31 - Sesi Dua Selesai

1223 Words
"1000 Gulden Pertama…!" "1000 Gulden Kedua….!!" Hong Shiu, lekas mulai menghitung ketukan palu ketika mendengar bahwa itu Willem, tak lagi berniat menaikkan tawaran. Situasi yang sepenuhnya membuat Laurens sebagai penawar tertinggi paling akhir, saat ini tampak hanya bisa termenung memasang wajah pucat pasih. Putra Asisten Resident Kota Gresik ini, tentu bukan takut kepada Toko Purnama ataupun Hong Kui sebagai pemilik. Bagaimanapun juga, Laurens adalah seorang Totok Belanda. Sementara Hong Kui, hanya sekedar keturunan Tionghoa yang selama ini digolongkan dalam kelas Timur Jauh bersama keturunan Arab, India. Golongan yang hanya memiliki kedudukan satu tingkat diatas Pribumi biasa bukan Ningrat. Membuat Laurens pucat, itu tak lain adalah kemungkinan dari bagaimana ia akan menjadi sosok paling hina, berada dalam kondisi sangat memalukan saat ada yang sampai tahu, ternyata dirinya yang seorang Putra Assisten Resident Kota Gresik terhormat, tak sanggup membayar untuk barang lelang baru dimenangkan. Lebih tepat, tak berharap atau tak sengaja ia menangkan. "1000 Gulden Ketiga…!" Laurens masih memikirkan bagaimana cara untuk mengelak. Tak sampai harus menjadi pemenang saat suara Hong Shiu nan halus begitu candu, terdengar ditelinganya bagai badai kejam baru mengumumkan hitungan ketiga. "Baiklah…! Dengan ini saya sebagai pemandu acara, mengumumkan secara resmi bahwa pemenang dari barang ketiga lelang sesi kedua, adalah Tuan Laurens Both!" Tak memberi kesempatan apapun bagi Laurens, Hong Shiu menyampaikan pengumuman resmi. "Sosok terhormat Putra dari Assisten Resident Kota Gresik, memenangkan Pusaka Keris Luk tigabelas nan berharga, dengan angka yang sangat fantastis! Mampu menyaingi harga Prasasti dimenangkan oleh Tuan Willem diawal sesi kedua!" "1000 Gulden!" Hong Shiu, melanjutkan penyampaian dengan intonasi nada berkembang menjadi dramatis tiap saat. Seolah ingin agar tiap hadirin, memberi penghormatan serta respek mereka kepada Laurens. Aksi yang sungguh benar-benar cukup memanaskan suasana. Bagaimanapun juga, baik itu Hong Shiu maupun tiap undangan hadir, jelas dapat menangkap bagaimana perubahan ekspresi pucat diwajah Laurens. Wajah pucat yang dikombinasikan dengan kalimat percakapan terakhir sempat terjadi antara dirinya dengan Willem, menjadi dasar bagi tiap orang, memiliki dugaan bahwa sebenarnya Laurens, tak memiliki minat pada Pusaka Keris Luk tigabelas. Atau mungkin bahkan tak memiliki Gulden cukup untuk membelinya. Hanya saja, karena itu merupakan sosok macam Laurens sedang tertambat pada situasi canggung nan mengenaskan, tak ada berani menyampaikan tanggapan atau apapun itu saat ini terlintas dibenak masing-masing. Tiap hadirin, sekedar bisa diam memperhatikan pertunjukan yang berkembang semakin menarik tiap saat. Memandangi bergantian kearah Laurens sedang pucat pasih, serta Willem pada sisi lain yang tak henti tersenyum tipis. Senyum tipis tampak memiliki riak kelicikan tertentu. "Sungguh kehormatan bagi kami Toko Purnama, dapat menjadi fasilitator bagi Keris pusaka Luk tigabelas, menemukan pemiliknya!" Menjadi semacam penyelamat agar situasi hening nan canggung tak terus berlanjut, adalah Hong Shiu yang sedari tadi melempar kalimat-kalimat bernada dramatis. Penyelamat situasi canggung memang, tapi tentu merupakan hal terdengar sangat menusuk ditelinga Laurens. Tiap kali Hong Shiu melempar sanjungan, itu justru membuat perut Putra Assisten Resident Kota Gresik ini, semakin mulas. 'Sialan! Bagaimana sekarang?' gumam Laurens. Dari awalnya memikirkan cara untuk tak sampai jadi menang, kini lekas ganti berpikir panik coba menemukan solusi agar ketika acara selesai, tak ada yang tahu bahwa ia kekurangan Gulden untuk membayar. "Wahhh… Sahabat Laurens, baru memenangkan lelang, kenapa malah berwajah seperti itu?" Semakin membuat Laurens tak karuan, suara paling ia benci, kembali terdengar. Willem, bergumam. Seperti biasa, menatap sembari menampilkan senyum tipis sederhana nan khas. Cepat menyambut pertanyaan baru dilempar Willem, itu adalah tatapan tajam penuh kebencian Laurens. Tak ada kalimat apapun keluar dari mulut Putra Asisten Resident Kota Gresik ini, ia hanya bertahan dalam diam menatap sosok yang kini telah resmi menjadi manusia paling dibenci sepanjang perjalanan hidupnya. Pertemuan pertama antara Laurens dan Willem, berkembang menjadi semacam pemantik konflik berkepanjangan yang dimasa depan, akan banyak menimbulkan api-api besar lain bermunculan. "Tuan Laurens, kuharap tak ada permasalahan disini, benar?" Memahami tensi yang tampak menjadi cukup panas, Hong Kui, berdiri dari tempat duduknya. Bertanya sopan untuk coba meredam suasana. "Tentu tak ada masalah? Lagipula, memang apa perlu dipermasalahkan?" Laurens masih bertahan diam saat menyambut pertanyaan Hong Kui, itu justru sosok Willem. "Benar begitu Sahabat Laurens?" tanya Willem kemudian. Meneruskan kepada pihak sedang ia tatap. "Ya….!" Ingin segera lepas dari situasi, serta mengenyahkan seluruh tatapan sedang terfokus kearahnya, Laurens lekas sengaja menerima umpan Willem. Memutuskan untuk hal-hal lain terkait pembayaran, dipikirkan nanti sembari acara terus berjalan. "Baiklah… Hadirin sekalian! Maka dengan ini, seluruh barang lelang untuk sesi kedua, telah menemukan pemilik masing-masing!" Hong Shiu Sang pemandu acara, mengambil peran untuk sekali lagi mengendalikan suasana. Seperti biasa, cukup lihai memilih waktu tepat dalam tiap penyampaian kalimat ia ucap. "Barang pertama, Prasasti peninggalan kerajaan Majapahit, dimenangkan oleh Tuan Willem! Sementara barang kedua, Patung penjaga tempat suci, Dwarapala, dimenangkan oleh Bupati Sidoarjo, Tuan Raden Mas Adiwangsa!" "Terakhir, barang ketiga, sebuah pusaka Keris Luk tigabelas, menjadi milik Tuan Laurens Both!" Melanjutkan, Hong Shiu memaparkan hasil dari jalannya lelang sesi kedua. Menyebut satu persatu sosok pemenang barang lelang sebagai bentuk penghormatan. "Mari beri tepuk tangan meriah untuk para pemenang tiga barang lelang sesi kedua ini!" Membawakan acara dengan sangat apik, Hong Shiu menutup untuk intruksi agar para hadirin undangan pesta, memberi tepuk tangan. Intruksi yang lekas bersambut baik dengan ruangan, bergemuruh meriah saat seluruh yang datang, bertepuk tangan antusias. Hong Shiu menyempatkan diam dengan senyum simpul indahnya diatas panggung untuk beberapa saat. Memberi kesempatan tepuk tangan meriah berlangsung alami sebagai bentuk penghormatan sekaligus penutup lelang sesi kedua yang bisa dikatakan berjalan dengan sangat sukses. Tiga barang ditampilkan oleh pihak Toko Purnama, menghasilkan lebih dari 2000 Gulden. Sebuah pencapaian yang tentu sangat luar biasa. Pemasukan siginifikan nan cemerlang bagi Toko baru yang didirikan oleh Hong Kui. Saudagar Tionghoa ini, sedari tadi tak henti menampilkan senyum ceria, memasang sorot mata cerah ikut bertepuk tangan ditempat duduknya seperti seluruh undangan lain. Sepenuhnya puas dengan prospek sangat menjanjikan dari bisnis barunya. "Terimakasih atas segala keantusiaannya! Tanpa itu, Hong Shiu ini yang bertugas sebagai pemandu acara, tentu akan berakhir dalam situasi canggung!" Tepat ketika suara gemuruh tepuk tangan telah sedikit mereda, Hong Shiu kembali masuk dengan melempar kalimat terimakasih kini ditujukan kepada seluruh undangan yang hadir. "Sebagai penutup, sebelum kita lanjut ke agenda berikutnya, yakni makan malam bersama, sekali lagi boleh kiranya kita bertepuk tangan! Kali ini untuk seluruh hadirin yang sungguh luar biasa memeriahkan suasana pesta!" Senyum simpul indah Hong Shiu, terpancar menawan bersama ia sekali lagi, untuk kesekian kalinya, mampu memikat seluruh undangan pesta. Cukup cerdas dengan kini mengarahkan penghormatan, kepada mereka yang telah menghidupkan acara lelang ia pandu. Suara deru tepuk tangan, kembali menggemuruh, memenuhi tiap sudut ruang bersama langkah Hong Shiu, menuruni panggung. Secara resmi, acara lelang sesi kedua selesai. Ditutup dengan megah seolah Hong Shiu Sang pemandu acara, merupakan bintang utama. Berjalan sembari tak henti menampilkan senyum simpul menawan indah, dalam gemuruh tepuk tangan. "Paman…! Sungguh sukses!" ucap Hong Shiu. Saat telah sampai di meja Hong Kui. "Ya… Terimakasih! Aiihh… Keponakanku satu ini sungguh luar biasa!" balas Hong Kui. Lekas memuji kinerja Hong Shiu. Jelas sedang dalam suasana hati sangat bagus. "Tapi, kau masih ada tugas tambahan!" lanjut Hong Kui. Bertahan tersenyum cerah bersama sapuan mata, mengarah pada sudut lain tertentu. "Tugas tambahan?" Hong Shiu, lekas mengikuti kemana pandangan mata Sang Paman tertambat. Sebelum kemudian, senyum indah, kembali menghiasi wajah gadis cantik ini. "Kiranya tugas tambahan macam apa Paman?" tanya Hong Shiu. Terlihat menjadi bersemangat. Pada sudut lain sendiri, lokasi Hong Kui dan Hong Shiu memandang, Willem menatap balik sembari tersenyum. Sedikit menganggukkan kepala seperti memberi tanda isyarat tertentu kepada Hong Kui.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD