'Hanya seorang gadis Pribumi udik, apa sebenarnya yang begitu menarik?' gumam Belinda. Merasa dibanding Kirana, ia jauh lebih baik.
Selain berstatus Totok, Belinda juga bisa dikatakan adalah sosok kembang diantara sesama gadis Totok Belanda lain.
Kulit putih, rambut pirang indah bagai emas, juga tubuh tinggi semampai khas Eropa yang mana berbalut sempurna pertumbuhan pesat bagian tubuh tertentu masa remaja sedang ia lewati, menjadi komposisi sempurna bagi Belinda untuk membuat banyak mata lelaki, akan begitu puas bahkan hanya dengan memperhatikan sosoknya.
Gadis ini, memiliki hampir seluruh hal diidamkan oleh tiap lelaki ada pada seorang wanita. Penasaran dengan apa tersembunyi dibalik gaun berkerah rendah serta ketat pada bagian atas perut sedang ia kenakan. Menonjol begitu menggairahkan, seolah bisa menyembul keluar kapan saja.
Bagaimanapun juga, Belinda saat ini memang tengah mengenakan gaun yang cukup tak biasa. Gaun sering dikenakan gadis-gadis Eropa khas abad pertengahan.
Sosok Putri Asisten Resident Kota Madiun tersebut, tampak cukup menggemari hal-hal berbau abad pertengahan. Dapat juga dilihat dari beberapa perhiasan sedang ia pakai.
Sementara Kirana pada sisi lain, pihak yang sedari tadi menjadi target tatapan tajam Belinda, sosok yang ia anggap tak setara, nyatanya juga tampil sangat mempesona.
Jika Belinda memberi kesan elegan nan menggairahkan dengan paras, lekuk tubuh, serta gaun ia pilih, maka Kirana, memiliki hal lain tak kalah menjadikan dirinya pusat perhatian sepanjang jalannya pesta.
Wajah ayu anak gadis Bupati Sidoarjo, dimana merupakan kombinasi apik perpaduan Jawa-Arab, memiliki darah Arab dari sisi leluhur Ibunya, tak henti memancarkan aura kepolosan alami. Kepolosan yang entah kenapa, sukses menjerat banyak hati untuk jatuh kepadanya.
Tanpa perlu untuk berusaha, pesona Kirana, seperti tersebar dengan sendirinya. Sosok Kirana bagai deskripsi nyata gadis-gadis keturunan atau titisan dewa-dewi khayangan dalam cerita kisah pewayangan.
Gadis yang menemani tiap tokoh utama kisah pewayangan sebagai kekasih setia. Satu hal yang mana selama ini, sekedar bisa dibayangkan atau diidamkan dalam fantasi tiap pria, membayangkan atau memposisikan diri sebagai Sang Tokoh utama dalam tiap kisah mereka baca.
Belinda dan Kirana, meski sama-sama merupakan sosok gadis dengan deskripsi sempurna ingin direngkuh para lelaki dalam genggaman tangan mereka, memiliki kekhasan masing-masing.
Saling bertolak belakang, namun jelas adalah jenis-jenis sering difantasikan oleh tiap lelaki. Satu bertubuh menggairahkan dengan pembawaan yang juga tampak akan panas diatas ranjang, sementara satu lain, begitu polos, begitu suci.
Tak terbayangkan menjadi pertama memiliki untuk menemani melewati tiap malam-malam. Kesucian dan kepolosan yang justru membangkitkan rasa tertentu ingin memiliki.
Rasa yang mungkin menjadi alasan dalam kisah Epos Ramayana nan terkenal, sosok macam Rahwana, begitu mendambakan seorang Dewi Shinta meski jelas merupakan Istri lelaki lain, Sang Rama.
Menatap Kirana, seolah tiap lelaki dapat memahami apa yang dirasakan oleh Rahwana. Membedakan sekedar mereka masih cukup beruntung, karena Anak Gadis Bupati Sidoarjo tersebut, masihlah lajang. Belum menjadi Istri siapapun.
Ditambah dengan Hong Shiu, otomatis tiga sosok gadis yang sedari awal jalannya pesta telah banyak menarik tatapan penuh minat kaum lelaki, kini resmi berada didalam satu ruang sama.
Hong Shiu, berjalan anggun coba mempertahankan kesopanan saat mengantar Raden Mas Adiwangsa dan Kirana, menuju tempat duduk masing-masing telah disiapkan.
Keponakan Hong Kui ini, tampak memahami bahwa agenda makan malam terbatas sedang akan berlangsung di sebuah ruang khusus, jelas memiliki beberapa hal penting hendak diangkat sebagai topik pembahasan. Bagaimanapun juga, memprakarsai adalah sosok Willem, sedangkan yang lekas menyiapkan langsung, itu Pamannya sendiri. Tuan rumah pesta.
Kehadiran Belinda yang cukup tak terduga, semakin menambah alasan bagi Hong Shiu, untuk menampilkan sikap sebaik mungkin.
Sikap yang nyatanya membuat Belinda, memiliki sosok tambahan untuk disasar oleh tatapan tajamnya. Menyadari beberapa kali, Hong Shiu sempat melirik serta melempar senyum simpulnya yang indah kearah Willem.
'Bertambah satu lagi gadis kelas rendah yang tampak tak cukup sadar diri siapa dirinya itu!' dengus Belinda dalam hati. Tatapan tajam, berkembang menjadi memiliki riak kebencian.
"Silakan Tuan Raden Mas Adiwangsa! Juga Nona Kirana yang cantik!" ucap Hong Shiu. Mempersilakan pasangan Ayah dan Anak sedang ia pandu memasuki ruang, untuk mengambil tempat duduk.
Menanggapi, baik itu Raden Mas Adiwangsa maupun Kirana, sekedar mengangguk, membalas senyum Hong Shiu dengan senyum sopan sama sebelum akhirnya menempati kursi telah disediakan.
Hong Shiu sendiri, tentu tak mengambil tempat duduk. Melanjutkan berjalan untuk sama seperti Aldert yang setia berdiri dibelakang Willem, menghentikan langkah kaki ketika telah sampai dibelakang punggung Pamannya, Hong Kui.
Situasi, sempat berkembang hening untuk beberapa saat pasca Raden Mas Adiwangsa dan Kirana, telah mengambil posisi duduk menghadap meja jamuan penuh akan hidangan mewah.
Tiap sosok yang hadir, sekedar hanya diam.
Raden Mas Adiwangsa dan Kirana, tentu tak memiliki topik pembahasan, juga tak ingin ceroboh, memutuskan menunggu untuk siapapun itu, entah Willem atau Hong Kui yang mengundang, menyampaikan terlebih dahulu perihal dari maksud undangan makan khusus sedang berlangsung.
Belinda pada sisi lain, bertahan menatap tajam bergantian kearah Kirana yang masih menundukkan kepala, juga pada sosok Hong Shiu tak henti tersenyum manis beberapa kali sempat mencuri pandangan kepada Willem.
Aldert, tentu tak berniat mengucap apapun. Ia sekedar menemani serta menunggu tiap intruksi dari Tuan-nya. Menyisakan Hong Kui yang tampak terus menatap Willem, berharap mendapat tanda isyarat tertentu tentang apa harus dilakukan. Terutama apakah ia sudah boleh membuka jamuan.
Willem sendiri, untuk beberapa saat tak menyadari tatapan dari Hong Kui. Terlihat sedang menikmati memandang wajah Kirana dari jarak cukup dekat. Sekedar terpisah meja hidangan.
Baru ketika Willem merasa situasi berkembang menjadi hening, ia mengalihkan pandangan untuk pada akhirnya, menemukan tatapan Hong Kui.
Menyambut tatapan Saudagar Tionghoa tersebut, Willem lekas membuat gerak mengangguk singkat sebagai tanda isyarat.
Anggukan singkat tanda isyarat yang nyatanya, memang sudah ditunggu-tunggu oleh Hong Kui.
"Baiklah… Sebagai Tuan Rumah yang mengadakan pesta, juga yang telah menyiapkan jamuan khusus ini, aku akan mengambil peran sebagai pemantik awal!" ucap Hong Kui. Melempar kalimat yang sukses menyelamatkan tiap orang sedang dalam situasi terasa canggung.
Sukses memecah suasana hening mendekap ruang jamuan.
Lekas menjadi pusat tatapan dari tiap sosok hadir disekitar, Hong Kui membalas dengan mulai menampilkan senyum tipis sederhana.
"Memprakarsai jamuan khusus ini, tak lain adalah Tuan Willem!" lanjut Hong Kui.
"Sementara menjadi alasan kenapa kami mengundang Tuan Bupati Sidoarjo untuk juga turut serta, semua akan menjadi hal-hal terkait bisnis!"
Kalimat lanjutan Hong Kui, tampak membenarkan dugaan awal Raden Mas Adiwangsa. Ternyata semua menjadi satu hal tertentu berkaitan dengan bisnis.
"Tuan Raden Mas Adiwangsa, kami sengaja mengundang, karena Tuan Willem dan aku, memiliki rencana untuk membuka bisnis baru!"
"Bisnis baru yang nantinya akan berwujud sebuah restoran dengan ide cukup inovatif, yakni menjadikan menu hidangan, terdiri dari tiga jenis masakan khas berbeda seperti kini telah disajikan pada meja jamuan!"
"Restoran?" gumam Raden Mas Adiwangsa. Menanggapi dengan kerutan kening. Menyiratkan agar Hong Kui, lekas melanjutkan.
"Ya, sebuah restoran! Dimana akan menyediakan menu gabungan Khas Eropa, Tionghoa, serta Jawa!" balas Hong Kui.
"Berkenaan dengan kami ingin membuka bisnis restoran ini di wilayah Sidoarjo sebagai bentuk pengembangan agar fokus tak hanya di Surabaya, Tuan Willem dan aku, merasa kau akan cocok bergabung!"
"Turut serta merintis!"
"Bagaimanapun, selain Bupati Sidoarjo, Tuan juga merupakan pembesar Ningrat Priyayi Jawa yang tentu cukup memahami hal-hal terkait masakan Jawa, salah satu dari tiga daya tarik utama restoran akan dijalankan!"
Hong Kui, tampak memang seorang pebisnis handal. Dapat dilihat dari cara penyampaian proposal kerjasama yang saat ini sedang ia usahakan kepada Raden Mas Adiwangsa, dimana dalam penyampaiannya, tiap pemilihan kalimat, intonasi nada, serta ekpresi, benar-benar sangat meyakinkan.
Situasi yang lekas membuat Raden Mas Adiwangsa baru sekedar mendengar rencana awal, sudah berkembang tampak antusias raut wajahnya.
'Sungguh keberuntungan besar mendapat kesempatan macam ini, diikutkan menjadi bagian rencana bisnis baru Tuan Willem dan Hong Kui!' gumam Raden Mas Adiwangsa dalam hati, seraya kini mulai menampilkan senyum penuh minat.