STORY 08 - Different?
***
Tunggu dulu, apa yang Drake pikirkan tadi? Laki-laki itu pasti sudah gila. Merasa nyaman dan hangat dengan seorang yang baru saja dia temui? Gila, benar-benar gila.
Kesadaran sang Clayton kembali pulih, berpikir jernih, alisnya tertekuk bingung, seketika menghentikan tangan yang menarik tubuhnya menjauh dari teralis besi jembatan.
“Hh, aku pasti sudah gila.” Mendesah panjang, Drake menggunakan seluruh tenaganya untuk menghentikan wanita itu. “Nona, berhentilah melakukan hal tak berguna,” Manik Drake kembali menatap datar.
Berusaha menarik tangannya, mengira bahwa wanita itu akan menyerah. Mungkin sakit hati dengan kata-kata sang Clayton.
“Berhentilah,” Tapi apa yang Drake lihat, manik keemasan bercahaya, tanpa takut memandangnya. “Tidak bisa! Aku sedang menculikmu sekarang, Tuan!” Sosok dengan manik jernih, tidak ragu mengucapkan kalimatnya.
Walau wajah cantik itu kadang memperlihatkan ekspresi dingin, dan pedas, Drake sama sekali tidak risih. Dia justru semakin bingung.
“Aku ini laki-laki, dan kau perempuan, apa yang bisa kau lakukan, Nona?” Mendengus sinis, menolak untuk percaya, dan menurut. Dia masih punya satu keuntungan di sini.
Wanita di depannya ini pasti tidak akan berdaya melihat ketampanan, sikap topeng Drake yang hangat dan kekuatan tubuh mereka pun berbeda jauh. Cukup dengan beberapa kalimat yang biasa Ia katakan.
Drake sudah bisa membayangkan seperti apa ekspresinya. Senyuman hangat Ia tampilkan, diiringi gerakan pelan melepas tangan wanita itu lembut.
“Lebih baik kau segera pergi dari sini, Nona. Akan sangat bahaya jika kau berada di luar dini hari seperti ini. Apalagi,” Perlahan dengan sengaja mendekat, mensejajarkan posisi mereka. Drake menyeringai tipis dalam senyumannya.
“Aku tidak tahu apa yang bisa kulakukan jika bertemu wanita cantik sepertimu, Nona. Kau tidak mungkin mengira bahwa aku ini laki-laki baik hati ‘kan?” Penuh nada mendesis tipis.
Mengira bahwa wanita itu akan terkejut dan menatap Drake takut. Tapi Drake salah mencari lawan,
Seorang Noravayne Adela tidak pernah mengenal kata takut, apalagi jika dihadapkan dengan seorang laki-laki yang ingin bunuh diri, dan mengancamnya balik.
Tanpa raut takut tercetak di wajah, Nora justru tersenyum tipis. “Kau laki-laki yang baik hati, Tuan.” ucapnya polos. Bergerak lagi menggenggam erat lengan Drake.
Senyuman di wajah wanita itu tidak luntur, senyum tanpa kelemahan, Drake justru menangkap ketegasan di manik sosok di depannya.
Manik sang Clayton mengerjap bingung, “Seseorang yang kehilangan arah tujuan dan lebih memilih mengambil jalan pintas. Aku memang bukan Tuhan yang bisa menentukan dan menyimpulkan bahwa kau baik atau jahat,” Wanita itu menghela napas panjang.
Sebelum akhirnya sosok di depan Drake tersenyum sinis, “Untuk apa aku memikirkan hal itu? Jika kau bisa melihat sendiri penjahat yang ingin menculikmu sekarang, Tuan. Akulah orang jahat di sini.”
Menggenggam erat pergelangan tangan Drake, “Kau bisa memanggilku, Nora,” Saat sosok tegap itu lengah, Nora mengambil kesempatan. Menarik tubuh mereka agar mendekat satu sama lain.
Manik keemasan Nora berkilat, kali ini tanpa senyuman, sosok Nora begitu menakutkan di depan Drake, “Saat ini aku sedang menculikmu, Tuan. Jangan pernah berpikir bahwa kau bisa kabut begitu saja, dan mengaturku.” Dengan nada yang berat, seolah memberi perintah mutlak.
Drake tanpa sadar mengerjap polos, ‘Ha? Dia benar-benar mengancamku?’ batin laki-laki itu, tidak menyangka. Ia kira wanita bernama Nora ini hanya berusaha bermain atau sekedar bersimpati padanya,
Tapi sampai mendalami peran sebagai penculik? Drake masih menolak untuk percaya. Mengerutkan kening, laki-laki itu berusaha menarik diri dari Nora.
Menggunakan kekuatannya, mengira bahwa Nora akan kalah seperti tadi, “Lepaskan tanganmu, sebelum aku benar-benar marah, Nona Nora,”
Betapa terkejutnya Drake, saat merasakan satu kekuatan yang sangat besar dari perempuan untuk pertama kalinya. Wanita itu tanpa ekspresi menolak untuk melepaskan genggaman, malah menarik Drake semakin mendekat.
“Kalau kau ingin menyia-nyiakan hidupmu seperti ini, lebih baik aku yang menculikmu.” Manik keemasan Nora menatap Drake lekat. “Aku sedang membutuhkan banyak sekali uang untuk membayar hutang, dan kau bisa menjadi alasan yang tepat untukku mendapatkan uang itu,” Tanpa ragu mengucapkan kalimat sarkas.
Drake kembali mengerjap, astaga apa wanita ini lebih gila dibandingkan dirinya? Lihat, kedua manik tanpa berkedip mengucapkan kalimat tadi. Tidak ragu, seolah yakin dan bernada jahat.
Perlahan niat bunuh dirinya malah merosot jatuh, digantikan shock, entah apa yang Ia pikirkan. Drake justru diam,
Membiarkan sosok Nora menarik, bahkan mengajaknya pergi dari jembatan, “Mobil mewahmu akan kusandera besok pagi sebagai jaminan, jadi kau tidak perlu takut.” Bahkan wanita itu tidak melupakan fakta keberadaan mobil mewahnya.
***
Dalam hati, Nora menarik napas lega. ‘Akhirnya!!’ batin wanita itu. Mendalami aktingnya sebagai seorang penculik, beruntung dulu dia sempat ikut club drama sewaktu sma. Laki-laki itu menurut dengan perkataannya, bahkan cenderung kaget.
Satu masalah Nora sudah selesai. Dia benar-benar tidak menyangka bahwa komandan kepolisian sepertinya akan melakukan hal ini. Kalau sampai semua bawahan Nora tahu.
‘Mau taruh dimana wajahku,’ Harga diri wanita itu bisa tercoreng, berjalan hampir dekat dengan rumahnya. Dalam perjalanan dia tetap menggenggam erat pergelangan Drake, manik keemasan itu menatap langit malam yang nampak cerah hari ini.
‘Kau sedang ada masalah tapi malah mencari masalah,’ batinnya lagi, menggeleng kecil. Tidak mengerti dengan diri sendiri. Kadang Nora merasa sangat lelah dengan jiwa keadilannya,
Sedikit pun Nora tidak ingin mencoreng itu, tapi sekarang dia bingung. Entah perbuatannya ini termasuk keadilan atau memanfaatkan kesempatan untuk menculik seorang laki-laki yang kebetulan kaya raya.
“Hh, aku pasti sudah gila,” bisiknya tanpa sadar. Tidak mengira kalau laki-laki di belakangnya akan mendengar.
“Kau memang gila, Nona.” jawab sosok itu singkat. Tubuh Nora reflek menegang, Ia berbalik sekilas, menatap sang empunya. Mengerutkan alis dan sedikit kesal.
“Diamlah, Tuan. Aku sedang menculikmu sekarang,” ucapnya sinis. Saat kedua manik mereka bertatapan.
Sosok Drake tersenyum hangat, “Jadi aku harus tersenyum seperti ini agar kau tetap tenang setelah menculikku?” Memperlihatkan aktingnya juga.
Nora mendengus sinis, “Ha, kau kira aku tidak jantungan melihat orang kaya sepertimu ingin bunuh diri? Lebih baik aku menculik dan menyanderamu saja,” ejeknya lagi.
Drake kembali mengerjap tak percaya, kemana sikap wanita yang tadi dengan begitu frustasi memeluk, bahkan mencegahnya bunuh diri. Raut khawatir dan tatapan takut, itu berubah menjadi dengusan sinis?
“Kau benar-benar pintar berakting,” ujar Drake sinis.
Nora berbalik, enggan menatap Drake. “Aku bukan berakting, Tuan. Kau pasti punya uang yang banyak, jadi aku bisa memeras kedua orangtuamu sampai kau mau kembali pulang ke rumah.”
Begitu mengucapkan kalimat orangtua, langkah mereka hening selama beberapa saat. Sebelum Nora mendengar dengusan lagi.
“Bukannya sudah kubilang, mereka mungkin lebih memilih melihatku mati dibandingkan memberikanmu uang yang banyak,” Ucapan Drake terhenti, “Oh, atau mungkin mereka bisa memberikanmu uang itu, dengan jaminan aku harus kembali menjadi mesin pencetak uang mereka yang patuh,”
Nora mendengar dengan jelas, ucapan yang begitu berat. Tidak ragu, bahkan cenderung mengejek dirinya sendiri. Orangtua yang lebih memilih kematian putranya dibanding menyerahkan uang?
Sayangnya kali ini Nora tidak bisa menjawab perkataan laki-laki itu. Masih banyak hal yang tak Nora ketahui darinya.
Jujur saja sejak bertemu dengan sosok di belakangnya ini, entah kenapa Nora merasa familiar. Seperti pernah melihatnya, tapi dimana?
Apa wajah orang kaya dan tampan seperti laki-laki itu sering tampil di acara tv. Nora hanya bisa berharap kalau semua keputusannya hari ini tidak salah.
***
Drake Anderman Clayton, mendengar nama itu saja sudah cukup membuat Nora kaget. Bagaimana bisa dia lupa? Nama seseorang yang sangat berpengaruh dalam perindustrian Indonesia selama ini. Keluarga Clayton merupakan kalangan atas yang tidak bisa diremehkan.
Perusahaan Interior dan Furniture keluarga Clayton bahkan sudah merambat ke luar negeri. Dikenal dengan kemampuan mereka merekrut desainer berbakat setiap tahunnya.
Menggunakan konsep modern stylish dalam semua desain, simple, elegant, eyecatching. Dalam era yang semakin maju, tentu saja desain mereka menjadi incaran. Kualitas bahan dan desain mereka tidak bisa diremehkan.
Nora dengan ceroboh baru saja menculik sosok bertubuh tegap yang menjadi Chief Executive Officer sekaligus orang paling berpengaruh di besar perusahaan tersebut?! Berawal dari tindakan ceroboh Nora, dia justru mengajak laki-laki itu tinggal bersamanya?! Putra sulung keluarga Clayton!!
Oke, dia baru saja berniat membuat alasan kalau laki-laki ini adalah suaminya yang datang setelah selesai dengan semua pekerjaan di kota.
Ya, itu rencananya tadi! Dia tidak mungkin membiarkan laki-laki yang mau bunuh diri tinggal sendiri!
Tapi sekarang beda lagi permasalahannya, “Ka-kau benar-benar dari keluarga Clayton?” tanya wanita itu sedikit terbata.
Tepat setelah berhasil mengajak laki-laki itu ke rumahnya, mereka duduk di sofa ruang tamu, saling berhadapan, dengan wajah Nora yang masih shock.
Maniknya mengerjap beberapa kali, melihat sosok tegap itu menyender santai, menaikkan salah satu kaki dan kedua tangan bersidekap di depan d**a.
Wajah tampan itu mendengus sinis, menyeringai saat melihat wajah kaget Nora. “Aku sangat tidak suka tampil di televisi, jadi kau mungkin jarang melihatku.” ucapnya singkat.
Meneguk ludah kesekian kali, ‘Tenang, kau harus tenang Nora.’ Nora berusaha untuk tidak lupa dengan karakternya sendiri. Dia mungkin memang berhadapan dengan sosok yang begitu berpengaruh dengan industry Indonesia.
Tapi laki-laki yang kini berada di depannya sekarang berbeda. Dia tidak bisa memperlakukan sosok ini dengan istimewa, kata ‘bunuh diri’ masih melekat jelas di pikiran Nora.
Drake Anderman Clayton, sampai laki-laki ini tidak punya pemikiran lagi untuk bunuh diri. Saat itulah Nora bisa melihatnya sebagai sosok pemimpin lagi.
Drake sekarang hanyalah seorang laki-laki biasa yang terkena serangan mental dan cenderung lebih suka menyakiti diri sendiri.
Wanita itu menggeleng cepat, raut shock dan kagetnya tadi berubah perlahan. Digantikan wajah tanpa ekspresi.
“Baiklah, sudah cukup aku tahu bahwa keluargamu akan sangat menguntungkanku, Tuan Anderman.” ucapnya singkat. Menyender santai pada sofa.
Kali ini giliran Drake yang menatap bingung, “Apa katamu?” tanya laki-laki itu lagi.
Seringai Nora tercetak manis di wajah cantiknya, “Aku hanya perlu status keluargamu saja hari ini. Setelah itu, tidak akan ada yang berubah. Sampai kau berhenti memikirkan cara untuk bunuh diri,” Salah satu tangan wanita itu tertunjuk manis ke arah Drake.
“Saat itulah aku akan mengijinkanmu kembali, kau sanderaku sekarang, Tuan Anderman.”
Benar-benar gila, Drake menatap jelas semua raut di wajah Nora. Bagaimana bisa wanita itu begitu cepat beradaptasi dengan semua pernyataannya tadi?
Tidak seperti semua wanita yang melihat Drake selama ini. Tak ada tatapan memuja ataupun obsessive, tidak ada keraguan, bahkan yang lebih aneh lagi.
Baru kali ini Ia bertemu dengan penculik yang tidak memiliki nafsu sedikit pun untuk mengeruk uang sebanyak mungkin di matanya.
Sangat aneh.
Tanpa Drake sadari, sebuah tarikan tipis nampak di wajah tampannya. Apalagi saat pandangan Nora tiba-tiba teralih dan berusaha berbicara lagi,
“Ya, kalau kau sudah tidak ada keinginan untuk bunuh diri. Aku bisa mengantarkanmu ke rumah besok pagi—itu kalau kau sudah berhenti memikirkan hal gila seperti tadi, paham?!” Walaupun nampak berani dan mampu memperlihatkan wajah tanpa ekspresi di depan Drake.
Tapi laki-laki itu bisa melihat satu kelucuan dari sifat Nora. Wanita ini mungkin berbeda dibandingkan semua wanita yang pernah Ia temui.
Para wanita yang hanya tahu seperti apa topeng Drake tanpa melihat sifat aslinya.
“Ck, kau yang menculikku ke sini, Nona. Jadi kau harus bertanggung jawab. Sampai saat ini pun keinginan bunuh diriku masih sangat besar, kau paham kan maksudku?” Sosok tampan yang awalnya nampak pasrah di depan Nora berubah menjadi laki-laki penuh seringai dan misterius. Walaupun Nora jarang menonton televisi, tapi dia selalu mendengar kabar berita mengenai perusahaan Clayton.
Laki-laki yang jarang memperlihatkan wajahnya di depan media massa. Sosok dengan karakter hangat, ramah dan dewasa di mata semua orang. Kini berubah menjadi laki-laki pendiam, dingin dan misterius.
Di sisi lain tanpa Drake sadari seberapa besar pengaruh kedatangan Nora dalam kehidupannya. Sosok Billionaire yang biasa hidup dalam kekayaan berlimpah, bertahun-tahun menjadi boneka untuk keluarganya sendiri.
Memanfaatkan semua kepintaran yang dimiliki oleh laki-laki itu guna meraup banyak kekayaan. Membuat perusahaan Interior keluarga Clayton menjadi begitu terkenal dan bertahan hingga saat ini.
Apa pertemuannya dengan Nora kali ini akan mengubah hidup Drake?
Menyender santai, melihat wajah terkejut Nora lagi, walau hanya sekilas. Wanita itu kembali menunjukkan wajah tanpa ekspresi.
“Baiklah. Kalau memang itu keputusanmu.”
Menatap sekililing, rumah kecil yang mungkin masih kalah jauh dengan ukuran kamarnya. Tinggal di tempat seperti ini dan menjadi orang biasa?
Drake menyeringai tipis, “Wanita gila,” Bisikan itu terucap singkat. Baru satu hari mereka bertemu dan Nora sudah mendapatkan julukan yang begitu manis.