Pagi ini Elena dan Radit telah bersiap untuk pergi ke kantor, Radit tampak begitu berbeda, ia telah memangkas rambut gondrongnya tadi malam, hingga membuat Elena makin tertawan dengan ketampanan Radit.
"Kenapa kau pangkas rambut mu?" tanya Elena sembari membetulkan jasnya.
"Aku cuma ingin suasana baru saja" Radit tersenyum.
"Suasana baru atau agar Siska makin kesemsem dengan mu?" Elena tertawa mengejek Radit.
"Siska? yahhh mungkin bisa dibilang begitu, ia pasti akan makin ngefans dengan ku" Radit mengusap rambutnya
"Cih.." Elena mendecak
"Kamu... cemburu Elena?"
"Aku cemburu? Ah.. yang benar saja hahaha" Elena tertawa mendengar pertanyaan Radit.
Radit hanya terdiam, ia tersenyum melihat raut wajah Elena yang tengah tertawa lepas seperti sekarang, hatinya makin tertawan dengan istrinya itu.
******
Siang ini di kantornya Radit telah menjadi pusat perhatian, ia bertambah tampan dengan penampilannya yang sekarang.
"Hei Siska! jangan kau tatap terus Radit seperti itu, jika kau suka cepat jadikan dia milik mu, saingan mu banyak loh.. ntar takut keduluan cewek lain" Tiar berbisik sembari menyikutlengan Siska.
Siska tersadar, ia begitu mengagumi Radit, tapi ia masih terus bertanya dalam hatinya, apakah Radit akan menerima nya atau bahkan menolaknya?
Tak lama kemudian Eggy melintas di hadapan mereka, ia terus lurus ke arah ruangan Elena, kemudian ia pun masuk.
Elena yang tengah menerima telpon dari kliennya pun terkejut, Eggy begitu lancang masuk ke ruangan nya tanpa mengetuk pintu, bahkan Eggy tak ada memberitahu jika ia akan mendatangi kantornya.
"Hai Darling.." Eggy melambaikan tangannya.
"Ada apa kau ke sini?" ujar Elena sembari menutup segera ponselnya.
"Aku kangen! Kenapa kau tak mengangkat telpon dari ku? bahkan chat ku pun tak kau balas" kata Eggy sembari menarik kursi lalu duduk di depan Elena.
"Jika kau ingin membicarakan pekerjaan maka akan aku layani, tapi jika kau hanya terus menggoda ku, bukankah kau lebih baik pulang?" Dengus Elena ketus.
"Jangan jual mahal padaku.. Aku sudah tau semua nya Elena.. jangan buat aku melenyapkan seseorang karna penolakan mu" Eggy mengancam.
"Apa maksudmu?"
"Kau.. dengan staf mu yang kemarin berkelahi dengan ku itu suami mu kan?" ujar Eggy mengangkat sebelah alisnya.
"Jangan sok tau" Elena mengelak
"Elena... kau tau aku.. hal kecil seperti itu sangat mudah ku cari tau.. Lagian kenapa kau lebih memilih dia? Dia tidak ada apa apa nya dengan ku" tanya Eggy sembari memainkan jemarinya di meja Elena
"Bukan urusan mu.. dan jangan sekali kali kau mengancamku Eggy! kaujuga tau bagaimana diriku.. Bahkan aku juga bisa menghancurkan mu" Elena mendekatkan wajah nya
"Kau yakin? bagaimana jika aku sebar luaskan berita ini.. menarik bukan?" Eggy turut mendekatkan wajahnya ke Elena.
"Apa yang kau inginkan!"
"Kembali kepada ku.. Tinggalkan Staf mu itu" Eggy menarik lengan Elena.
Elena terdiam, ia juga tak ingin berita pernikahan nya di ketahui orang banyak.
"Baik.. tapi beri aku waktu, aku tak mungkin meninggalkan nya secepat ini.."
"Oke.. Aku akan menunggu sampai kau siap melepaskan dia, tapi jangan bohongi aku! jika kau berbohong.. Maka akan aku lenyapkan dia" Eggy bersepakat.
Elena terdiam, ia tak menyangka jika ia akan menyanggupi permintaan Eggy.
Eggy beranjak dari kursinya, ia mendatangi Elena lalu mendekap Elena erat.
"Aku pastikan jika kau hanya akan menjadi milikku Elena.." Eggy berbisik lalu ia melepaskan dekapannya dari Elena.
Eggy pun keluar dari ruangan Elena meninggalkan dirinya yang mematung.
Eggy menghampiri Radit.
"Tinggalkan Elena, jika kau masih sayang dengan nyawa mu.." ujar Eggy setengah berbisik lalu pergi tanpa memberikan Radit membalas perkataannya.
Wajah Radit memerah, lalu ia pun masuk ke ruangan Elena. ia melihat Elena tengah melihag ke arah luar jendela sembari menggigit jemarinya gelisah.
"Ada apa Eggy datang menemui mu?" Sontak pertanyaan Radit mengejutkan Elena yang tengah melamun.
"Dia... cuma membahas soal proyek" Jawab Elena berbohong.
Radit mendekati Elena, di tatapnya mata Elena dalam, ada sesuatu terpancar dari raut wajahnya itu.
"Kamu baik baik sajakan Elena?" Tanya Radit menggapai lengan Elena.
"Semua oke, tak ada yang perlu di khawatirkan.. Kembalilah bekerja" Elena melepaskan tangan Radit dari lengannya.
Namun Radit langsung memeluk Elena, Elena terkejut dengan perlakuan Radit.
"Aku tau.. ada sesuatu yang kau sembunyikan..Jika kau memerlukan bantuan.. katakan pada ku" Radit berbisik dekat telinga Elena, namun cepat ia melepaskan Elena.
"Aku... baik baik saja.. tenanglah.." Elena menahan tangisnya, Rasanya ia ingin sekali jujur kepada Radit.
Radit kembali ke meja kerjanya. ada tanda tanya besar di hatinya, pasti telah terjadi sesuatu pada istrinya itu.
******
Sore ini jam pulang pun telah berbunyi, Radit segera turun ke arah parkiran, Namun langkahnya terhenti jarena Siska menghampirinya.
"Radit! tunggu aku!" Siska berjalan setengah berlari menghampiri Radit.
"Ada apa Sis?"
"Kita perlu bicara.. apa kita bisa duduk sebentar di cafe sebelah" Ajak Siska
"Hmmmp.. oke baiklah, ayoo aku bonceng"
Siska mengangguk lalu naik ke atas motor Radit.
Sesampainya di cafe yang di maksud mereka pun memesan minuman.
"Apa yang ingin kau bicarakan Siska?"
"Hmmmp.. ituuu akuuu..." Siska terbata sembari mengeratkan genggaman kedua tangannya gelisah.
"Akuuu ingin mendengar jawaban mu" Siska melanjutkan perkataan nya lagi.
"Oh itu... Hmmmp sebelumnya aku minta maaf ya Sis, jika jawaban ku mengecewakan mu" Radit berkata dengan hati hati
"Maksud mu.." Tanya Siska tak sabar
"Sebenarnya.. aku telah memiliki istri Sis.." jawab Radit jujur.
"Apa! kau berbohongkan dit!" ujar Siska tak percaya.
"Aku serius.. Aku telah menikah" Radit meyakinkan Siska.
"Si..siapa dia? apa aku mengenalnya?" tanya Siska mendesak
"Itu... maaf Sis.. Aku tak bisa memberitahumu.. yang jelas aku sudah menikah.. dan aku mencintai istri ku" Jawab Radit menggenggam tangan Siska.
"Aku tak percaya! jika memang kau tak menyukaiku, kau bisa mengatakannya.. tapi bukan dengan berbohong seperti ini dit!" Siska beranjak dari kursinya, ia menangis lalu berlari meninggalkan Radit.
Radit menatap Siska sampai menghilang, ada perasaan bersalah dalam hatinya, namun ia juga tak ingin Siska menaruh hati nya lebih dalam lagi kepadanya.
________