Meski masih pagi, ada yang sudah menowel-nowel bahu Chiqita.
"Go away! Kalau mau nambah nanti saja Darl. Gue masih pengin tidur." Chiqita yang mengira itu partner ONS-nya menjawab tanpa membuka matanya. Dia kan biasa bangun pukul delapan. Rasanya sekarang masih pagi buta deh.
"Tante Chiki, Bebi gak minta nambah. Sarapan aja belum."
Suara kekanakan itu menyadarkan Chiqita.
Pasti dia bukan partner ONS gue! Anak siapa yang nyasar main di kamar gue? Pikir Chiqita bingung. Dia berusaha keras membuka matanya. s**t! Dia lupa kalau suami bayinya kini tinggal bersamanya. Tidur sekamar dengannya. Seranjang pula!
Dan si bayi sudah mandi sepagi ini. Sudah rapi manis dengan seragam SMA-nya.
"Tante Chiki, Bebi mau berangkat sekolah. Biasanya Mami yang sediakan sarapan pagi," ucap Bebi sambil mempermainkan jemari Chiqita seperti anak bayi mainin jari maminya.
"Gue bukan mami lo, De... Bebi!" jawab Chiqita enggan.
Sialan bocah ini, ganggu saja! Dia aja kagak pernah sarapan, paling cuma minum kopi item doang.
"Tapi Tante Chiki, Bebi laparrrr," rengek Bebi dengan mata berkaca-kaca.
Tatapannya sungguh memelas hingga membuat Chiqita merasa dia bakal jadi ibu tiri terkejam most baddest sedunia kalau tak menyediakan bocah ini sarapan.
"Shitt!"
Sambil misuh- misuh, Chiqita bangun, menuju pantry nya. Dengan santai, meski berjalan semi telanjang mengenakan lingierie doang tanpa memakai apapun didalamnya. p****t semoknya bergoyang-goyang seiring langkahnya. Pucuk payudaranya tercetak jelas dibalik lingerie transparannya. Sungguh pemandangan yang erotis. Mungkin pria lain akan segera menerkam tubuh Chiqita menyaksikan pemandangan ini. Tapi Bebi hanya menatap polos sambil ngintil Chiqita dari belakang mirip anak anjing mengikuti induknya.
"Tante Chiki gak kedinginan pakai baju renda tipis kayak gini? Nanti masuk angin loh," komentar Bebi lugu.
Chiqita mengernyitkan dahi heran. Apa bayi ini tak punya nafsu? Mubazir banget punya titit gede! Kalau cowok lain melihatnya begini, ketimbang mengkhawatirkan Chiqita masuk angin, pasti akan berpikir keras bagaimana cara memasukkan miliknya ke liang senggama Chiqita!
"Dingin apaan? Ini justru biar isis tauk!"
Chiqita membuka pintu kulkasnya dan melongok isinya. Astaga, kulkasnya nyaris kosong. Cuma ada s**u cair yang diciumnya.. ternyata basi! Telur dua butir, yang sebutir sudah retak. Bir dingin yang isinya tinggal beberapa cc. Terus selembar roti tawar yang telah kaku dan keras. Lalu, apa yang bisa dibikinnya?
"Tante Chiki mau bikin apa?" Bebi melongok dari balik bahu Chiqita.
"Gak tahu!" ketus Chiqita.
"Sandwich aja, pakai telur dadar."
Eh bisa juga bocah k****l besar ini memberi ide.
"Ya sudah itu saja."
Chiqita berbalik dan mengambil bahan yang diperlukan.
"Bebi mau s**u," ucap suami bayinya sambil melihat dadanya.
Eits, m***m juga bocah ini. Kasih enggak ya? Chiqita jadi teringat malam panasnya bersama Bebi saat di desa. Bocah ini pintar juga ngemut nenennya. Pucuk d**a Chiqita mengeras gegara ingatan laknatnya. Jadi pengin.
Dia mendekati Bebi, lalu menurunkan lingerienya di bagian d**a. Teteknya langsung terpampang bebas didepan wajah Bebi yang tengah duduk di kursi dapur. Bocah itu menatap Chiqita bingung, wajahnya merona merasakan kenyalnya bukit kembar itu menyentuh pipinya.
"Tante Chiki mau aphahhhh!” Mulutnya berhenti bersuara saat diseselin pucuk d**a besar milik Chiqita. Matanya yang jernih menatap keatas dengan pandangan penuh tanya.
"Katanya mau s**u, ayo nenen!" bentak Chiqita gemas. Abis Bebi diam aja. Masa punya Chiqita dianggurin gitu aja dalam mulutnya?!
Bebi menggeleng. Dia mengeluarkan t***k Chiqita dari mulutnya.
"Bebi udah gak nenen atau ngedot, Tante Chiki. Bebi bukan bayi lagi. Bebi mau minum s**u di gelas saja."
Whats?! Ngelunjak nih bocah! Masa dia meminta Chiqita meres air susunya dan dituangin ke gelas?! t***l! Chiqita kan gak punya ASI!
"Gak bisa, Bebi! Kalau mau s**u netek langsung saja disini!" bentak Chiqita gusar.
Gegara takut diomeli lagi, Bebi menurut ketika dijejelin s**u Chiqita.
"Ayo kenyot!"
Puk. Puk.
Dengan gemas Chiqita menepuk pipi suami bayinya. Perlahan-lahan Bebi mengenyot puncak p******a Chiqita.
"Aaahhhh," Chiqita mendesah nikmat merasakan kehangatan mulut Bebi pada pucuk nenennya. Dia meremas kuat rambut Bebi hingga rambut bocah itu berantakan.
"Beb, yang kencang nyedotnya,"pinta Chiqita jalang. Dia tak sadar telah merusak anak orang yang masih polos.
"Uh, begitu. Aihhh..yang sebelah dong." Chiqita menyodorkan susunya yang lain. Tapi Bebi malah bengong. Jarinya terulur dan memencet puncak p******a Chiqita dengan keras.
"Adaouw!! Sakit tauk!"
Plak. Chiqita menggeplak kepala Bebi kesal. Udah disusuin masih juga gak puas, malah main pencet t***k orang!
"Tante Chiki, maaf. Gak ada air s**u keluar dari situ. Bebi mau minum susu."
Chiqita melotot kesal. "Mana bisa gue ngeluarin ASI?! Gue belum beranak tauk! Haishh, tadi katanya minta disusuin.."
"Tante Chiki, Bebi minta s**u, yang ada di kulkas. Bukan dari nenen Tante Chiki," ucap Bebi was-was.
Olala. Chiqita gagal fokus. Abis Bebi sih merhatiin dadanya mulu.
"Boleh ya, Tante Chiki?"
"Basi tau gak sih?! Kalau yang ini gak pernah basi!" tunjuk Chiqita ke d**a montoknya sebelum menaikkan lingerienya.
Bebi ternganga mendengarnya. Ajib kan Tante Chiki.
Chiqita mendadar telurnya. Sementara itu Bebi menerima telpon dari Maminya.
"Iya Mamih. Bebi lagi nunggu Tante Chiki bikinin sarapan."
"........"
"Sandwich isi telur dadar."
"........"
"Gak pakai apa-apa lagi. Tante Chiki gak punya sosis, ham, atau daging. Telur tinggal sebutir, yang satunya udah busuk. s**u di kulkas udah basi."
Hadeh, ngapain suami bayinya melaporkan isi dalam kulkasnya yang mengenaskan?! Dasar anak mami akut! Chiqita ngedumel dalam hati.
Dengan polos Bebi terus bercerita pada maminya lewat telponnya, "iya Mamih. Bebi pagi ini gak minum s**u. Mami jangan salahin Tante Chiki, dia udah usaha kok. Tadi Bebi disusuin, tapi gak ada air s**u keluar dari nenen Tante Chiki."
Pluk!
Garam yang ada di tangannya langsung tumpah ke wajan penggorengan gegara Chiqita kaget mendengar ucapan suami bayinya.
Shitttt!!! Bebiiii!! Lo itu oon apa polos amit-amit sih?!
***
Bebi meringis sambil memegang perutnya saat duduk dalam mobil yang dikendarai Chiqita.
"Kenapa?" tanya Chiqita sewot.
"Perut Bebi gak enak, Tante."
Dia gak berani mengaku kalau tadi sandwich yang ia makan rotinya rada tengik dan telur dadarnya ngujubilahai asinnya. Bebi menghargai usaha Tante Chiki meski hasilnya seamburadul apapun.
"Kayak cewek pms saja!" cemooh Chiqita.
Bebi tersenyum kecut setengah meringis.
"Apa kamu mau bolos?" tawar Chiqita.
Bebi menggeleng. "Ada kuiz, Tante. Bebi udah belajar, gak mau susulan kalau gak masuk."
Ternyata suami bayinya ini pelajar teladan. Cih, gak seru blassss! Chiqita suka pria nakal dan liar. Cowok alim, nerd, dan sekutunya gak menarik bagi cewek sejalang dirinya.
Cittttt..
Chiqita menghentikan mobilnya tepat di gerbang sekolah Bebi. Bebi pun turun dari mobil dan memutarinya hingga berdiri tepat didepan Chiqita. Dia mengangsurkan tangannya.
"Mau apa?" tanya Chiqita galak.
"Mau salim," jawab Bebi kalem.
Hah? Jaman gini ada remaja cowok minta salim? Chiqita masih bengong saat Bebi menarik tangannya, menggenggamnya dan menaruhnya di pipi halus Bebi. Lalu suami bayinya mengangsurkan tangannya lagi dengan malu-malu.
"Apa lagi? Gue suruh salim ke elo gitu?!" sindir Chiqita.
Bebi menggeleng.
"Tante Chiki, Bebi minta uang saku untuk jajan di sekolah."
Jiahhhh! Ini konyol. Bahkan sekarang Chiqita harus memberi uang saku pada suami bayinya! Sambil tersenyum kecut Chiqita mengeluarkan tiga lembar uang seratus ribuan dan menyerahkannya pada suami bayinya.
"Kebanyakan Tante Chiki," protes Bebi.
"Berapa?"
Mana dia tahu berapa uang saku anak sekolah jaman now?! Dia belum pernah punya anak meski berumur 28 tahun!
"Cukup lima puluh ribu aja. Nanti kalau lebih Bebi tabung."
Dia emang good boy. Gak pantas anak sebaik ini jatuh ke tangan wanita sejalang dirinya. Chiqita kasihan. Tapi juga sering greget pada suami bayinya yang polos gak ketulungan.
***
Dia hampir sampai ke kantornya saat ponselnya berdering.
"Siang Bu, kami dari SMA Nusa Bangsa dan Bahasa ingin mengabarkan kalau anak asuh anda sedang sakit. Bisa tolong dijemput kemari?"
Apa-apaan ini? Sejak kapan dia punya anak?
"Bu, bagaimana cara saya punya anak?! Saya ini masih gadis loh.... eh, masih belum kawin! Eh, gak tahu deh! Pokoknya saya belum pernah punya anak!"
"Tapi Bu, menurut Tuan Oktavio, Bebi Oktavio kini menjadi tanggungan Anda. Saya diminta menghubungi Anda bila berurusan dengan sekolah Nak Bebi."
"Bebi sakit? Astaga, bilang dong dari tadi! Saya balik sekarang, Bu!"
Terpaksa Chiqita balik ke sekolah Bebi sambil mengomel dalam hati.
Sial. Sial. Sial. Dia ini istri apa pengasuh sih?! Sepertinya dia sedang dikutuk Tuhan gegara sering mempermainkan cowok. Sekarang dia berasa dipermainkan nasib.
***
Ternyata Bebi murus-murus dan diare. Mungkin gegara makan roti expired dan telur nyaris basi yang asinnya level dewa itu. Chiqita terpaksa membawa Bebi ke kantornya. Dia ada meeting penting nanti siang.
"Bebi, tidur situ. Bentar lagi obat lo datang. Minum obat trus bobok disitu. Kalau mau BAB lo bisa masuk ke toilet sana. Ngerti?"
