25 - Sesi Kedua

1212 Words
Pertemuan antara Willem dengan Hong Kui, nyatanya berjalan tak terlalu lama. Selesai bersama hiburan musik yang merupakan acara jeda antara lelang sesi satu ke sesi dua, juga turut berakhir. Entah hal penting macam apa diangkat Willem sebagai topik pembahasan sampai ia perlu meminta waktu Hong Kui, bertemu tatap muka langsung dengannya disebuah ruang khusus. Sementara itu, diatas panggung, seorang penyanyi kawak, tampil mengesankan dengan irama tinggi sebagai penutup sebelum sosoknya yang mendapat deru tepuk tangan para undangan, berjalan turun setelah menyempatkan memberi salam penghormatan pada para hadirin dengan sedikit membungkukkan tubuh. "Baiklah...! Acara lelang sesi dua, akan segera kita mulai!" Hong Shiu Sang pemandu acara, tampak memberi kesempatan bagi Willem kembali duduk dimeja VIP terlebih dahulu sebelum akhirnya membuka suara. Mengumumkan bahwa acara musik selesai, untuk kemudin dilanjutkan sesuai jadwal lelang sesi kedua. Tepat setelah Hong Shiu membuka kalimat, kerumunan undangan lekas menjadi antusias sekali lagi. Penasaran dengan barang lelang seperti apa kini akan diusung oleh Toko Purnama. Tampak jelas agenda promosi Hong Kui dengan mengadakan pesta untuk pembukaan Toko Barang Antik Purnama miliknya, berjalan dengan sangat sukses. Saudagar Tionghoa ini, mampu menarik minat seluruh pembesar hadir memenuhi undangan untuk membuat mereka, memiliki pandangan bagus. Memberi kesan kualitas unggul terhadap Toko Purnama. Bahkan sebelum Toko Purnama resmi dijalankan, masih acara pesta selamatan pembuka, itu sudah memberi kesan glamor nan mewah. Tak akan heran saat diwaktu kedepan, usaha baru milik Hong Kui ini, berkembang menjadi semacam jujukan, tempat elite bagi tiap pembesar yang ingin membeli barang-barang kualitas papan atas. Beli barang antik kualitas tinggi untuk pajangan ruang tamu? Pergi ke Toko Purnama! Mencari barang mewah digunakan sebagai sesembahan atau hadiah untuk relasi penting? Toko Purnama jelas adalah tempat terbaik. Wacana-wacana seperti diatas, akan lekas tampil dalam benak tiap pembesar kini hadir mengikuti acara pesta, juga melihat langsung jalannya agenda lelang. "Baiklah... Untuk lelang sesi kedua ini, masih akan menampilkan tiga barang. Namun, tak lagi akan berasal dari dinasti Tang negeri Tiongkok jauh disana!" Hong Shiu, seperti biasa menampilkan pembawaan mempesona. Bergerak gemulai membawa suasana nyaman bagi siapapun melihat gersture tubuhnya. Ditambah dengan suara nan terdengar candu, sosok Hong Shiu seharusnya adalah bintang utama dalam pesta kali ini. Hanya saja, dengan kehadiran kirana dan juga Belinda, itu membuat kecemerlangan Hong Shiu, harus terbagi. Layaknya lukisan kuno yang bernilai seni tinggi, baik itu Hong Shiu, Belinda, maupun Kirana, menampilkan keindahan nan khas masing-masing. Begitu memanjakan mata tiap pemuda atau tamu hadirin laki-laki disekitar. Memiliki cukup banyak pilihan dapat digunakan sebagai penyegar mata. Meskipun memang opsi paling aman, tentu sekedar Kirana dan Hong Shiu. Menambatkan tatapan mata terlalu lama untuk Belinda, tentu cukup beresiko. Tak ada pembesar atau pemuda Ningrat maupun Indo, berani coba membuat masalah dengan menyinggung Belinda. Selain seorang Totok Putri Asisten Resident Kota Madiun, Belinda tampak memiliki kedekatan tertentu dengan Willem. Datang bersama bergandengan tangan. Ditambah Laurens Both, Putra Assisten Resident Kota Gresik terang-terangan menampilkan sikap berminat, semakin membuat Belinda adalah sosok tak akan bisa dijangkau oleh sembarang orang. Sekedar menatap pun harus dilakukan dengan hati-hati. Paling nyaman, tentu menatap sosok Kirana. Dimana memiliki paras tak kalah dengan Belinda. Terlebih, gadis ini juga sering tak sadar berlaku manja kepada Ayahnya, Bupati Sidoarjo, Raden Mas Adiwangsa. Sikap yang menimbulkan gairah tertentu meningkat dikalangan para pemuda. Sementara untuk Hong Shiu, tentu menjadi semacam idola bersama. Tak ada halangan apapun menikmati pesona gadis muda nan candu ini. Bagaimanapun juga, ia memang berperan sebagai pemandu acara. Mau tak mau menjadi pusat dari segala perhatian. Sengaja mempesona para hadirin. "Barang Lelang pertama untuk sesi dua, tolong bawa naik!" Sudah ditunggu-tunggu, Hong Shiu akhirnya menyampaikan intruksi pada pekerja panggung. Intruksi yang lekas dilaksanakan dengan cekatan. Dua sosok pekerja panggung, dua dari tiga bergelar atau baru mendapat julukan trio bekicot, bekerjasama menggotong sebuah benda tampak sangat berat. Juga berukuran cukup besar. Harus digotong menggunakan sebuah bambu sebagai pemikul beban dipundak, dua pekerja dengan hati-hati meletakkan benda lelang pertama yang masih tertutup kain hitam, tepat ditengah panggung. "Terimakasih...!" Hong Shiu, menyempatkan mengucap terimakasih serta lemparan senyum simpul indah sebagai bentuk penghargaan. Hadiah sederhana bagi dua pekerja baru menjalankan tugas. "Sama-sama Nona...!" Senyum simpul indah Hong Shiu, berbalas raut wajah antusias dua pekerja. Lekas lenyap segala rasa pegal pada pundak masing-masing dari baru mengangkat beban berat. "Baiklah, setelah tadi merupakan barang antik nan kuno berasal dari dinasti Tang, kini akan menjadi barang antik yang asli tanah Jawa sendiri!" Hong Shiu, lekas melanjutkan perkenalan saat dua pekerja, telah kembali turun dari panggung. Masih bertahan dengan senyum simpul menawan nan indah yang kini, disebar luas untuk dapat dinikmati mata tiap hadirin undangan hadir mengikuti pesta serta acara lelang Toko Purnama. Sempat memainkan jemari lentik menyentuh kain penutup hitam, Hong Shiu tak menunggu lebih lama lagi untuk akhirnya menarik kain penutup. "Wahhh...!" "Apa itu?" "Cukup menarik?" "Apanya menarik? Cuma sekedar batu bukan?" Beberapa tanggapan, lekas terdengar membahana dari beberapa sudut ruang tepat setelah sorot mata tiap hadirin, kini dapat melihat jelas apa sedang dipajang diatas panggung sebagai barang lelang pertama sesi kedua. "Itu...?" Sementara dimeja VIP, saat seluruh Totok Belanda hadir tampak menampilkan raut wajah tak berminat, Willem pada sisi lain, justru menjadi antusias. Jelas memiliki ketertarikan atas barang lelang sedang dipamerkan. "Mungkin banyak yang melihat barang lelang kali ini, sekedar batu biasa! Namun jangan salah sangka, batu ini jelas bukan benda sembarangan! Karena merupakan sebuah Prasasti kuno!" Hong Shiu, mulai menyampaikan perkenalan. Namun dilakukan setahap demi setahap, sengaja tak menyampaikan langsung secara menyeluruh pada inti. Bertahan menikmati tiap pandangan penasaran hadirin pesta. Batu diatas panggung sendiri, memang tampak adalah sebuah prasasti. Terukir tulisan bahasa kuno Sansekerta pada permukaannya. "Dibawa langsung dari Gunung Penanggungan, informasi terpercaya awal kami dapatkan, Prasasti ini berasal dari era kejayaan kerajaan Majapahit yang terkenal!" Kalimat lanjutan Hong Shiu, lekas bersambut gumam-gumam ribut. Kini pembesar Ningrat Pribumi, para Bupati, terang-terangan menampilkan sorot penuh minat saat mendengar bahwa prasasti, merupakan peninggalan kerajaan Majapahit. Sebagaimana informasi umum yang telah banyak diketahui oleh para pembesar berdarah Ningrat, Gunung Penanggungan memang memiliki puluhan, bahkan ratusan peninggalan era Majapahit. Bagaimanapun juga, ajaran agama Hindu-Budha yang dianut pada era tersebut, percaya bahwa lokasi tinggi, merupakan tempat sakral. Semakin tinggi maka semakin suci. Alasan kenapa banyak peninggalan atau situs sering ditemukan dipegunungan. Khusus wilayah Jawa, terutama bagian timur, pusat keagamaan kerajaan Majapahit, itu tampak berada di Gunung Penanggungan. Banyak ditemukan peninggalan dilokasi tersebut. "Apa yang tertulis dalam bahasa Sansekerta terukir pada Prasasti, kami pihak Toko Purnama memang belum memahami! Hanya saja, itu bisa dianggap justru menjadi nilai lebih!" ucap Hong Shiu. Melanjutkan saat tatapan para Bupati, masih terfokus penuh minat untuk barang lelang pertama sesi kedua diatas panggung. "Siapapun yang nanti mendapatkan, memiliki kesempatan coba mengurai informasi apa berada dibaliknya! Memperoleh kehormatan menjadi pertama mengumumkan pada khalayak umum!" "Ditambah pula, sebagai peninggalan era Majapahit, itu akan menjadi bakti bagus bagi para Pembesar yang memiliki garis darah Ningrat, melestarikan apa diwariskan oleh Leluhur mereka!" Hong Shiu, menutup kalimat dengan seperti biasa, mampu menggugah rasa gengsi sosok-sosok ia tergetkan sebagai calon pembeli berpotensi. Mengangkat isu tentang bakti kepada leluhur. Strategi yang nyatanya berjalan sangat sukses. Tiap-tiap Bupati yang mana jelas memiliki darah Ningrat, lekas membara sorot mata masing-masing. Terdorong menginginkan Prasasti, untuk menjadi milik mereka. "Tak berlama-lama, Toko Purnama membuka prasasti batu, dengan harga awal 150 Gulden!" "160 Gulden!" Baru saja menutup mulut, sepersekian detik berikutnya, menyambut pembuka harga lelang disampaikan oleh Hong Shiu, adalah salah satu Bupati, melayangkan penawaran.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD