Salju yang turun terasa cukup dingin, Winter berjalan di bawah pohon-pohon yang bercahaya di penuhi lampu. Jalan setapak yang di pijakinya terhiasi cahaya neon yang menunjukan arah.
Pemandangan kota di malam hari terasa sangat damai, orang-orang lebih sibuk menghangatkan diri dan banyak berbicara dengan teman-teman mereka sepulang bekerja.
Winter berjalan dengan pelan di sampin Marius. Marius hanya mengajak Winter pergi keluar berjalan-jalan melihat keramaian sejak sepuluh menit yang lalu.
“Kenapa kau terus mengajakku berjalan?.” Tanya Winter penasaran.
“Bukankah kau ingin kurus?. Berjalan baik untukmu.”
Winter berdecih, “Yang harus berjalan itu kau, bukan aku.” Jawab Winter kembali berkata kasar. Namun anehnya Marius tertawa merasa terhibur.
“Kenapa kau tidak marah dengan ucapanku?.” Tanya Winter lagi.
Marius mengusap beberapa salju yang menyentuh permukaan jaketnya. Pria itu tersenyum, “Karena kau tidak mengenalku dan tidak mengasihaniku. Orang-orang yang mengenalku hanya mengingat betapa menyedihkannya kehidupanku.”
“Apa kau di kenal banyak orang?.”
“Mungkin begitu.”
“Kau seorang selebiriti?.”
“Bukan. Namun media mengenalku.”
“Tidak mudah menjadi seseorang yang di kenal banyak orang. Kebahagiaan dan kesedihanmu adalah sumber berita bagi media. Hal baik yang tersorot harus selamanya baik seakan itulah imagemu, hal buruk yang tersorot adalah bahan gunjingan yang bisa di ungkit kapanpun karena jejak digital memiliki memori yang lebih panjang dari usiamu sendiri.” Jawab Winter yang tanpa sadar menceritakan bagaimana dulu dia menjalani kehidupannya sebagai Kimberly Feodora.
Dulu..
Semua yang Kimberly lakukan semasa hidup selalu di kejar media dan di jadikan berita. Saat dia berbuat baik, semua orang memujanya dan menganggap dia wanita berhati malaikat. Dan ketika ada scandal yang menjerat Kimberly, semua orang menggunjingnya seakan mereka berhak menghukum dirinya, gunjingan itu tidak berhenti sampai pada akhirnya Kimberly meninggal.
Dan semua perjalanan kehidupan Kimberly hingga Kimberly meninggal, dan juga ketika semua kebenaran terungkap, semua catatan sejarah itu masih tersimpan di semua dunia digital meski tubuh Kimberly sudah termakan tanah.
“Cara bicaramu tidak seperti gadis remaja pada umumnya.” Marius berkomentar.
“Aku mau minum. Kau bisa mengantarku ke bar?.” Tanya Winter yang tiba-tiba mengalihkan pembicaraannya. Winter tidak ingin identitasnya di curigai sedikitpun apalagi sampai terbongkar.
Marius langsung mendongkakan kepalanya, pria tidak pernah habis pikir dan harus di buat kaget dengan kata-kata yang selalu tidak terduga keluar dari mulut Winter. Bahkan kini Winter menunjukan ekpresi datar seakan apa yang dia katakan bukan hal yang salah.
“Kau masih di bawah umur.” Jawab Marius.
“Dua minggu lagi aku delapan belas tahun.”
“Maka pergilah minggu depan.”
“Aku mau sekarang.” tekan Winter.
“Apa kau serius?.”
“Katakan dengan jelas. Kau bisa mengantarku atau tidak?. Jika tidak, aku akan meminta bantuan orang lain.” Jawab Winter yang tidak suka bertele-tele.
Marius mendengus geli, gaya memerintah Winter dengan nada angkuhnya sedikit menghibur dirinya. Winter meminta Marius menemaninya ke bar karena dia masih berada di bawah umur.
“Aku akan mengantarmu. Asal, kau harus janji dulu tidak akan mabuk.” Pinta Marius yang secara tidak langusung menyetujui keinginan Winter.
“Hanya tiga gelas.” Winter mulai bernegoisasi.
“tidak. hanya, satu gelas.”
“Oke.” Jawab Winter langsung sepakat.
Winter mendongkak melihat cahaya indah di antara dedaunan, rasa sedih dan sakit hati yang sempat dia rasa kini menghilang entah kemana.
Namun memang lebih baik kesedihan itu menghilang karena kini dia tidak memiliki urusan apapun dengan orang-orang yang dulu berada di dalam kehidupannya ketika masih menjadi seorang Kimberly.
“Ayo.” Ajak Marius.
“Tunggu.” Winter menarik sisi kursi roda Marius dan segera berdiri berhadapan dengannya.
Dengan terburu-buru Winter mengeluarkan beberapa alat makeup dari tasnya. Gadis itu langsung membungkuk di hadapan Marius terlihat bersiap-siap untuk berdandan.
“Pegang.” Pinta Winter seraya memberikan cermin kecil.
Marius terpaku, pria itu tidak dapat berkata-kata karena kaget, namun tanpa bertanya dia tetap memegangi cermin itu dan mengarahkannya pada wajah Winter yang kini membersihkan wajahnya dan mengulanginya dengan riasan baru yang tebal.
Dengan percaya diri Winter langsung meriasi wajahnya tanpa mempedulikan tatapan lekat Marius yang terhibur dengan apa yang Winter lakukan sekarang, bahkan beberapa pejalan kaki sempat melihat kearah mereka.
Marius beberapa kali harus membuang muka agar tidak ada yang mengenalinya.
“Kenapa kau merias diri?.” Tanya Marius.
Winter menyeringai sambil mengusapkan eyeshadow hitam di area matanya. “Aku ini terlalu cantik dan muda, untuk masuk kesana aku harus terlihat tua.”
Marius tertawa. Jawaban spontan Winter menghibur dirinya, sikap Winter membuat Marius seperti mengurangi perasaan rindu yang selama ini terbelenggu di hatinya.
***
Senyuman sumringah terpancar di lengkungan bibir Winter, gadis itu terlihat sangat senang karena setelah beberapa hari terbelenggu dengan kehidupan anak remaja yang menghabiskan waktunya untuk belajar, sekolah dan mengatasi hama-hama kecil yang sedikit mengganggu.
Kini dia akhirnya bisa mencium aroma alcohol, kebebasan, kesenangan yang dulu sering dia rasakan ketika masih menjadi seorang Kimberly Feodora.
Riasan tebal Winter terlihat mencolok, dia tidak terlihat dewasa dengan warna hitam di sekitar matanya, lipstick hitam dan lensa mata yang berwarna hitam. Rambut panjang Winter terurai menyapu bahunya.
Suasana tenang, dan aroma alcohol sangat kuat tercium, kemewahan yang terpancar di setiap hal yang bisa di lihat Winter, orang-orang yang datang terlihat lebih berkelas.
Senyuman lebar dan mata berbinar Winter tidak luput dari perhatian Marius yang sejak tadi menatapnya. Ada getaran yang aneh bisa Marius rasakan dari gadis itu.
Gadis itu mampu membangun suasana di antara mereka meski tidak banyak percakapan yang terjadi.
Rumor mengatakan jika Winter adalah gadis kuno, bodoh dan pemalu, mudah di tindas untuk di bully hingga banyak viedo memalukan tersebar luas tentang dirinya meski kini sudah di tarik karena kekuasaan ayahnya.
Rumor menciptakan jika segala sesuatu yang buruk melekat pada diri seorang Winter. Namun apa yang Marius lihat sekarang?. Winter tidak seperti itu. Winter tidak seperti rumor yang beredar.
Bahkan mereka baru bertemu tiga kali, dan kini mereka bisa terlihat akrab.
Marius tidak munafik. Dia hanya tertarik menghabiskan waktunya dengan wanita yang berpenampilan menarik dan cantik, juga berkelas. Marius harus bicara dengan wanita yang enak untuk dia pandang terlebih dahulu, baru dia akan mengulik pikiran dan hatinya.
Namun mengapa kini dia bisa memutuskan menghabiskan waktunya bersama gadis kecil yang tidak menarik seperti Winter?.
Selain di bawah umur, di balik pakain yang sempurna, Winter tidak memiliki tubuh yang menarik meski wajahnya cantik.
Marius tidak memperhatikan kekurangannya itu.
Saat pertama kali bicara dengan Winter, untuk pertama kalinya dia tidak melihat seorang wanita dari fisiknya terlebih dahulu. Marius mau berbicara dengan Winter karena gadis itu memiliki jawaban tegas di setiap apa yang dia ucapkan, di balik kata-kata kasar yang sering terlontar dari mulutnya, Marius tidak menemukan sebuah penghinaan karena apa yang di katakan Winter adalah sebuah kenyataan.
Yang lebih menarik..
Tindakannya Winter, tatapannya, ucapannya, dia bukanlah anak kecil. Marius yakin betul dengan itu.
Winter mengangkat tangannya, dia memesan segelas gin dan rum kepada bartender.
“Tidak sepantasnya kau memesan minuman dengan kadar alcohol yang tinggi. Jika terjadi sesuatu kepadamu saat mabuk, kau tidak hanya akan membuat masalah, namun membuat catatan yang menyulitkan kehidupanmu nanti.” Ucap Marius mengingatkan.
Winter mendengus. “Aku peminum yang hebat.”
“Sejak usia berapa kau minum?.”
Winter terdiam, dia teringat saat hidup sebagai Kimberly Feodora. Dia minum sejak berusia dua puluh tahun, pada saat itu Kimberly sudah menjalani kariernya sebagai model biasa.
Kimberly yang tidak memiliki background keluarga terpandang, dia juga tidak memiliki banyak uang, karena itulah dia harus bertahan di bawah telunjuk orang-orang yang memiliki kekuatan.
Setiap kali Kimberly dia ajak minum bersama, dia tidak bisa menolak karena jika dia menolak kehidupannya akan terganggu.
Kimberly akan menerima minuman yang di berikan teman-teman modelnya yang sudah terkenal, dia juga menerima minuman dari beberapa petinggi. Namun, Kimberly harus tetap terjaga dan kuat agar dia tidak tumbang karena jika dia tumbang, mungkin orang-orang jahat akan melakukan pelecehan atau mengambil photo memalukan yang bisa di jadikan scandal jika nanti karier Kimberly meroket.
Kimberly bertahan dan selalu berusaha terjaga dalam keadaan apapun sampai akhirnya dia menjadi seseorang yang sangat kuat minum.
Dunia hiburan sangat gelap, siapapun yang melakukan segala hal dengan bersih dan hanya bekerja keras, itu semua tidak cukup karena mereka bisa tumbang.
Siapa saja yang bisa bertahan, mereka adalah yang terkuat.
Public tidak membutuhkan kebenaran, apa yang mereka lihat di media, itu adalah kebenaran bagi mereka.
Winter mengenyahkan pikiran kecilnya mengenai kenangan kecilnya di masa lalu. “Aku baru mencobanya, tapi aku percaya dengan kekuatan tubuhku.”
Jawaban Winter membuat Marius langsung meminta dua gelas kosong kepada bartender, Marius menuangkan setengah-setengah gelas gin dan rum ke gelasnya.
“Apa yang kau lakukan!” Winter protes dan terlihat tidak terima dengan apa yang Marius lakukan.
“Kau sudah sepakat untuk meminum segelas. Jika kau melanggar, aku akan membuka identitasmu.”
Winter langsung cemberut kesal, namun dia tidak dapat protes dan segera meminum-minumannya.
“Apa pekerjaanmu?.” Tanya Winter membuka percakapan.
Marius ikut meminum setengah gelas gin secara perlahan, bola matanya bergerak melihat keterampilan cara minum Winter yang tidak bisa berbohong jika itu bukan pertama kalinya Winter minum.
“Aku seorang pengangguran.”
Seusai mengalami kecelakaan dan pensiun dari dunia balap karena alasan kesehatan yang membutuhkan waktu lama dalam penyembuhan, Marius tidak melakukan apapun, dia menolak beberapa tim besar balapan untuk menjadi penguji mesin.
Marius hanya menghabiskan waktunya dalam kebingungan seperti manusia tanpa arah, semua hasil kerjanya selama berkarier di dunia balap Marius gunakan untuk membeli beberapa saham perusahaan starup.
Selain itu, tidak ada yang dia lakukan.
“Benarkah?.”
“Tidak ada yang aku lakukan. Aku hanya belajar berjalan seperti bayi di setiap hari. Karena itu aku pengangguran.” Jawab Marius menekankan.
Winter tertawa mendengar jawab Marius, tidak banyak orang bisa percaya diri dan mengaku bahwa dia adalah seorang pengangguran. Terlepas dari apa yang di katakan Marius bohong atau tidak.
Neydish adalah negara yang sangat terbuka dalam pekerjaan, perusahaan tidak melihat dari mana pekerja sekolah, seberapa tua usia mereka, apakah mereka disabilitas atau cacat karena korban kecelakaan.
Selama mereka mampu bersaing dan bisa bekerja dengan baik, juga menjadi pekerjaan yang di butuhkan perusahaan, perusahaan akan menerima mereka.
Winter mengambil gelas rum miliknya dan meminumnya, rasa yang kuat menarik setiap inch lidahnya membuat Winter semakin terjaga.
“Permisi. Kau Marius?.”
Dua orang pria bertubuh besar datang menyapa. Marius mendongkak dan tersenyum samar.
“Aku penggemar beratmu, apa boleh aku meminta photo bersama?.”
“Boleh.”
Winter yang menyaksikan kejadian di depannya di buat terdiam dan bertanya-tanya, mengapa Marius di mintai photo?. Siapa dia sebenarnya?.
Satu persatu orang mulai berkumpul mengerubuni Marius, mereka terlihat berantusias dan mengantri meminta photo dan tanda tangan.
Winter yang semula hanya diam dan memperhatikan Marius, tiba-tiba dia langsung panik karena tidak sengaja melihat Vincent dengan teman wanitanya datang ke bar. Mereka berdua terlihat berjalan kearah Winter.
Detak jantung Winter langsung memacu dengan cepat karena Vincent semakin dekat kearahnya dan melihat kesekitar.
Repleks tangan Winter mengambil gelas rum milik Marius, Winter membasuhkan air rum itu pada wajahnya dan mengusapnya hingga membuat semua riasan serba hitamnya meluntur di wajahnya, bahkan Winter tidak dapat membuka matanya karena dingin dari es dan perih dari air perasan jeruk nipis yang tercampur dengan rum.
Noda hitam yang memenuhi wajah Winter membuat Vincent yang sempat melihat Winter hampir melompat kaget. Bahkan Vincent langsung menarik tangan teman wanitanya untuk berjalan dengan cepat karena takut melihat riasan aneh wanita di depannya yang tidak lain tidak bukan adalah Winter, adiknya sendiri.
To Be Continue..