Bebi menggeleng dengan wajah pucat. "Tante Chiki, biasanya kalau sakit gini, Mami akan memeluk Bebi."
"Hmmm.." gumam Chiqita asal. Dia asik memeriksa file di laptopnya.
Bebi menghela napas panjang. Dia jadi kangen Maminya. Kangen dipeluk dengan kehangatan seorang mama. Bebi sesengukan sendiri sambil berbaring di sofa, posisinya membelakangi Chiqita.
Chiqita menutup laptopnya dengan berang. Konsentrasinya pecah mendengar tangisan suami bayinya. Hadeh, nangis lagi. Cengeng banget sih! Lagian, kenapa dia jadi sensi sama tangisan bocah titit gede ini?!
Chiqita menghampiri Bebi dan membentak bocah itu.
"Baiklah, apa mau lo sekarang?"
Tangan Chiqita dilipat didepan dadanya hingga p******a montoknya semakin menonjol kedepan. Bebi membalikkan badannya dan perhatiannya langsung terbetot kesana.
"Mau... nenen." Astagah! Bebi menutup mulutnya, syok. Tadinya dia mau bilang ingin dipeluk. Kenapa mendadak minta dinenenin?!
Mata Chiqita membulat kaget. Apakah bocah m***m ini kangen masa bayinya? Kasih enggak ya? Ini di kantor loh, dan sebentar lagi dia ada meeting dengan klien. Tapi, tapi hisapan bocah ini bikin nyandu. Haish, pikiran Chiqita sudah korslet.
Tergesa-gesa dia membuka kancing blusnya, lalu menyingkirkan branya. Note, mungkin dia perlu membeli bra menyusui. Sekarang dia punya bayi gede yang hisapannya bikin nagih dan tititnya gede!
"Tante Chiki, tadi Bebi salah.."
"Diem lo! Geser sana supaya gue bisa nyusuin lo."
Dengan patuh Bebi bergeser kedalam, mulutnya spontan membuka saat Chiqita menyodorkan teteknya. Tanpa diperintah dia mulai mengenyot t***k yang membuatnya emesh, membuat Chiqita mendesah-desah seperti orang kepedasan.
"Beb, ini ah.. ah.. enak. Teruss... terusss," ucap Chiqita sambil merem melek saking nafsunya.
Rambut Bebi sudah berantakan karena sedari tadi dijambak Chiqita. Tapi bocah itu gak meduliin hal itu, mulutnya asik mengulum mainan barunya. Sesekali dijilatnya p******a Chiqita hingga basah seluruh bulatan yang menantang itu.
Slurp... slurp.. slurp..
Gilak, bocah ini sepertinya punya bakat alami beginian. Chiqita dibikinnya empot-empotan menahan birahinya. Hingga suara pintu terbuka memecah perhatian mereka.
"Astaga, Chi! Apa lo gila ngajak orang main squishy didalam kantor!" semprot Xena gemas.
Spontan Bebi melepas kulumannya dan bertanya polos, "Tante Chiki punya squishy? Mana? Bebi suka meremas-remas squishy!" Sambil berbicara, tak sadar tangan Bebi ngeremes-remes s**u Chiqita.
Xena tergelak melihatnya.
"Lah, yang lo lakuin sekarang apa? Bukannya itu squishy hidup?!"
Kyaaaa! Bebi memekik lirih dan segera mengangkat kedua lengannya keatas seperti orang akan ditembak.
"b******k lo, Xe! Ganggu aja!"
"Lo yang keterlaluan Chi, punya mainan bagus kagak bilang-bilang!" balas Xena tak mau kalah.
"Tante Chiki punya mainan apa? Bebi boleh pinjam?" pinta Bebi lugu.
"Shut up!!" bentak Chiqita sebal.
Bebi mulai mewek karena dimarahi. Huaaaa.... Sang bayi pun mulai menangis. Rasanya Chiqita pengin ikut menjerit frustasi.
Ya ampun, ini karmanya. Kini dia menjelma jadi ‘istri rasa pengasuh’.
Bersambung