Hujan di perjalanan

1280 Words
Senja telah tampak di sudut pantai, tanpa terasa seharian mereka bermain di pantai, akhirnya mereka memutuskan untuk pulang ke apartemen. Dalam perjalanan tiba tiba rintik hujan pun turun, Radit menepikan Motor besar nya di depan teras ruko pinggir jalan. "Ini pakai lah" Radit menyodorkan satu set jas hujan kepada Elena. "Kalau aku pakai jas hujan ini, lalu kau bagaimana?" "Aku sudah biasa kehujanan, aku tak ingin kau terkena demam karna kehujanan" Radit menuturkan sembari menaikan sleting jaket nya. "Hmmmp bagaimana kalau kita jalan aja, aku rindu ingin bermain hujan, udah lama banget aku tak pernah mandi hujan" Elena menatap Radit tersenyum. "Kau yakin?" Radit sedikit khawatir. Elena menganggukan kepala nya, ia tersenyum, begitu manis. angin terus berhembus hingga membuat rambut Elena menutupi wajahnya. Radit membantu menyampingkan rambut yang menutupi wajah Elena, lembut. Elena menatap lekat ke arah mata Radit, tiba tiba ada desiran dalam hati nya. Rasa yang dulu pernah ia rasakan pada Eggy, kini mencuat hadir kembali. "Elena, kau cantik.." tiba tiba Radit memuji. "Eh.. hmmp anu itu apa itu Dit? aa..aayoo kita pergi dari sini" Elena mendadak salah tingkah. "Oh iya ayoo kita pergi" Radit dan Elena pun kemudian kembali mengendarai motor. Di tengah perjalanan tiba tiba Radit mengerem mendadak motornya, ada orang yang menyeberang mendadak, Elena pun tak sengaja memeluk Radit erat. Radit melihat wajah takut dan basah milik Elena lewat kaca spion. Ahh.. andai saja Elena tulus menerimanya, pasti ia akan sangat bahagia. "Kau tak apa apa kan?" Radit bertanya sedikit berteriak karna hujan begitu deras sehingga membuat sedikit kedap suara. "I'm fine! lihat lah ke arah depan, jangan terus terusan melihat kaca spion mu" Elena menyadari Radit yang asyik melihat kaca spion nya. Radit malu, ia pun langsung melihat ke arah depan. Tak lama kemudian mereka pun akhirnya tiba di apartemen Elena dengan basah kuyup. Untung ketika di lobby mereka bisa meminta handuk kering cukup untuk mengeringkan sedikit air hujan di tubuh mereka. Sesampainya di apartemen, terdengar suara petir bersahutan, hingga membuat Elena terkejut dan tak sengaja memeluk Radit lagi. Elena tersadar kemudian segera melepas pelukannya, namun ditahan oleh Radit. "Tolong.., sebentar lagi seperti ini" Radit berbisik di telinga Elena, ia pun mulai terbawa suasana. Wajah Radit mendekat, bahkan sangat dekat ke wajah Elena, ia mencium bibir Elena perlahan, tangan nya pun tiba tiba menyingkap baju Elena, lalu menyentuh pinggang ramping milik Elena. Elena terkejut lalu menolak tubuh Radit. ia takut jika ia melewati batas. Radit memang suaminya, tapi ia belum bisa menerima Radit sebagai suami seutuhnya. "Sorry, aku masuk k kamar dulu" Elena beranjak lalu sedikit berlari masuk ke kamarnya. Ada sedikit rasa kecewa di hati Radit. ia telah salah mengira jika Elena telah menerimanya, namun nyata nya tak demikian. Radit pun masuk ke kamarnya segera membersihkan diri. Tak lama ia pun telah berpakaian rapi, ia duduk di meja kerja yang ada di kamarnya. Ia baru ingat jika ia lupa mengecek ponselnya. seharian ini ada beberapa chat yang masuk, namun ia acuhkan, ia malah banyak mengambil Foto Elena diam diam ketika di pantai. Di lihat nya beberapa foto Elena, ia tersenyum melihat Elena, rona wajahnya jauh dari kata killer di Foto itu. Kemudian ia mengecek chat yang masuk, beberapa dari ibunya yang menanyakan kabarnya, lalu sebagian chat dari Siska. Ada lebih dari 20 missedcall dari Siska, juga chat yang jumlahnya tak kalah banyaknya, ternyata Siska ingin mengajak Radit untuk berjalan malam ini. Radit pun menelepon Siska kembali. "Halo Siska, Maaf aku tak tau jika kau menelepon dan mengirimkan chat, Ponsel ku dimode silent tadi" Radit berbohong. "Oh.. ku kira kamu jalan dengan perempuan lain" Jawab Siska sedikit cemburu. "Apa maksud mu?" suara Radit terdengar meninggi tak mengerti maksud ucapan Siska. Siska terdiam, ia tak berani melanjutkan ucapannya. "Dengarkan aku, kamu memang seorang teman yang baik, tapi bukan berarti kamu bisa mengatur dengan siapa saja aku pergi, Aku harap kamu paham" Radit memperingati Siska. "Aku minta maaf, aku cuma sedikit cemburu" Suara Siska terdengar bergetar seakan menahan tangis. Radit menghela nafas, ia sadar ia sedikit keterlaluan kepada Siska, ia paham Siska cemburu, mengingat tempo hari Siska telah meluahkan isi hati nya kepada Radit. "Hmmm baiklah Siska, besok jika aku ada waktu luang akan aku jemput, mungkin kita bisa jalan keliling kota atau sekedar duduk ngopi" Ujar Radit. "Iya baiklah..Besok kabari aku.." Suara Siska kembali terdengar ceria. "Oke.. hmmp aku tutup dulu ya Sis, aku ingin beristirahat, seharian ini aku sedikit sibuk" Radit pamit lalu menutup teleponnya. Andai bisa ia berterus terang, ingin ia katakan kepada Siska jika ia telah memiliki istri, Namun situasi nya tak memungkinkan, terlebih Elena belum bisa menerima nya. ****** Keesokan hari nya Radit bangun Subuh seperti biasa, setelah sholat subuh, ia segera memasakan sarapan untuk dirinya dan Elena. Setelah siap menyajikan sarapan buatannya, ia pun mengetuk pintu Elena. Satu kali ketukan, dua kali ketukan hingga 5x panggilan namun Elena tak kunjung menjawab. Radit kemudian memberanikan diri membuka pintu kamar Elena. Tampak Elena yang masih tertidur, namun wajah nya terlihat memerah. "Elena.. Kau kenapa?" Radit mendekat Elena pun tak menjawab sepatah kata pun. lalu Radit meletakkan punggung tangan nya di kening Elena. "Panas sekali.. Kau demam Elena" Radit menarik tubuh Elena. Elena masih tak sadari diri. Radit dengan cepat mengambil kain dan air hangat untuk mengompres Elena. "Aku sudah yakin, kau pasti akan demam, kau tak pernah mandi hujan Elena.. Harusnya aku memaksa mu untuk memakai jas hujan semalam" Radit menunduk, sembari menggenggam erat tangan Elena. Dengan sangat telaten Radit merawat Elena, ia pun menyuapi Elena. "Makasih yah Dit.. udah bersedia ngerawat aku, bukan salah mu jika aku demam, cuma tubuh ku saja yang ringkih" ucap Elena sembari membetulkan posisi duduknya. Radit mengusap wajah Elena, ada rasa sayang yang timbul untuk Elena. Waktu pun berlalu, jam sudah menunjukan pukul lima sore hari, tiba tiba ponsel Radit berdering, Siska meneleponnya, ia lupa telah berjanji dengan Siska untuk mengajaknya jalan hari ini. "Apa kamu sudah jalan Dit?" Siska bertanya "Hmmm.. Siska, aku minta maaf, kayaknya aku tak bisa menepati janji, ada hal mendadak hari ini" "Apa itu sangat penting?" Sura siska terdengar kecewa. "Itu..." Perkataan Radit terputus. "Radit.." Elena memanggil Radit "Itu siapa Dit?" Siska bertanya, tanpa sengaja ia memdengar suara perempuan yang tak asing memanggil Radit. "Ibu ku! iya ibu ku, sudah dulu ya Sis, maaf.. lain kali aku pasti akan mengajak mu jalan" Radit langsung menutup teleponnya, lalu menghampiri Elena. "Ada apa Elena? apa kau memanggilku?" "Bisa bantu aku ke sofa depan? aku suntuk di kamar terus hampir seharian" Elena mengulurkan tangan nya. Radit membantu Elena, ia malah membopong Elena, awalnya Elena sedikit terkejut, namun ia merasa sangat nyaman di dekapan Radit. Radit meletakan Elena di Sofa panjang yang ada di ruangan tengah, ia membawakan selimut dan bantal untuk Elena. "Aku yakin.. pacar mu pasti sangat beruntung memiliki kekasih yang begitu perhatian" Elena memulai pembicaraan, ia penasaran siapa yang tengah menelepon Radit tadi. "Siapa yang kau maksud?" Tanya Radit tak mengerti "Tadi... pacar mu kan yang menelepon?" Elena mulai selidik "Oh.. itu teman ku.. Aku berjanji akan menemuinya hati ini.. tapi aku lupa mengabari nya tadi" "Oh..teman.." Elena sedikit bernafas lega. "Apa... kau cemburu?" tanya Radit sembari mengerlingkan mata nya pada Elena. "Siapa? aku? yang benar saja.." Elena mengelak. Radit tertawa melihat raut wajah Elena yang seperti salah tingkah. "Bukankah kau istri ku? wajar jika kau cemburu" sambung Radit lagi. Elena tak menjawab, namun di dalam hatinya ia begitu berbunga bunga. Radit kemudian menggenggam tangan Elena. "Walau saat ini kau belum bisa menerima aku sebagai suami mu, tapi aku yakin, suata saat nanti, kau sendiri yang akan mengatakan bahwa kau adalah istri dari Radit Bagaskara" Radit tersenyum. Elena pun ikut tersenyum, walau ia tak yakin, apa akan mempertahankan rumah tangga nya atau kembali ke rencana awal yang akan secepatnya melepaskan Radit. __________
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD