sedikit demi sedikit. PLAK Satu tamparan tidak terduga tiba-tiba mendarat di pipi Winter. Paula tidak dapat menahan kekesalannya dengan Winter yang kini membangkang ucapannya, Paula tidak dapat mengontrol diri dan akhirnya menampar Winter. Wajah Winter terasa memanas sebelah, gadis itu terpaku kaget dengan tindakan Paula yang rupanya bermain tangan juga. Winter harus mengatur napasnya secara perlahan meski di dalam hatinya, meski jiwa Kimberly sudah sangat memberontak ingin menarik rambut Paula hingga tercabut dari kulit kepalanya. “Winter, maafkan aku. Aku terlalu marah.” Bisik Paula yang kini kembali pandai menunjukan perasaan bersalah dan bersedihnya. Paula meraih tangan Winter dan menggenggamnya. “Aku marah karena aku terlalu khawatir padamu. Berjanjilan jika kau akan menjadi Winter yang dulu lagi” pinta Paula dengan serius. Dengan hati yang bergejolak Winter masih berpura-pura untuk terlihat biasa meski rasa muak dan marah hampir seperti akan meledak di kepalanya. Winter akhirnya mengangguk menyetujui keinginan Paula. *** Winter berdiri di depan sebuah layar televisi di belakang gedung sekolah, tangannya bergerak menggeser-geser layar untuk membaca beberapa berita sekolah dan beberapa pengumuman. Perhatian Winter terfokus pada sebuah pengumuman bahwa sebentar lagi akan di buka kembali ajang pencarian ratu sekolah yang baru dengan berbagai persyaratan. Bibir mungil Winter tersenyum lebar, gadis itu merasa tertarik untuk mengikutinya. Melalui ajang itu, dia akan mengubah dunia Winter dan menuntaskan balas dendamnya. Kimberly akan mendobrak penilaian semua orang mengenai seorang Winter Benjamin melalu ajang ratu sekolah. Ini adalah tantangan yang menarik untuknya. “Kau ingin mengikutinya?.” Winter menengadahkan kepalanya dan melihat keberadaan Hendery yang berada di sampingnya, entah sejak kapan pria itu datang dan ikut membaca apa yang Winter baca. “Kenapa?.” Tanya balik Winter dengan suara dingin. “Aku hanya bertanya.” Jawab Hendery lagi dengan tenang. Pria itu tidak melontarkan ejekan dan juga tidak berpura-pura baik seperti terakhir kali mereka bertemu. “Aku akan mengikutinya.” Jawab Winter dengan tegas. “Apa kau yakin?.” “Itu bukan urusanmu.” Winter mundur dalam beberapa langkah dan segera pergi. Melihat sorot mata Winter yang dingin dan sikapnya yang acuh, Hendery merasa sedikit terganggu. Sudah lama dia merasakan tatapan hangat Winter yang selalu memperhatikannya setiap hari, Hendery merindukan langkah kakinya berlari dan sering bersembunyi di balik tembok setiap kali Hendery melihat ke belakang. Hendery merindukan beberapa tulisan yang diam-diam Winter masukan ke dalam lokernya. Hendery merindukan semu merah di pipinya setiap kali tidak sengaja saling melihat. Kini Winter sangat asing, semua yang pernah dia lakukan tidak pernah terlihat lagi. Hendery tidak pernah membencinya, Winter akan menjadi teman yang baik karena kepolosan dan ketulusannya. Andai saja saat itu dia tidak berada dalam posisi yang tersudutkan, Hendery tidak akan berbicara kasar kepada Winter di depan semua orang hingga membuat Winter menjadi bahan perguningan semua orang. Saat itu, Paula datang kepada Hendery dan menunjukan sebuah bukti Hendery kecanduan obat terlarang. Hendery lari ke dalam dunia obat terlarang karena sebuah depresi yang mengganggunya setelah kedua orang tuanya bercerai dan menelantarkannya. Gangguan kecemasan dan suasana hati yang tidak terkendali selama berbulan-bulan membuat dokter memutuskan untuk memberikan dia obat penenang. Hendery merasa cukup ketakutan karena bukti itu akan membuat Hendery bisa pihak sekolah meminta penjelasan kepada orang tua Hendery. Jika orang tua Hendery tahu, mungkin itu akan menjadi masalah lagi bagi mereka padahal mereka baru saja rujuk. Hendery tidak ingin kedua orang tuanya kembali bertengkar dan berpisah lagi karena dia. Hendery melakukan apa yang Paula inginkan, termasuk meminta maaf kepada Winter dengan cara yang buruk. Kini Hendery sudah bisa berbicara kepada orang tuanya di bantu oleh psikolog, kedua orang tuanya menerima Hendery bahkan mereka menjadi lebih memperhatikan Hendery. Masalah sudah selesai. Namun masalahnya dengan Winter tidak akan pernah selesai meski dengan Hendery meminta maaf. “Hendery.” Sebuah tangan menepuk bahu Hendery yang kini tengah melamun melihat kepergian Winter yang sudah tidak terlihat lagi. Hendery melihat ke sisi dan menatap dingin temannya. “Ayo pergi.” To Be Continue..
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD