Pov Risky Aku mengusap rambutku dengan kasar karena hasrat yang sengaja kuputus. Beruntung Tuhan masih menolongku dengan mengingatkanku akan wajah Sania yang selalu memenuhi ruang dalam kepalaku. Ah ya, harusnya tak begini. Dia yang telah sah menjadi istriku tetapi tak sedikitpun aku tergerak untuk menyentuhnya. Aku tak mau hasrat itu tersalurkan hanya karena naf su. Yang kumau, aku melakukannya karena cinta. Aku pun tak mau memberikan harapan palsu pada dia yang berstatus menjadi istriku tetapi sama sekali tak berada dalam hatiku. Aku tak bisa. Usai mencuci muka dengan sabun aku segera keluar. Tak kudapati Adinda di dalam kamar dan aku pun enggan mencarinya. Sebaiknya aku tidur saja karena tubuhku rasanya lelah setelah seharian berjalan-jalan ke kebun binatang. Besok pun aku ada mee