Bukan Untuk Saling Menyalahkan

1643 Words
Laura menatap wajah Bima yang tetap memandangnya dengan tatapan penuh kasih sayang. “ Bim,tolong jangan tatap aku seperti itu? Aku risih.” Kata Laura karena uda tidak tahan dengan tatapan Bima. “ Kenapa? Aku menatapmu dengan mata milikku . Dan tatapanku kepadamu sepertinya biasa aja deh, seperti tatapanku dari dulu.” Ngeyel Bima sambil tersenyum simpul. “ Iya, makanya jangan tatap aku seperti dulu. Aku ini doktermu, bukan pacarmu dan kamu itu pria beristri bahkan uda punya anak. Jadi tolong jangan tatap aku seperti dulu lagi, apalagi ada istrimu dan orangtuamu. Aku benar-benar risih Bima!” Kata Laura. “ Kamu risih karena kamu uda nikah? Jadi takut dimarahi suamimu kalau ada yang memandangimu?” Tanya Bima dengan suara bergetar. Laura menatapnya dengan heran, mengapa suara Bima terdengar sedih sampai gemetar ? Dia aja uda menikah, masak aku nggak boleh nikah? Apa aku membohonginya saja dan mengatakan aku sudah nikah? Biar tatapannya, tidak penuh cinta lagi kepadaku. Tapi kalau aku membohonginya, urusanku di sini tak akan kelar-kelar dan Aku sangat tahu sifat Bima, dia pasti tidak mau aku periksa dan akan mogok bekerjasama denganku. Bagaimana aku bisa menyembuhkannya, kalau dia tidak mau kuperiksa? Impianku untuk menjadi pimpinan rumah sakit bakalan melayang kalau Bima tidak mau bekerjasama. “ Aku belum nikah, Bima. Aku masih single dan nggak niat nikah. Kehidupanku sudah sangat mapan dan bahagia di Denmark. Aku ingin mencapai impian yang lebih tinggi lagi, makanya aku terbang ke sini untuk menyembuhkanmu. Jadi please, bekerjasamalah denganku. Biarkan aku menyembuhkanmu. For old time sake kita ya, Bim.” Bujuk Laura sambil tersenyum. Bima menatapnya kembali dengan mata berbinar-binar dan bibirnya merekah tersenyum lebar. “ Kamu belum pernah nikah sama sekali atau bercerai atau suamimu meninggal?” Tanya Bima memastikan. Laura menghela nafas. Bima masih aja seperti dulu, harus tahu sejelas-jelasnya tentang suatu perkataan. Bima tidak pernah mau menerima mentah-mentah suatu kalimat tanpa penjelasan yang bisa 100 persen meyakinkannya. “ Aku belum pernah nikah !” Jawab Laura singkat, padat dan tegas, sambil menatap mata Bima dengan galak. “ Kenapa belum pernah nikah? Masih mencintaiku? Masih mengharapkan diriku? ” Tanya Bima lagi. Aduh!!! Bima, sampai kapan kita harus bertanya tentang menikah, bisa-bisa sampai besok deh. Aku harus mengambil alih pembicaraan ini. Berbicara dengan seorang pengusaha media dan politukus seperti Bima tidak akan habis, kalau tidak aku bawa ke tujuan yang aku mau. Laura menghela nafasnya dan memutuskan akan langsung menjawab semua yang ingin Bima ketahui, agar Bima sadar kalau tujuan Laura ke Indonesia hanyalah demi kesembuhan Bima dan untuk mencapai impian-impiannya, bukan untuk membicarakan masa lalu mereka. “ Aku belum pernah nikah, karena sibuk dan aku sakit hati dengan semua perkataan dan perbuatan yang mamamu lakukan kepada kami, jadi aku tidak lagi mengharapkanmu. Untuk rasa cinta kepadamu , masih ada sedikit perasaaan cinta itu meskipun aku pergi dengan hati terluka, tetapi saat mendengar kamu menikah beberapa bulan setelah kepergianku dan istrimu hamil. Aku berusaha melupakan cinta itu. Sekarang fokusku hanya karirku dan impian-impianku . ” Bima menatapnya dengan binggung lalu bertanya. “ Apa yang dilakukan mamaku kepadamu?” “Kamu benar-benar tidak tahu atau kamu tidak mau tahu?” Tanya Laura minta penjelasan. Apakah Nyonya Aditya itu bertindak sendiri tanpa sepengetahuan Bima. Apakah cinta kami terputus karena scenario jahat, wanita berambut singa itu? “ Aku tidak tahu ! Aku benar-benra tidak tahu, karena keluargaku tidak ada yang tahu kita berpacaran dan aku sudah punya kekasih., kita sepakat saat kamu menerima cintaku kalau setelah tamat baru kita akan memperkenalkan diri ke orang tua kita . Yang aku tahu, kamu pergi begitu saja tanpa penjelasan dan aku tidak tahu kamu ke mana. Rumahmu juga sudah kosong melompong saat aku mencarimu. Aku sampai terpakaksa mencari mamamu ke rumah sakit tapi kata reception di sana, mamamu juga sudah pindah tugas. Pihak rumah sakit sama sekali tidak mau memberi tahu, mamamu pindah tugas ke mana. Saat itu aku benar-benar kebingungan dan tak tahu harus bagaimana. Aku sempat terpuruk dan putus asa . Lalu ayahku memaksa diriku untuk segera mengurusi perusahaan keluarga kami agar ayahku fokus untuk pemilihan anggota dewan. Dan setelah itu , aku kembali dipaksa untuk menikah dengan Ratna yang ayahnya merupakan ketua dewan untuk lebih memperkokoh dan memperbesar kekuasaan ayahku dan ayah Ratna. Aku terpaksa melakukan itu semua demi keluargaku, karena aku anak satu-satunya dan aku pikir kamu pasti meninggalkan aku tanpa pesan karena lebih memilih studimu daripada diriku. Kamu seperti itu kan? Meninggalkanku tanpa pesan karena ingin konsentrasi ke studimu? Benarkan kamu seperti itu? ” Kata Bima dengan mata berkaca-kaca. Laura mengeleng-gelengkan kepalanya. Ternyata mereka terpisah, memang sudah direncanakan dengan matang oleh mamanya Bima. Dia bertindak bagai malaikat di depan anaknya dan pura-pura tidak tahu apa-apa tentang Bima sudah memiliki seorang kekasih. Tapi di belakang Bima, dia menyusun langkah sampai mendatangi rumah kami dan menghina diriku dan mama. Dulu aku memang menyerah dan tak berdaya, tetapi sekarang aku bukan Laura yang dulu lagi. Aku adalah Laura yang dokter ahli kanker darah yang sangat terkenal dan mereka orangtua Bima yang super dictator itu, memerlukan diriku untuk kesembuhan Bima. Mata Laura berkilat penuh tekad. Dia akan mengungkapkan semuanya pada Bima agar Bima tahu apa yang telah dilakukan mamanya kepada diriku. Dan bagaimana mamanya dengan kekuasaan dan uang yang dimilikinya memaksa aku pergi meninggalkan Bima. “ Kamu sudah pernah bertemu mamaku? Orangtuaku seharusnya tidak tahu tentang hubungan kita. Mereka sama sekali tidak tahu aku sudah mempunyai kekasih.” Ulang Bima membuyarkan lamunan Laura. “ Kamu ingat, saat malam kelulusan aku jadi dokter dan aku dinyatakan lolos beasiswa UNI Eropah untuk melanjutkan Pendidikan specialisku, kamu ajak aku merayakannya di restaurant Hotel Indonesia. Kamu bilang, selama pacaran, aku tak pernah diajak makan di restaurant mewah, jadi untuk merayakan dua hal special itu kamu mengajakku makan malam di sana sebelum besok kamu akan mengajakku bertemu dengan papa dan mamamu untuk dikenalkan sebagai seorang kekasih. Lalu lusanya aku harus berangkat. Sebuah susunan yang sangat sempurna yang telah kita rencanakan.” Kata Laura menghela nafas. “ Lalu kenapa, keesokan harinya, saat aku menjemputmu di rumahmu, untuk ku kenalkan kepada papa dan mamaku, rumahmu sudah kosong melompong?” Tanya Bima dengan tatapan heran. Laura menghela nafas beratnya. Ini kesempatannya untuk ngomong semuanya ke Bima. Tapi penjelasannya hari ini, bukan untuk mendapatkan cinta Bima lagi. Laura tidak mau menyakiti siapa-siapa,dia hanya ingin fokus mencapai impiannya. “Bima, Dengarkan aku baik-baik. Aku menjelaskan semua ini , supaya kamu jelas tentang apa yang sesungguhnya terjadi dulu, jadi bukan untuk menyalahkan dirimu , keluargamu atau siapapun dan aku juga tidak lagi mengharapkan apa-apa darimu. Aku hanya ingin melakukan tugasku dan untuk itu aku perlu kerjasamamu sebagai pasien, supaya kamu bisa sembuh sepenuhnya. Bisakah kamu menerimanya? Tidak ada yang berbeda untuk kita setelah penjelasanku ini. Aku tetap doktermu dan kamu pasienku dan hubungan kita tetap sebagai teman lama yang bertemu kembali sesudah puluhan tahun. Kalau kamu bisa menerimanya, baru aku akan menjelaskan kepadamu tentang apa yang dilakukan mamamu kepada kami dulu. ” Kata Laura dengan tegas. Bima balas menatap Laura dengan mata teduhnya. Ternyata mamanya ada dibalik kejadian Laura menghilang tanpa kabar. Ntah hanya mamanya yang terlibat atau papanya juga ikut terlibat? Tapi seharusnya papanya tidak tahu apa-apa karena saat itu papanya sibuk mengurusi bisnis dan ingin sukses terpilih menjadi anggota dewan. Aku akan mendengarkan dulu penjelasan Laura, tentang apa yang sesungguhnya terjadi. “ Aku hanya bisa berjanji tidak akan menyalahkan siapa-siapa. Semua toh sudah terjadi dan aku tidak bisa membalikkan waktu. Aku hanya ingin mendengarkan penjelasan darimu.” Kata Bima dengan bahasa khas politikus yang selalu ambigu. Mereka berdua saling menatap dengan tatapan nanar. Tangan Bima ingin menggapai tangan Laura untuk digenggamnya, tapi ditahannya, karena dia tahu, Laura pasti tidak akan mengizinkannya mengenggam tangannya. Keinginan untuk mengenggam tangan Laura kembali harus ditahan Bima dengan sekuat tenaganya. Bima mengalihkan mengenggam selimutnya dan meremasnya kencang untuk meredakan semua gejolak yang ada di hatinya. Laura menatap mata Bima yang tetap bersinar-sinar penuh kerinduan saat menatap dirinya. Apakah kamu menderita atau bahagia Bima, selama menjalani hari- hari mu setelah kita berpisah? Apa yang telah kamu lakukan selama puluhan tahun itu? Apakah semua yang kamu lakukan sekarang untuk dirimu sendiri atau kamu melakukannya hanya demi ayah dan ibumu? Laura menarik nafas panjang. Hatinya mulai lagi memarahi diri Laura. Jangan bertanya apa-apa tentang bagaimana Bima menjalani hidupnya selama dua puluh tiga tahun ini. Itu bukan urusanmu lagi. Jelaskan saja tentang masa lalu kalian agar Bima tahu kejadian yang sesungguhnya, agar dia mau segera diperiksa olehmu dan setelah dia sembuh kamu bisa pulang kembali ke Denmark dan dua tahun lagi, saat rumah sakit Odense- Indonesia berdiri, kamu siap kembali di sini dan jadi pemimpinnya. “Rara.. Apa yang dilakukan mamaku kepadamu? Jelaskan ke aku. Please. Setelah kamu jelaskan, kamu boleh memeriksaku dan kamu boleh beristirahat. Maafkan aku ya, yang membuatmu kelelahan. Tapi kalau tidak sekarang aku minta penjelasanmu. Aku takut, aku tidak punya kesempatan lagi, mana tau besok, aku tiba-tiba mati.” Kata Bima lemah. “ Kamu lemas,Bim? Kamu merasakan apa?” Kata Laura langsung berdiri dan mengeluarkan stetoskop dari kantong jas putihnya untuk memeriksa Bima. Dia terkejut, Bima tiba-tiba berbicara tentang kematian. “ Aku baik-baik saja. Jangan khawatir. Ayo jelaskan, biar kita berdua bisa istirahat” Kata Bima menangkap pergelangan tangan Laura yang terulur untuk memeriksanya. Sedetik, dua detik, tiga detik. Bima mengenggam pergelangan tangan Laura. Dan menit keempat Laura segera menarik tangannya lalu kembali duduk dan mulai berbicara. Menjelaskan segala sesuatu tentang apa yang terjadi dua puluh tiga tahun yang lalu. Saat seorang Aini Susilo Aditya datang ke rumah mereka dengan dua orang pengawal tinggi besar dan sejuta kata-kata menyakitkan yang terucap dari mulutnya. Sekarang saatnya,semuanya akan aku jelaskan kepada Bima, agar semua kesalapahaman diantara kami berdua bisa terhapus, agar tidak ada lagi hal yang mengganjal dalam diri Bima, agar dia tahu sejelas-jelasnya kalau bukan aku yang ingin meninggalkannya tanpa pesan tapi semua itu aku lakukan karena aku tak berdaya dan tak mau hidup terhina hanya karena aku terlahir tanpa ayah. Bisakah Bima menerima semua penjelasanku itu??
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD