30 - Senyum Licik

1234 Words
"Wahhh… Sudah menyentuh 1000 Gulden hanya dengan beberapa kali sesi tawaran saja!" Ruang lelang, lekas menjadi gaduh bersama tawaran terbaru dilayangkan oleh Laurens. Aksi coba kembali mendapatkan sedikit rasa respek dan harga diri Putra Assisten Resident Kota Gresik, tampak seperti berjalan diarah tepat ketika kini tatapan-tatapan disekitar, mulai memandang kepadanya dengan sorot kagum. "Persaingan antar Totok Belanda memang berbeda! Benar-benar dilevel jauh lebih tinggi!" Sama halnya dengan para pembesar lain disekitar, Raden Mas Adiwangsa dan Raden Adipati Soeryo, terlibat percakapan mengomentari jalannya lelang untuk barang ketiga. Meski cukup menyayangkan, harus rela melewatkan keris Luk tigabelas ketika itu sudah berada tepat didepan mata, dua sahabat ini, tentu sadar diri tak akan bisa bersaing. Lain sisi, baik itu Raden Mas Adiwangsa ataupun Raden Adipati Soeryo, berkembang tak terlalu terbebani karena pada dasarnya, sudah memiliki simpanan jenis koleksi keris Luk tigabelas sendiri. "Tentu saja berbeda! Bagaimanapun juga, mereka memiliki sumberdaya dana seperti tanpa batas! Terutama Tuan Willem!" gumam Raden Mas Adiwangsa. Menanggapi kalimat awal sempat disampaikan oleh Raden Adipati Soeryo untuk membuka obrolan. "Selain Putra Assisten Resident sama seperti Tuan Laurens, ia juga merupakan pencetak Gulden mandiri dengan perusahaan pertanian der Beele-nya!" lanjut Raden Mas Adiwangsa. "Situasi yang membuat kita seolah hanya numpang lewat disini! Hahahha…!" Raden Mas Adiwangsa, menutup dengan tawa. "Numpang duduk maksudmu?" tanggap Raden Adipati Soeryo. "Kenapa repot mengoreksi? Jelas tadi kusampaikan sekedar perumpamaan!" dengus Raden Mas Adiwangsa. Memasang wajah kesal. Satu hal yang bersambut tawa lirih Kirana. Gemas dengan tingkah Sang Ayah ketika sedang bersama sahabatnya. "Luar biasa! Benar-benar seru sekarang! Dalam sekejap, Keris Luk tigabelas barang lelang Ketiga sekaligus penutup untuk sesi dua, telah menyentuh angka yang sangat fantastis! 1000 Gulden!" Raden Mas Adiwangsa dan Raden Adipati Soeryo, masih terlibat percakapan saat Hong Shiu Sang pemandu acara, coba mengambil lagi kendali utama jalannya lelang dengan melempar kalimat yang sukses lekas menarik perhatian tiap undangan. "Terutama Tuan Laurens! Berkembang menjadi bintang utama bersinar terang saat ini!" lanjut Hong Shiu. Mengarahkan untuk tiap orang, memberi penghargaan kepada Laurens Both atas aksinya yang tanpa ragu menaikkan harga tawaran cukup eksplosif. "Sekarang tinggal menunggu Tuan Willem! Sosok yang juga tak kalah bersinar sepanjang jalannya lelang malam ini!" "Bagaimanapun juga, ia merupakan pembeli pertama yang menyentuh angka 1000 Gulden untuk Prasasti barang lelang pertama sesi kedua!" Sempat melempar seluruh perhatian kepada Laurens, Hong Shiu, bagai pawang ahli mengendalikan suasana dengan hanya mengucap beberapa kata tambahan, kini membuat perhatian tiap orang sempat tertambat kepada Laurens, lekas berganti untuk Willem. Mengikuti kalimat bernada renyah nan candu keluar dari mulut Hong Shiu, tiap undangan pesta, menunggu respon dari Willem atas angka 1000 Gulden baru naik. Suasana, tentu kini menjadi hening. Tak ada yang bersuara. Sekedar menajamkan telinga, siapapun hadir mengikuti lelang, memiliki perasaan cukup pasti bahwa Willem, tak akan tinggal diam. Penasaran dengan berapa kiranya angka fantastis dilayangkan oleh pemilik perusahaan pertanian der Beele ini, sebagai respon atas harga 1000 Gulden Laurens. Dimeja VIP, Willem sendiri yang tengah menjadi pusat dari segala sorot tatap mata, nyatanya justru menampilkan sikap tenang. Cenderung santai. Putra Asisten Resident Kota Surabaya, bahkan menyempatkan memberi tanda isyarat tangan kepada asisten pribadinya, Aldert, untuk kembali menyeduh teh. Bersama isyarat Willem, Aldert dengan patuh menyeduh teh kecangkir yang telah kosong. Aksi menyeduh sederhana yang berkembang menjadi pusat perhatian tiap orang. Menginginkan agar Aldert lekas menyelesaikan seduhannya agar Willem juga lekas keluar dari kebisuan sedari tadi ia pertahankan. 'Hmmmm… Kita lihat bersama, memang sejauh mana kau akan bisa terus bertahan menampilkan sikap seolah santai itu?' Sama seperti tiap orang, Laurens saat ini juga tengah menatap Willem. Menampilkan senyum tipis tampak licik saat mulai menggumam kalimat dalam hati. Putra Assisten Resident Kota Gresik ini, merasa bahwa sikap santai sedang ditampilkan oleh Willem, sekedar pengalih agar tak tampak tertekan dengan aksi-nya yang terus menaikkan tawaran berlipat sangat tinggi. "Sahabat Laurens…!" Tepat setelah teh selesai diseduh, dimulai dengan Willem menyempatkan mengambil satu tegukan, ia pada akhirnya membuka kalimat untuk memecah keheningan. Mendengar itu, Laurens yang mengira Willem akan lekas kembali menaikkan tawaran dengan seperti biasa mengawali aksi coba melempar kalimat provokatif atau Sarkasme kepadanya terlebih dahulu, bertahan tersenyum licik. Sudah tak peduli lagi dengan segala kalimat licin akan keluar dari mulut Willem. Sekedar menyiapkan harga tandingan melebihi nantinya diucap oleh pihak lawan. Hanya saja, detik berikutnya, semua justru berbalik menjadi semacam tikam pisau tajam menghujam hati Laurens. Kalimat keluar dari mulut Willem, benar-benar tak seperti kebanyakan orang pikir atau duga. "Karena kau tampak sangat menginginkan pusaka Keris itu, menaikkan harga dengan angka sungguh fantastis, kurasa akan menjadi tak sopan jika aku terus menghalangi!" ujar Willem. Memainkan cangkir teh dengan jemari tangan, senyum tipis juga mulai mengembang dari mulutnya bersama kalimat baru ia ucap. Senyum tipis yang lekas membuat wajah licik sedari tadi ditampilkan oleh Laurens, cepat berubah pucat. Putra Asisten Resident Kota Gresik ini, tak cukup bodoh untuk dapat menerka apa kiranya kalimat lanjutan yang akan disampaikan oleh Willem meski sosok berada dihadapannya tersebut, belum selesai. "Nona Hong Shiu, kau bisa mulai mempersiapkan Keris Pusaka untuk Sahabat Laurens! Aku memutuskan mundur!" "Kau….!" Laurens, semakin pucat rona wajahnya. Meski telah menduga jenis kalimat tersebut akan keluar, tetap saja, ia benar-benar tak bisa menutup wajah terguncang. Bagaimanapun juga, niat awal hendak ingin ia capai dengan terus menaikkan harga secara gila-gilaan, itu sekedar mempersulit Willem. Membuat sosok yang begitu ia benci tersebut, harus mengeluarkan banyak uang untuk dapat membeli barang yang diinginkan. Kini mendengar ia yang justru harus mengeluarkan 1000 Gulden atas Barang lelang ketiga, Keris Pusaka Luk tigabelas karena baru menjadi sosok pemenang, Laurens sekejap mulas perutnya. Laurens pantas menjadi tertekan. Faktanya, simpanan Gulden ia bawa hasil dari pemberian uang saku Sang Ayah, tersisa tak sampai 1000 Gulden. Itu hanya sekitar 600-700 Gulden paling tinggi dalam hitungan singkat tadi sempat ia buat dengan panik. "Kau sengaja bukan?" Menjadi marah, Putra Assisten Resident Kota Gresik, sekedar bisa memaki. Tak memiliki hal tepat lain dapat digunakan sebagai bentuk tanggapan atas aksi Willem. "Sengaja? Apa hendak kau sampaikan Sahabat Laurens?" ucap Willem, melempar pertanyaan balik seolah bingung. Padahal jelas raut wajah, menampilkan sebaliknya. Tersenyum lebar. "Aku hanya sekedar coba memberi niat baik sekali lagi! Mengalah, memutuskan mundur! Anggap Keris Pusaka Luk Tigabelas nan berharga diatas sana, sebagai hadiah tangan bagi Ayahmu, Asisten Resident Kota Gresik terhormat!" "Atau bisa juga kau miliki sendiri! Seperti telah banyak kita tahu, Keris Luk Tigabelas dipercaya memiliki tuah dalam meningkatkan wibawa pemiliknya!" "Nahhh, kau jelas memerlukan itu karena tampak jelas cukup kurang dalam hal wibawa, uhukk…" lanjut Willem. Pada akhirnya kembali melempar kalimat Sarkasme mengandung hinaan tajam bagi Laurens seolah pemuda tersebut, sama sekali tak memiliki wibawa. Sempat hening, terkejut oleh Plot twist Willem yang sangat sukses, tiap hadirin, kembali tertawa lantang menyambut bagaimana kalimat sarkasme tersampaikan diakhir, dimana benar-benar menggugah rasa humor meskipun jelas cukup kejam. "Lagipula, Keris Luk tigabelas seperti itu, aku sudah memiliki dua sebagai koleksi pribadi!" "Berkembang terlalu serakah untuk menyimpan tiga, jelas tak akan menjadi baik! Tentu bagus memberi kepada yang lebih membutuhkan!" tutup Willem. Kalimat penutup yang sekali lagi, sukses membuat suasana semarak. Gelak tawa membahana saat tiap undangan, tak mampu menahan diri. "Aihhh…. Tuan Willem benar-benar sangat kejam! Ia sudah mempersiapkan ini sejak awal! Bahkan sejak pertama, sengaja menampilkan wajah seolah sangat tertarik melihat barang lelang!" "Semua, dilakukan sekedar untuk menuju momen ini! Memancing Laurens, terus menaikkan harga! Hahahhaha…!" Hong Kui, pemilik barang lelang sekaligus pemilik Toko Purnama, bergabung dalam kerumunan ikut tertawa lepas. Tak habis pikir dengan segala kekejaman Willem terhadap Laurens. "Bagaimana bisa ada manusia dengan otak selicik ini!" tutup Hong Kui.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD