Dokter Laura melangkah penuh gaya menuju pesawat Gulfstream G650 ER. Pesawat private jet yang bisa mengangkut 19 orang penumpang. Di badan pesawat tertulis tulisan berwarna merah berlist biru. Media Nusantara Corp. Wah! Berarti ini bukan pesawat sewaan . Ini pasti merupakan pesawat milik pribadi dari perusahaan yang akan menjadi mitra Yayasan rumah sakit Odense di Indonesia, berarti mereka ini, sungguh-sungguh kaya . Baiklah, sepertinya keinginanku untuk menjadi pimpinan rumah sakit Odense cabang Indonesia akan segera terwujud. Tinggal satu langkah penting yang harus aku selesaikan, yaitu menyembuhkan sang pemilik pesawat ini, setelah itu pasti kerjasama pendirian rumah sakit Odense Indonesia akan terlaksana, mengingat yang menjadi mitranya adalah pengusaha dan politikus kaya raya di Indonesia.
“ Welcome on board. Docter Laura. I’m Captain Lewis ” Kata kapten pilot yang akan menerbangkan pesawat pribadi ini
“ Hello Capt.” Balas Laura mengangkat tangannya.
Kedua pramugari yang akan melayani Laura selama perjalanan, menganggukkan kepalanya kepada Laura. Kapten Pilotnya bertampang blaseteran, kalau pramugarinya, bertampang wanita asli Indonesia dengan rambut hitam legam dan alis tebal.
Laura memilih kursi berbalut kulit berwarna hitam nan mewah di samping jendela untuk menikmati penerbangan menuju Indonesia yang sampai saat ini, Laura belum tahu, kota apa yang akan dia tuju, tempat pasiennya yang pingsan mendadak itu harus segera dia sembuhkan. Diyakini pasiennya itu memerlukan transplantasi sumsum yang merupakan specialisasi Laura. . Pasti sebentar lagi sang kapten atau pramugari akan menjelaskan kepada Laura. Karena Laura tahu, itu prosedur standar yang harus dilakukan oleh para awak pesawat pribadi sebelum memulai penerbangan.
Ini bukan kali pertama, Laura dikirim pesawat jet untuk mengobati pasiennya. Dia sudah pernah terbang ke Rusia dengan pesawat jet pribadi untuk melakukan transplantasi sumsum kepada anak mentri pertahanan Rusia yang menderita leukemia. Dia juga pernah terbang ke Doha untuk memberikan imunoterapi kepada salah satu orang terkaya dari keluarga kerajaan di Qatar yang menderita kanker darah. Dan sekarang pramugari berwajah Indonesia itu mendekati Laura, untuk menjelaskan ke mana tujuan mereka sebagai tempat tugas baru untuk Laura yang ternyata berada di kota Medan. Kota terbesar ketiga di Indonesia. Laura belum pernah sama sekali mengunjungi Kota Medan. Dulu sekali saat jadi mahasiswa, Laura tinggal di kota Jakarta bersama mamanya.
Private Jet Gulfstream milik Media Nusantara Corp, yang menerbangkan dokter Laura, mendarat dengan mulus di lapangan Kuala Namu Deli Serdang, Sumatera utara. Waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam waktu Indonesia, yang berbeda lima jam lebih cepat dari waktu di Denmark. Pilot dan Pramugari berdiri di pintu pesawat mengucapkan salam perpisahan untuk Laura dan Captain Lewis berkata.
" Sampai bertemu kembali dokter. Semoga anda menikmati penerbangan anda." Kata Pilot dan Pramugari sambil membungkukan kepala hormat mengantar Laura turun dari pesawatnya.
“Terimakasih sudah memberikan pengalaman terbang yang begitu smooth selama tiga belas jam ini. Saya sungguh terkesan. Semoga kita bertemu lagi, saat saya kembali ke Denmark. Senang terbang bersama anda semua.”Kata Laura sambil tersenyum
Sebuah mobil Mercedes seri S sudah siap menunggu Laura di area penjemputan. Seorang wanita memakai blazer warna hitam yang dipadukan dengan celana panjang hitam dan rambut diikat ekor kuda , menghampiri Laura dan mengenalkan diri.
“ Perkenalkan, Saya Yulia . Sekretaris pribadi Bapak Aditya yang ditugaskan untuk menjemput dokter Laura.”
Mendengar kata Aditya, wajah Laura sedikit berubah. Aditya adalah seseorang yang sangat dicintainya bertahun lalu.Kalau itu nama keluarganya, Apakah itu benar adalah Bima, mantan pacarku dulu yang telah memporak porandakan hidupku. Apakah Aditya itu nama depan atau nama keluarga? Dalam hati Laura berdoa, semoga Aditya itu nama depan. Aditya something. Bukan Bima Aditya. Laura belum sanggup bila harus bertemu dengan keluarga Aditya, terutama dengan mamanya yang telah menghinanya bertahun lalu. Tapi Laura memutuskan untuk diam saja, tidak etis untuk bertanya kepada sang sekretaris sekarang ini. Laura memutuskan hanya menganggukkan kepalanya dan menjabat tangan wanita ini dengan senyuman manisnya sambil menyebutkan namanya.
“ Baiklah , kalau begitu kita bisa langsung menuju Sibolangit, karena klinik pribadi milik Bapak Aditya ada di sana. Letaknya sekitar satu setengah jam perjalanan dari Bandara Kuala Namu. Saya diberi pesan dari Bapak Aditya melalui telepon, kalau dokter Laura ingin segera bertemu pasien agar tidak kehilangan moment golden period demi kesembuhan pasien.” Kata Yulia, sang sekretaris.
“ Yang anda katakan benar sekali, saya tidak mau kehilangan golden period pasien saya. Yang sampai sekarang belum saya ketahui penyakitnya. Kalau ternyata dia pingsan karena stroke, golden period itu telah hilang, akibat menunggu kedatangan saya. Di klinik tempat perawatan tersebut, tidak ada dokter specialisnya, ya ? Tanya Laura untuk mempelajari ruang lingkup kerjanya dan koleganya.
“ Klinik pribadi kami, belum ada dokter specialis. Yang ada hanya dokter umum. Menurut yang saya dengar, klinik itu akan menjadi rumah sakit setelah kerjasama di sepakati dengan salah satu rumah sakit di Eropah.” Kata Yulia.
Mata Laura langsung berbinar, berarti klinik ini adalah tempat akan didirikan rumah sakit Odense-Indonesia, di mana Laura yang akan memimpinnya . Sebuah lokasi yang letaknya satu setengah jam perjalanan dari kota Medan. Sebuah daerah bernama Sibolangit. Apakah tempat itu sedamai Odense? Apakah aku akan betah tinggal di Sibolangit, kalau Rumah Sakit Odense Indonesia terealisasi berdiri di sini.
Satu setengah jam kemudian mobil yang ditumpangi doker Laura dan Yulia tiba di Klinik berdesign klasik yang tampak mewah dan elegant. Sayap kiri terdiri dari enam ruang perawatan dan sayap kanan terdiri dari satu ruang fisioterapi, satu ruang praktek dokter, satu laboratorium , dua ruang operasi dan satu ruang kantor, Di bagian belakang ada dapur dan mess karyawan.
Melihat pandangan Laura yang mengamati seluruh klinik, Yulia langsung menerangkan.
“Klinik ini, klinik pribadi yang didirikan Bapak Aditya untuk tamu-tamu VVIP yang memerlukan dokter -dokter khusus dan biasanya pasien tidak ingin penyakitnya diketahui atau harus dirahasiakan. Lazimnya yang datang sebagai pasien untuk perawatan penyakitnya di klinik ini adalah dari kalangan politikus, pejabat ataupun orang-orang kaya juga beberapa selebritas .” Mendengar keterangan Yulia,Laura diam saja dan mengangguk mengerti.
Zaman sekarang ini, memang banyak kalangan orang yang sangat kaya atau super VVIP memerlukan klinik seperti ini agar penyakitnya bisa dirahasiakan demi kepentingan bisnisnya seperti agar nilai sahamnya tidak turun ataupun harus dirahasiakan demi kepentingan politik seperti pasien yang harus di rawat oleh Laura ini.
“ Silahkan dok, Saya antar langsung ke kamar perawatan tuan muda
.” Kata Yulia mempersilahkan Laura untuk berjalan menyusuri koridor sebelah kiri.
Mereka berjalan pelan menuju ruang perawatan paling ujung yang di depannya terdapat sebuah taman dengan air mancur kecil dengen gemercik suara airnya yang terdengar menenangkan.
“ Silahkan dok! ” Kata Yulia sambil membuka pintu kamar perawatan tersebut.
Laura melangkah masuk dengan wajah penuh senyum yang selalu diyakininya sebagai obat paling mujarab dan ampuh untuk setiap pasiennya. Semua orang yang sedang sakit, pasti memerlukan senyuman yang menenangkan dari dokternya. Itu adalah terapi pertama dan yang paling utama yang harus diberikan oleh seorang dokter kepada pasiennya. Senyum yang menenangkan mereka agar mereka yakin, kalau mereka akan sembuh di bawah perawatannya.
Dengan senyumannya, Laura berharap Sang tuan muda, bisa segera disembuhkan, agar keinginan Laura untuk menjadi pimpinan sebuah rumah sakit , bisa segera terlaksana. Siapakah tuan muda itu? Dan Laura tercenggang ketika yang dilihatnya adalah......