Winter mengusap air matanya dan tersenyum pedih, gadis itu pergi ke tempat lain melihat buku-buku diari Kimberly yang terpajang di museum. Winter dapat melihat beberapa buku tulisan Kimberly dan beberapa kertas yang terpajang memperlihatkan tulisan tangan seorang Kimberly di masa-masa terberat dalam hidupnya yang harus menjalani segalanya sendirian.
Kimberly di pecat dari agensy, manager yang memegang keuangannya membawa kabur semuanya, kebencian yang kian membesar dan tumpukan hutang mencekiknya.
Catatan kecil penuh kepedihan di masa-masa terakhir kehidupannya itu tertuang dalam beberapa lembar kertas yang di simpan dengan rapi.
Winter terdiam memperhatikan satu persatu buku diari yang sangat dia kenal.
Beberapa orang yang berada di samping Winter segera dan memberikan Winter kesempatan untuk melihat isi buku.
Winter berdiri di depan dinding yang menyediakan sebuah layar besar. Winter mengusap layar, membaca isi-isi dari diarynya di masa lalu yang pernah dia tulis.
Kimberly yang bermulut pedas menuliskan banyak kata-kata indah dan hangat di bukunya seperti seorang penyair cinta.
Semua kebahagiaan hingga kesedihan yang pernah singgah di hati Kimberly tertuang dalam tinta yang menguntai tulisan.
Setiap kata yang di tulis tersusun penuh makna dan membuat siapapun akan kembali membacanya berulang kali untuk menerka-nerka apa yang Kimberly maksudkan dari balik kata-kata indah dan untaian tulisan cantiknya.
Tulisan di buku itu adalah kebenaran mengenai jiwa Kimberly yang sesungguhnya, dia adalah wanita yang hangat dan lembut.
Jari-jari besar Winter kembali menggeser halaman-halam buku.
Di detik selanjutnya Winter memutuskan menyudahi untuk tidak membacanya lagi.
Kini, gadis itu terdiam kebingungan dan terlihat sedang berpikir untuk mengingat-ingat sesuatu.
Tulisan indah di semua diari itu memang tulisannya ketika hidup sebagai Kimberly. Namun, mengapa dari beberapa halaman tulisan, Wnter tidak tahu makna dan kejadian dari tulisan yang dia buat di buku diarinya?. Apa yang terjadi?.
Mengapa Winter melupakannya?.
Masih dengan kebingungannya, Winter pergi ke sisi lain, melihat lukisan indah yang di buat oleh Kimberly di masa lalu yang dia habiskan lebih dari empat bulan untuk melukisnya.
Winter berdiri di depan lukisan besar yang terpajang itu.
Winter memperhatikan dengan detail untuk merasakan seperti apa dulu tangannya bergerak menyapu kuas yang membawa cat.
Lukisan besar yang terpajang di atas kanvas itu di buat dengan cat minyak, menggambarkan sebuah rumah kuno khas bangunan eropa di abad pertengahan yang tidak terlihat mewah, tidak juga terlihat buruk.
Di depan rumah itu terdapat beberapa taman bermain dengan bangku-bangku panjang untuk berkumpul, pagar rumah terbuat dari kayu bercat putih terlihat berantakan.
Ada anak-anak kecil terlukis di sana tengah bermain, mereka terlihat sangat bahagia. Di lukisan itu terdapat seorang wanita paruh baya berpakaian seorang biarawati tersenyum menumpukan kedua tangannya di tengah perut.
Lukisan itu tidak selesai, ujung kanvas di bawah bagian kanan masih memperlihatkan kanvas yang putih bersih.
Winter melihat tembok marmer yang mengukirkan sebuah tulisan.
Pengabdian Bunda Evelyne dengan cintanya yang tak terbatas.
Terima kasih Bunda, sudah memberikan surga di rumah tempat kami tumbuh.
Panti asuhan ini, dunia kami.
Winter terpaku, pupil matanya bergetar, Winter hanya ingat dengan sosok wanita yang bernama Bunda Evelyne itu, namun dia sama sekali tidak ingat apapun dengan rumah yang di deskripsikan di marmer bahwa itu adalah panti asuhan di mana Kimberly tumbuh.
Mengapa Winter tidak ingat?. Apalagi dia yang melukisnya. Mengapa Winter melupakannya?.
Apa yang sebenarnya terjadi?.
Batin Kimberly terus bertanya-tanya mengenai apa yang sebenarnya terjadi.
Dengan perasaan yang campur aduk, Winter kembali pergi ke tempat lain dan melihat photo-photo asli yang terpajang memperlihatkan kehidupan Kimberly sejak masih bayi dan tumbuh di lingkungan panti asuhan hingga akhirnya menjadi super model.
Dari photo-photo yang di lihatnya itu, Winter sama seperti sebelumnya. Dia tidak mengingat semuanya.
Bahkan beberapa orang berada di photo itu tidak Winter kenal sama sekali meski sudah di deskripsikan siapa mereka.
Rasa sakit di kepala Winter terasa sangat tajam, semakin dia berusaha mengingat hal-hal yang di lupakan mengenai kehidupan Kimberly di masa lalu, rasa sakit di kepalanya semakin kuat.
Winter kehilangan sebagian ingatan mengenai kehidupannya sebagai Kimberly.
Namun bagaimana bisa dia melupakannya?.
Winter mengusap keringat dingin yang menghiasi wajahnya, gadis itu bernapas dengan cepat berusaha mengingat segalanya, akan tetapi ingatan itu terhapus begitu saja seakan dia tidak pernah mengalaminya.
Winter bernapas
“Apa yang kau lakukan di sini?.” Tanya Marius yang entah sejak kapan pria itu ada di samping Winter.
Winter menengok dan kembali mengusap peluh keringat dingin di wajahnya yang pias pucat pasi. Bibir Winter sedikit terbuka mengambil napas dalam-dalam.
“Memangnya kenapa?. Ini tempat umum.”
Marius menggerakan jarinya di sisi roda dan membuat kursi roda yang di dudukinya mendekati batas pagar. Pria itu mendongkakan kepalanya dan melihat potret-potret bersejarah seorang Kimberly Feodora.
Tatapan dalam Marius saat memandangi photo-photo di depannya terlihat memiliki banyak arti yang tidak akan pernah di ketahui siapapun selain dirinya dan Tuhan.
“Dia sangat cantik bukan?.” Tanya Marius dengan serius.
Kening Winter mengerut. Nada suara Marius saat bertanya menyimpan setumpuk emosi yang sangat kuat.
“Ya, tentu saja aku, maksudku tentu saja dia sangat cantik.”
Marius tersenyum samar, “Tapi kencantikannya yang membunuhnya.”
Wajah Winter memucat.
Ucapan menohok Marius terdengar seperti sebuah kata-kata yang menyedihkan yang merangkum singkat kehidupan seorang Kimberly Feodora.
Akan tetapi, mengapa Marius bisa berkata seperti seakan kecantikan Kimberly adalah bencana bagi dirinya sendiri.
Apa Marius pantas berkata seperti itu mengenai seorang Kimberly?.
“Kenapa kau berkata seperti itu?.”
“Karena dia cantik, dia di tuntut untuk sempurna seperti wajah dan tubuhnya, dengan begitu dia akan mendapatkan banyak cinta. Ketika kesempurnaan kehidupan dia sedikit ternoda dan tidak sesempurna wajah dan tubuhnya. Orang-orang tidak dapat menerimnya dan menghukum dia dengan kebencian.” Jawab Marius terdengar dalam seakan dia tahu segalanya tentang dunia Kimberly Feodora.
Winter terpaku hingga berhenti bernapas untuk sesaat.
Seluruh tubuhnya langsung bergetar, jantungnya tiba-tiba berdegup dengan kencang, matanya tiba-tiba memanas merasakan desakan menangis karena tiba-tiba hatinya menjadi sakit.
Gadis itu menatap Marius dengan tajam.
Ada getaran hebat yang dia rasakan seakan pria yang kini berada di sampingnya itu bukanlah orang asing yang kebetulan bertemu beberapa kali dan terlibat percakapan basa-basi.
Winter merasakan perasaan yang kuat namun tidak bisa dia jelaskan apa arti dari perasaannya itu.
“Kenapa kau menilainya seperti itu?.” Tanya Winter dengan nada suara yang gemetar.
“Karena dia public figure. Siapapun bisa menilanya.”
“Ucapanmu terlihat seperti seseorang yang sangat mengenal dia.”
“Itu benar.”
“Kau mengenalnya?.” Tanya Winter ragu.
“Anak-anak yang ada di lukisan itu. salah satunya adalah aku.” Jawab Marius terdengar samar.
Pupil mata Winter melebar, dia segera melihat lukisan dan mencari-cari anak kecil yang berada di lukisan yang mirip dengan Marius. “Yang mana?.”
Tangan Marius terangkat menunjuk lukisan anak kecil yang duduk di ayunan berpakain paling berbeda dari anak-anak lainnya seakan Marius memiliki kelas social yang sangat jauh berbeda.
Marius memakai pakaian khas bangsawan pada masanya, mengenakan baju biru muda berlapis rompi dan celana selutut, di tambah sepatu hitam.
Sangat mencolok dan berbeda dari anak-anak lainnya yang memakai pakaian desa.
Bibir Winter terbuka hendak bertanya lagi, namun dia harus mengurungkan niatnya ketika seorang pria paruh baya menyapa Marius dan membawanya pergi meninggalkan Winter sendirian dengan segunung perasaan penasaran.
Mengapa Marius ada di dalam lukisan milik Kimberly?.
Apakah dulu mereka saling mengenal?. Namun mengapa kini dia melupakan Marius?. Siapa Marius?. Apa dia teman pantinya Kimberly di masa lalu?
Apa yang sebenarnya terjadi?. Mengapa kehidupannya di masa lalu menjadi sebuah teka teki untuk kehidupannya yang sekarang.
Winter manarik napasnya dalam-dalam, rasa sakit di kepalanya karena berpikir keras membuat mood Winter berubah.
Winter butuh beristirahat dan mencari tahu mengenai kepergian sebagian ingatannya.
Dalam satu gerakan di kakinya Winter berbalik, namun begitu dia berbalik, Winter di buat terdiam.
Tubuh Winter membeku di tempatnya, wajahnya berubah pucat dengan mata terbelalak. Bibir Winter kembali terbuka karena harus bernapas dengan cepat.
Tubuh Winter perlahan gemetar, matanya memanas melihat seorang pria yang berjalan ke arahnya dengan tatapan kosong langsung melihat kearah photo-photo di belakang Winter dan tidak mempedulikan hal-hal yang ada di sekitarnya.
Setiap langkah pria itu yang semakin mendekat membuat Winter semakin sesak.
Pria itu berdiri di samping Winter dan memperhatikan deretan photo-photo Kimberly Feodora.
Winter tertunduk dengan napas yang bergerak cepat, hatinya mencelos terpukul rasa sakit yang luar biasa bersama dengan air mata yang terjatuh membasahi pipinya tanpa bisa di tahan sedikitpun.
Detak jantung Winter berdegub cepat dengan napas yang sangat sesak.
Gadis itu mengangkat kepalanya dan kembali melihat pria itu yang kini masih diam memperhatikan satu persatu photo Kimberly dengan tatapan sendu penuh kerinduan.
Pria itu tidak mempedulikan siapapun, termasuk Winter yang kini berdiri di sampingnya dan menatapnya.
Pria itu hanya fokus melihat photo-photo Winter.
Lidah Winter terasa kelu meski dia sangat ingin menjerit dan memakinya dengan keras dengan segunung sumpah serapah.
Winter benar-benar ingin memakinya..
Memaki Sean, mantan tunangannya yang sudah berhasil menghancurkan hidup seorang Kimberly Feodora dengan sebuah penghianatan dan tuduhan yang begitu menyakitkan.
Untuk apa pria itu datang dan memperhatikan photo-photo dirinya?.
Kimberly tidak sudi!
Kimberly tidak sudi di perhatikan pria penghianat biadab itu lagi, bahkan jika meski Sean menyesal dan menangis darah meminta maaf kepadanya.
Kimberly tidak akan memaafkannya!.
Meski Tuhan maha pemaaf, Kimberly tidak akan pernah memaafkannya.
Kimberly tidak akan memaafkan seorang penghianat terkejam dalam hidupnya, Sean tidak hanya berselingkuh dengan sahabat Kimberly hingga sahabatnya mengandung. Sean juga adalah orang yang paling keras menyerang Kimberly dengan tuduhan bahwa Kimberly seorang pembunuh.
Tuduhan dan fitnah keji pria itu membuat semua orang menganggap penghianatan yang di lakukan Sean bersama Rachel pantas di dapatkan Kimberly karena Kimberly adalah wanita yang berhati buruk.
Sejauh itulah Sean menghancurkan karakter seorang Kimberly.
Dengan langkah gemetar dan tangan terkepal bersamaan dengan air mata yang beruraian, Winter pergi meninggalkan Sean yang kini masih diam terpaku menatap satu persatu photo Kimberly.
Sesak di d**a Winter kian sakit seiring dengan langkahnya yang semakin jauh. Winter tidak dapat menahan diri untuk tidak menangis.
Pandangan Winter samar terhalang air mata.
Luka yang dia dapat begitu besar di masa lalu, tidak ada hal bisa menyembuh isi hatinya selain hilang ingatan.
BRUK
Tubuh Winter menubruk bahu seseorang, Winter terhuyung ke sisi dan jatuh ke lantai. Winter segera berdiri dan membungkuk meminta maaf, dia kembali melangkah tanpa mempedulikan tatapan semua orang karena kini gadis itu menagis.
“Winter.”
Winter berhenti melangkah dan melihat Marius yang berjalan memakai kursi rodanya sendirian. Tanpa sadar Winter terdiam di tempatnya seakan kedatangan Marius lebih baik daripada berlari jauh pergi menjauh dari Sean.
Dengan cepat Winter mengusap air matanya dengan punggung tangannya.
“Kau baik-baik saja?.” Tanya Marius terlihat bingung karena beberapa menit yang lalu Winter terlihat baik-baik saja.
Tidak lebih dari lima menit mereka berpisah, dan kini Winter menangis.
“Dimana ada orang menangis baik-baik saja!.” Jawab Winter dengan kesal.
Sejenak Marius terdiam, jawaban Winter, kata-katanya, bagaimana cara dia mengucapkannya, semua itu langsung mengingatkan dirinya pada seseorang yang begitu Marius kenal di masa lalu.
“Ikut aku.” Pinta Marius.
“Untuk apa aku ikut denganmu?.” Tanya Winter seraya mengapus air matanya lagi.
“Kenapa?. Kau takut aku berbuat jahat?.”
“Kau tidak bisa berjalan, jika kau berbuat jahat aku hanya perlu membalikan kursi rodamu.” Jawab Winter terdengar cukup kasar, akan tetapi perkataan kasar Winter rupanya membuat Marius tertawa.
Marius segera menggerakan kursi rodanya, begitu pula dengan Winter yang tanpa bertanya lagi, langsung mengikuti Marius.
Kimberly bukanlah seseorang yang langsung percaya kepada orang lain hanya dengan satu dan dua pertemuan. Namun entah mengapa bersama Marius, Kimberly merasa percaya.
To Be Continue..