36 - Tukar Pandang Pertama

1226 Words
"Jadi seperti itu!" ucap Hong Kui. Melanjutkan saat Raden Mas Adiwangsa, masih tampak menampilkan senyum penuh minat. "Sebelum menuju pembahasan utama lebih detail, ada baiknya kita menikmati sajian makan malam dahulu!" "Kebetulan aku sudah menyiapkan menu-menu utama nantinya akan menjadi andalan di bisnis restoran tadi kusampaikan!" Hong Kui, menyempatkan untuk sedikit menjeda kalimat. Memberi kesempatan bagi Raden Mas Adiwangsa, mengamati menu-menu telah disajikan diatas meja. "Tuan Bupati bisa sekalian mencicipi untuk mendapat lebih banyak keyakinan, kiranya masih memiliki keraguan!" gumam Hong Kui. Mendengar kalimat Saudagar Tionghoa tersebut, senyum serta wajah Raden Mas Adiwangsa, berkembang semakin cerah. Merasa nyaman karena sedari tadi, mendapat jamuan serta sikap sopan penuh penghormatan. "Hong Shiu…!" Menutup, Hong Kui menggumam kepada keponakannya masih berdiri setia dibelakang. "Ya Paman…" Bertahan dengan sikap penuh kesopanan, Hong Shiu yang tampak lekas memahami, menyambut intruksi dari Sang Paman dengan mulai membuat gerak tepuk tangan singkat. Tepuk tangan Hong Shiu sendiri, adalah tanda isyarat bagi pekerja Toko Purnama menunggu diluar, untuk segera memasuki ruang. Total, ada tiga pekerja kini memasang sikap sopan berdiri pada sudut berbeda meja jamuan. Melaksanakan tugas dengan membagikan piring serta peralatan makan lain dihadapan tiap-tiap sosok sedang duduk menempati kursi telah disediakan. Willem, Belinda, Hong Kui, serta pasangan Raden Mas Adiwangsa dan Kirana yang menjadi tamu kehormatan dilayani, bertahan diam memperhatikan saat tiga pekerja, menyiapkan seluruh kenyamanan. "Tuan Willem, silakan menjadi pertama memilih menu terlebih dahulu!" Tepat ketika para pekerja menyelesaikan tugas awal mereka, dimana seluruh peralatan makan telah siap, Hong Kui sebagai Tuan Rumah, mengucap kalimat untuk memberi penghormatan kepada Willem, sosok dengan kedudukan paling tinggi untuk pertama memilih menu jamuan. Willem sendiri, masih tanpa mengucap kalimat apapun, lekas menunjuk salah satu menu yang terlihat adalah masakan khas Jawa. Menanggapi gerak menunjuk baru dilakukan oleh Willem, pekerja yang bertugas melayani disudut meja pasangan Willem-Belinda, lekas bergerak cekatan namun tetap menjaga kesopanan menyiapkan menu dipilih sosok Putra Asisten Resident Kota Surabaya tersebut. "Tuan Willem sungguh memiliki selera yang sangat variatif, dapat menyesuaikan dimanapun bumi dipijak!" tanggap Hong Kui, mengomentari pilihan menu Willem. "Kebetulan aku pernah mencoba sebelumnya! Dan harus kukatakan, memang cukup lezat!" balas Willem. "Hmmm… Kenapa justru tampak meragukan dimataku hanya dengan sekedar melihat penampakannya!" tanggap Belinda, melirik sajian menu baru dipilih Willem yang mana masih disiapkan oleh pekerja, dengan ekpsresi kerutan kening. "Tentang makanan, kau baru bisa berkomentar setelah mencicipi rasanya!" balas Willem. "Ini disebut dengan Gudeg! Kalau tidak salah, masakan khas Jawa terkenal dari wilayah Jogjakarta!" lanjut Willem. "Gudeg?" gumam Belinda. Sedikit teralihkan dari fokus menatap benci Kirana dan Hong Shiu untuk kini cukup menampilkan wajah penasaran. "Kau bisa mencoba sendiri! Manis dan Gurih! Akan nyaman dilidah kita orang Eropa!" tanggap Willem. "Disampaikan oleh Tuan Willem, memang benar! Gudeg, adalah salah satu menu masakan terkenal Khas Jawa, kedepan akan menjadi salah satu sajian andalan bisnis restoran!" ucap Hong Kui. Bergabung dalam percakapan. "Gudeg sendiri, memiliki bahan utama nangka yang direbus bersama gula aren, santan, daun salam, serai, dan lengkuas, sampai sangat empuk dan tercampur sempurna." Hong Kui, melanjutkan dengan mulai memaparkan hal-hal terkait Gudeg. Tampak memiliki pengetahuan cukup luas. Bagaimanapun juga, jika itu sudah menyangkut tentang bisnis hendak dijalankan, sosok macam Hong Kui yang berbakat pada bidang bisnis, akan totalitas memberi semua untuk belajar, coba memahami dengan baik hal yang nantinya akan menjadi pemasukan. Sebuah sikap disiplin yang menjadi salah satu faktor utama Hong Kui, mampu mencapai ketinggian saat ini sedang ia tapaki. Pengetahuan, adalah sebuah alat nyata membantu segala hal berjalan sempurna pada tempatnya. Hong Kui akan dapat melihat segala celah. Lekas mengoreksi saat terjadi satu dua hal tak sesuai ia harapkan. Nyatanya, salah satu resep sukses Hong Kui tersebut, memang merupakan cara cukup jitu. Dapat dilihat dari Willem yang juga mempraktekkan disiplin sama, tak lelah terus belajar tentang hal-hal terkait bisnis sedang atau akan dijalankan, mampu meraih pencapaian sama. Berada diketinggian sama untuk menjadi sosok pengusaha muda pemilik perusahaan pertanian der Beele nan terkenal. Paling besar di Kota Surabaya. "Disajikan dengan nasi, telur rebus, potongan ayam, dan sambal goreng yang berisi kulit sapi kenyal, membuat Gudeg adalah salah satu masakan khas Jawa yang cukup unik!" "Nama Gudeg sendiri, dari beberapa sumber sempat k****a, didapat dari istilah bahasa Jawa hangudek. Istilah hangudek memiliki arti proses mengaduk." Hong Kui, melanjutkan pemaparan dari segala pengetahuannya tentang Gudeg dengan sikap layaknya seorang guru penuh wibawa. Tak henti memasang raut wajah bangga, sosok Saudagar sukses Tionghoa kota Surabaya, menutup dengan penjelasan tentang arti nama Gudeg. "Apakah semua tadi sempat kusampaikan benar adanya Tuan Bupati? Jika ada satu dua hal yang mungkin kurang tepat, bisa kiranya untuk dikoreksi agar semua mendapat pemahaman jelas!" Kembali membuka mulut, Hong Kui melanjutkan dengan bertanya kepada Raden Mas Adiwangsa. Sosok Ningrat Priyayi Jawa sedang berada diruangan. Bagaimanapun juga, baru dibahas memang adalah makanan khas Jawa, jadi akan tepat untuk meminta tanggapan dari Sang Bupati Sidoarjo. "Saudara Hong Kui, bisa kukatakan, semua yang baru disampaikan, sudah sangat tepat!" balas Raden Mas Adiwangsa. "Sejujurnya malah harus kukatakan cukup terkesan kau bisa tahu sejauh itu! Bahkan untuk kalangan orang Jawa sendiri, mungkin tak semua paham tentang resep Gudeg, juga arti dari asal pengambilan namanya!" lanjut Raden Mas Adiwangsa. Kini memuji pengetahuan Hong Kui. "Maka pelayan, ambilkan untukku juga! Kita lihat dan uji saja, memang senikmat apa?" ucap Belinda. Pada akhirnya memutuskan untuk mencoba. Cukup penasaran. Kembali bergerak cekatan, pekerja yang mendengar intruksi, lekas mengambilkan sajian Gudeg untuk terhidang sopan pada piring Belinda. "Tuan Bupati, serta Nona Kirana! Silakan, tak perlu sungkan!" Melihat Willem dan Belinda telah siap menu mereka pilih, Hong Kui melanjutkan dengan mempersilakan giliran memilih kepada Raden Mas Adiwangsa dan Kirana. "Kirana, kau ingin yang mana?" tanya Raden Mas Adiwangsa. Kepada Kirana yang sedari tadi tampak hanya menunduk diam. "Bisa Ayahanda pilihkan saja!" balas Kirana lirih. Malu-malu. Sejujurnya cukup kurang nyaman harus berada disekitar sosok-sosok ia anggap pembesar hadir bersama diruangan. Kehadiran Willem dan Belinda yang merupakan Totok Belanda, entah kenapa memberi tekanan tersendiri bagi Kirana. Menganggap akan jauh lebih baik harus berhadapan dengan pembesar Bupati daerah lain macam Ayahnya. Terutama tentu saja adalah Belinda. Dimana sedari tadi, kerap menatapnya tajam. "Wahh, kenapa harus Ayahanda yang memilih? Kau bisa coba berpendapat, menentukan pilihan sendiri!" balas Raden Mas Adiwangsa. "Ayahanda, cukup pilihkan saja!" gumam Kirana. Semakin lirih intonasi nada suaranya. "Kulihat Nona Kirana sulit dalam menentukan pilihan…." Pasangan Ayah dan Anak masih saling melakukan percakapan ketika secara tak terduga, Willem tiba-tiba melempar tanggapan. "Mungkin bisa memilih menu yang ada disana!" lanjut Willem, saat tiap tatapan, kini tertuju kearahnya. Menyela percakapan Raden Mas Adiwangsa dan Kirana, dengan memberi saran pilihan menu. "Menu khas Belanda, disebut Kroketten!" Willem mengenalkan sajian baru ia tunjuk. Bersama itu pula, Hong Kui lekas tanggap memberi lirikan kepada salah satu pekerja untuk menyiapkan. Pekerja Toko Purnama berada disisi meja Kirana, patuh mengambil menu Kroketten. Menyajikan pada piring anak gadis Raden Mas Adiwangsa meski belum ada jawaban mengiyakan apapun keluar dari mulut Kirana atas menu pilihan saran Willem. "Kroketten merupakan makanan yang bahan dasarnya adalah kentang tumbuk dicampur dengan daging dan bumbu, kemudian dilumuri tepung roti!" "Digoreng dalam minyak!" Willem, memaparkan penjalasan. Mengenalkan tentang menu baru ia sarankan untuk coba. "Merupakan sajian yang halal dimana Muslim, bisa juga menikmatinya!" tutup Willem. Mengangkat topik tentang beberapa makanan khusus yang memang tak diperbolehkan untuk makan bagi kebanyakan Pribumi yang merupakan muslim. Menutup segala penjelasan, Willem bertahan menatap Kirana yang masih termenung untuk pertama kalinya memberi tatapan balik langsung kepadanya. Tatapan yang bersambut senyum tipis sederhana nan khas, mengembang diwajah Willem.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD