Bab 1 Dua tipe pria

1469 Words
Warning!! Cerita mengandung kekerasan dan ucapan kasar yang tidak patut ditiru. • • Bau alkohol yang menyengat membuat Chloe menutup hidung, ia memandang ke sekeliling isi rumah yang berantakan. Beberapa botol bekas berceceran di lantai, tak lupa juga dengan bungkus makanan ringan, dua buah kantung plastik hitam di ujung ruangan menarik perhatiannya. Tak perlu menghampiri untuk mengecek, sepertinya Chloe dapat menebak isi di dalamnya. Botol yang sama dengan botol-botol yang berceceran, tidak heran lagi pria itu mengonsumsi minuman beralkohol sebanyak itu. Chloe memasuki rumah lebih dalam lagi, hingga suara berisik di ruang tamu mengundang rasa kesalnya. Malam telah larut, tetapi mengapa orang-orang itu tak jua lelah dan mengusaikan permainan bertaruh mereka. Chloe memijit pelipisnya yang terasa pusing, ia begitu lelah dan ingin segera beristirahat untuk besok bekerja kembali. Akan tetapi, hal itu sepertinya sulit dilakukan di rumah kecil ini. Sammy menoleh ketika menyadari seseorang berdiri di balik tembok, di tengah pandangannya yang berkunang-kunang, dia menyadari bahwa putri sulungnya telah kembali. “Hei, Chloe! Kemarilah! Aku menginginkan uang lagi!” teriakan menggema itu tak serta merta membuat Chloe mendekat. Tatapan dingin malah ia berikan, empat orang pria seusia ayahnya turut menoleh padanya. Pandangan menggoda yang menjijikkan itu sontak membuatnya mengernyit, tanpa mengatakan apa pun Chloe berbalik dan memilih pergi dari tempat itu. Meninggalkan Sammy dalam kekesalannya, pria itu hendak mengejar Chloe. Namun, apa daya tubuhnya telah tumbang terlebih dahulu. Mungkin malam ini kembali akan Chloe habiskan tidur sembari memandang langit malam, lebih tepatnya di loteng tetangga yang memiliki tangga di luar. Beruntung untuk Chloe karena penghuni rumah tersebut merupakan sepasang suami-istri yang tak pernah sekalipun peduli mengenai gosip buruk keluarganya, hal itu sedikit berguna untuk Chloe. Memang bukan sekali dua kali ia menumpang tidur di sana, setelah tetangga wanitanya itu melihat Chloe tengah dipukuli oleh Sammy. ~ Hidup di pinggiran kota dengan kehidupan sosial yang rendah, bukanlah hal yang mudah untuk Chloe. Sebenarnya ini adalah kota yang indah, tetapi sayangnya kehidupan antara tetangga satu dengan yang lain kurang baik. Chloe tidak mengerti mengapa, tetapi mereka tidak pernah saling terlibat dalam pembicaraan yang lama. Tatapan merendahkan itu terus mengarah padanya sepanjang jalan, bukan sesuatu yang aneh bila hal seperti ini terjadi. Selain karena pekerjaan orangtuanya, mereka mungkin menghindar agar tidak berurusan dengan Sammy maupun Sonia yang terkenal menyebalkan. Ya. Menyebalkan dalam artian tingkah dan perilaku mereka yang sering kali membuat resah orang-orang di sekitar, mereka lebih mengenal sosok Sammy dan Sonia yang sebenarnya daripada Chloe. Berurusan dengan kedua orang itu hanya menghabiskan waktu percuma, seperti itulah tanggapan secara tak langsung melalui tatapan itu. Chloe mendesah lega begitu restoran tempatnya bekerja sudah berada di depan mata, ia bergegas memasuki tempat tersebut. Restoran itu bernama Greenland, tak seperti namanya, restoran tersebut justru tidak memiliki kesan warna hijau. Entah dari cat maupun dekorasi, bahkan tidak ada tanaman sebagai hiasan. Hanya sebuah restoran kecil yang terletak di pinggir jalan, melewati beberapa gang kumuh yang mungkin menjadi alasan mengapa restoran itu tidak banyak pengunjung. Seorang pria berambut pirang telah menunggunya di depan pintu dapur, kemudian dia menyerahkan celemek begitu Chloe muncul di depannya. Chloe tersenyum tipis seraya menerima celemek tersebut dan memakainya, ia menatap pria itu dengan pandangan menyelidik. Terlebih ketika menyadari pria itu berdandan lebih rapi dari biasanya, bahkan mengenakan kemeja putih dengan bawahan celana kain hitam. “Kau berniat melamar pekerjaan lain? Atau ada suatu acara?” tanya Chloe. Mark tertawa ringan, kemudian menyugar rambutnya sebelum berdeham untuk menjawab. “Tidak keduanya, apa kau ada acara malam ini? Maksudku, setelah bekerja di tiga tempat kerjamu itu.” Chloe berpikir sejenak, inilah ajakan ke sekian kalinya dari Mark. Namun, ia selalu menolaknya dengan alasan sibuk. Chloe tidak berbohong, tetapi alasan sebenarnya adalah karena ia tidak mau melibatkan Mark dalam sekelumit permasalahan dengan keluarganya. Keheningan yang melanda membuat Mark menyimpulkan bahwa satu jawaban yang sama akan dikeluarkan oleh Chloe, dia melirik lantai. “Jika tidak bisa, tak apa. Kita bisa pergi lain kali, 'kan?” ujarnya. Chloe tersentak dalam lamunan, ia kembali memusatkan perhatian pada Mark. “Tidak, aku rasa kali ini bisa. Jam berapa kita pergi?” Senyum cerah kembali terbit di bibir Mark, dia melirik jam tangan hitamnya. “Jam delapan malam, aku akan menjemputmu. Lalu... “ Mark memberi jeda pada ucapannya, dia berjalan ke sudut ruangan kemudian kembali dengan paperbag di tangannya. Mark mengulurkan paperbag tersebut. “Kenakanlah ini. Tolong jangan menolak, aku membelikanmu khusus untuk hari ini." Chloe memandang ragu paperbag tersebut, lalu melirik Mark yang masih setia menampilkan senyum hangatnya. Chloe menghela napas pelan, kemudian dengan ragu ia pun menerima paperbag itu. Diliriknya isi di dalam, tanpa melihat dengan jelas sepertinya ia sudah dapat menebak harga gaun tersebut. “Terima kasih, Mark. Aku akan membalasnya ketika memiliki uang, aku janji.” Mark membulatkan matanya dengan senyum yang perlahan luntur, dia menggeleng beberapa kali. “Kau tidak perlu melakukan itu, aku memberikan ini dengan tulus. Tolong terima saja, aku tanpa sengaja melihatnya ketika melewati butik. Lalu aku membelinya karena merasa gaun itu sangat cocok untukmu, bukankah kau menyukai warna biru?” Chloe terdiam tanpa mampu membalas, Mark adalah pria yang baik. Akan tetapi, sayangnya dia menyukai perempuan yang salah. Andai saja dirinya bukan terlahir di keluarga seperti ini, mungkin ia akan menerima ajakan kencan Mark sejak pertama kali pria itu mengajaknya. Mark mengernyit mendapati Chloe yang melamun, tangannya terangkat untuk menyentuh pundak perempuan itu. Chloe terperanjat, ditatapnya Mark yang ikut menatapnya bingung. Ia tersenyum tipis, “Ya. Kau benar, aku menyukai warna biru. Biru seperti langit, cerah dan membawa kehangatan untuk setiap orang.” Mark menatap Chloe serius, rasanya tidak pernah bosan memandang wajah manis itu. “Aku akan menjemputmu pukul delapan, berdandanlah yang cantik.” Kemudian pria itu terdiam, seolah menyadari ucapannya. “Tidak, kau tidak perlu berdandan. Aku tidak mau pria di luar sana menatapmu penuh pesona,” ujarnya. Chloe terkekeh geli, tak ayal perkataan Mark mengundang semburat merah di pipinya. Ia dengan cepat berbalik, kemudian berjalan menuju lemari es. “Berhenti bicara yang aneh-aneh,” gumamnya. Mark mengernyit, kemudian senyum kembali hinggap di wajahnya. Dia menghampiri Chloe, lalu berdiri di sampingnya. Mark menatap Chloe yang tengah sibuk dengan bahan makanan di meja, tetapi perempuan itu sesekali meliriknya dengan wajah yang semakin memerah. Mark menyukainya, dia menyukai segala hal yang ada dalam diri Chloe. Perempuan pertama yang membuatnya jatuh cinta, perempuan pertama yang membuatnya tertarik sejak pertama mata mereka bertemu. Terdengar klise memang, tetapi dia percaya setelah merasakan hatinya berdebar ketika Chloe berada di dekatnya. “Aku tidak mengatakan sesuatu yang aneh,” ucap Mark. “Kecantikanmu tidak boleh dinikmati pria lain, hanya aku yang boleh melihatnya. Tak apa, 'kan?” lanjutnya. Chloe menggigit bibir bawahnya, meskipun ucapan Mark terdengar menggelikan ditelinganya, tetapi entah mengapa ia menyukai debaran di hatinya. Tanpa membalas perkataan Mark, Chloe memilih berbalik dan berjalan menuju toilet. Mark tertawa kecil, sepertinya dia dapat menebak alasan Chloe pergi. Tapi yang jelas, Mark menyukai rona merah di wajah perempuan itu. ~~ Chloe terus memperhatikan Mark, pria itu tampak memandang lurus. Matanya yang sebiru lautan tampak indah kala tertimpa cahaya, rambut pirangnya bergerak seiring dengan embusan angin yang kuat, kemudian pandangan Chloe turun pada bibir merah kecokelatan milik pria itu. Sudut bibir Mark tertarik ke atas, seolah tidak ada yang mampu memudarkannya. Bolehkah Chloe berkata jujur bahwa Mark tampak lebih tampan malam ini, atau memang dulu ia yang lebih sering melewatkannya. "Kenapa kau mendekatiku?" tanpa sadar Chloe bergumam. Mark menoleh, keningnya mengernyit. "Kau berbicara sesuatu?" Chloe tersentak, ia dengan cepat menggeleng. "Tidak, aku hanya bergumam." Diam-diam Chloe bernapas lega ketika Mark memilih mengangguk dan kembali memandang ke depan, entah apa yang mereka lakukan di luar restoran yang baru saja tutup. "Chloe," panggil Mark membuat Chloe menoleh cepat. Namun, tidak ada kata yang kembali terdengar. Mark malah tersenyum, hal itu tentu saja membuat Chloe terheran-heran. "Kenapa kau terlihat gugup? Tenanglah, aku tidak akan menyatakan perasaanku sekarang." Seolah seperti mengatakan lelucon, pria itu menyatakan perasaannya dengan mudah. Chloe berkutik, ekspresinya tampak kaku. Di sisi lain, Mark yang menyadari perkataannya membuat Chloe terdiam, mulai panik. Dia menyentuh pundak Chloe, sembari menggoncangnya perlahan. "Chloe, sadarlah. Hei, Chloe." Chloe terperanjat, kemudian tertawa canggung. "Maaf, aku melamun tadi." "Kau melamun?" Mark tampak terkejut. "Itu artinya kau tidak mendengar apa yang aku katakan sedari tadi?" "Memang apa yang kau katakan? Kau mengatakan sesuatu tentang hal memalukan dirimu?" ejek Chloe berusaha menahan tawanya. Setidaknya saat ini hatinya terselamatkan, lebih baik menghindar sampai Mark lupa. Ekspresi frustrasi Mark menjadi hal lucu untuk Chloe, meskipun tidak berniat menganggap perasaan pria itu sebagai lelucon. Chloe hanya ingin melindungi hatinya agar tidak berharap lebih, bukankah berharap kepada manusia hanya akan membawa luka. Akan tetapi, mengenal Mark membuat Chloe menyadari satu hal. Pandangannya yang buruk terhadap pria, menjadi sedikit terobati dengan sikap Mark yang hangat. Di dunia ini, setidaknya ada banyak sekali jenis manusia. Tipe seperti Mark dan Sammy contohnya, kedua pria yang berada di sekitar hidupnya yang memiliki sikap bertolak belakang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD