- 09 - [ Crazy Plan ]

2030 Words
STORY 09 - Crazy Plan *** Mengambil tindakan nekat, setelah memastikan pikirannya jernih kembali. Pukul tiga pagi lebih sedikit, Nora baru sadar. ‘Aku mengajaknya tinggal bersama?’ batin wanita itu polos, apa yang baru saja Ia lakukan? Di tempat terpencil seperti ini, sebuah pedesaan, bukan kota. Dimana semua mata memandang, mereka pasti akan menganggap curiga Nora. Laki-laki asing dan wanita tanpa status tiba-tiba tinggal bersama? Memikirkan itu saja sudah membuatnya sadar. Mereka tidak mungkin bisa tinggal bersama. Lain halnya jika di perkotaan, tidak akan ada masyarakat yang peduli dengan status mereka. ‘s**t!’ umpat sang Adela sembari menepuk kening keras. Berdiri tepat di depan pintu kamar kosong, tubuh Nora membeku sesaat, kedua maniknya reflek menoleh ke arah Drake yang dengan polosnya justru mengikuti perintah Nora tadi. Laki-laki itu menatap sang Adela tanpa ekspresi, “Apa?” tanya Drake singkat. Napas Nora hampir tercekat, kedua alis reflek tertekuk ingin memastikan sekali lagi. “Tuan Anderman, apa nafsu untuk bunuh dirimu masih ada?” Nora membalik pertanyaan Drake dengan satu kalimat gila. Manik Drake mengerjap sesaat, Sebelum sebuah anggukan dan tatapan datar menjadi jawaban Drake. “Tentu saja. Kenapa? Kau ingin mengurungkan niatmu menolong- ah menculikku?” Dengan sengaja membenarkan kalimatnya tadi. Nora mendengus kesal, Ia langsung menarik pikirannya tadi, pria dengan nafsu bunuh diri seperti Drake tidak bisa dibiarkan sendiri. Walaupun di samping rumah ini ada satu tempat yang kosong dan belum terpakai. Tetap saja sangat riskan jika membiarkannya tinggal di sana tanpa pengawasan Nora. “Tidak. Besok aku akan mencari cara agar kau tidak bisa berkutik dan tetap tinggal bersamaku, Tuan Anderman. Jadi jangan coba untuk melakukan hal aneh,” jelas Nora singkat. Sebuah ide kilat langsung meluncur di otaknya, ‘Ck apa aku harus melakukannya?’ batin sang Adela lagi. Melirik Drake untuk kedua kali. “Kalau aku tidak menculikmu sekarang dan membiarkanmu pergi, apa kau benar-benar akan bunuh diri?!” tanya Nora cepat. Drake justru mengendikkan bahu singkat, “Tenagamu yang seperti gorilla membuatku tidak bisa berkutik, Nona Nora. Jadi kuanggap jawaban itu ‘iya’” jawabnya enteng. Tidak tahukah kalau jawaban Drake membuat pikiran gila Nora saling bertarung dengan nalar sehatnya. ‘Ah, sial.’ Mengumpat dalam hati. Sepertinya tidak ada cara lain lagi, hanya untuk menjaga agar nyawa laki-laki itu tetap aman disini. “Hh, baiklah kalau begitu.” desah Nora singkat. Bergerak membuka pintu kayu di depannya, Sebuah ruangan yang masih kosong, hanya berisikan satu kasur tidur single lengkap dengan bantal dan seprainya. Satu lemari kecil, sebuah jendela yang lengkap berisikan tirai berwarna abu-abu. Satu ruangan yang cukup untuk ditempati seorang laki-laki. Untung saja dia mengontrak rumah yang punya dua kamar sekaligus. Entah itu suatu kebetulan atau tidak, “Ini ruanganmu, jangan pernah berpikir kau bisa kabur lewat jendela itu, Tuan Drake. Aku bisa saja menangkapmu lagi,” ujar Nora pelan, seraya berbalik menatap tubuh tegap di belakangnya. Sosok Drake hanya mendengus tipis, bersidekap di depan d**a. “Hm, baru kali ini aku melihat seorang penculik memberikan mangsanya tempat tidur, kau penculik yang baik hati, Nona Nora.” sindir sang Anderman. Ck, sial. Kalau saja laki-laki itu tidak ingin bunuh diri, sudah Nora tinggal dia di jembatan! “Sudah, sana masuk!” Bergerak menyingkir dari depan pintu, Nora tanpa sadar ikut masuk ke dalam kamar. Saat Drake perlahan masuk ke sana, pandangan Nora menatap kamar beberapa saat. Memastikan bahwa keadaan sudah aman, dan semua perlengkapan tidur tidak kurang. Wanita itu tidak sadar, kalau sosok tegap tadi bergerak cepat mendekati sang Adela, “Kau tahu Nona Nora, seperti apa posisimu di sini?” Satu pertanyaan itu terujar, beriringan dengan kedua tangan Drake yang bergerak menggenggam kedua tangan Nora erat. Membawanya ke atas, dan langsung mendorong tubuh Nora ke dinding. Tubuh mereka begitu dekat, dalam beberapa detik saja, Nora sudah bisa melihat bagaimana Drake berada di depannya. Menunduk dengan sengaja, agar wajah mereka saling sejajar, sebuah seringai tipis muncul di sana. “Kau seorang perempuan yang memberikan tempat tinggal untuk laki-laki sepertiku.” ucap Drake pelan, Semakin mendekat, Drake mendekatkan bibirnya tepat di samping telinga Nora, “Apa kau sama sekali tidak sadar, siapa yang dalam bahaya sekarang? Aku bisa saja melakukan hal aneh di tempat ini,” lanjut laki-laki itu santai. Mengira bahwa wanita di depannya pasti akan ketakutan dan menangis. Persis seperti bayangan Drake, perlahan laki-laki itu menjauh, masih dengan seringai tampan di wajahnya. Drake melihat jelas seperti apa ekspresi Nora kali ini, “Ck, berani sekali kau mengancam penculikmu sendiri, Tuan Anderman.” Nora justru menaikkan salah satu alisnya heran. Tanpa senyuman, “Bukannya aku pernah bilang, jangan meremehkan perempuan?!” Tanpa menunggu lama, tubuhnya bergerak cepat, walau kedua tangannya masih tidak bisa dilepaskan. Nora masih ada kedua kakinya. Tanpa aba-aba Ia sengaja menyender lebih dekat pada dinding, menumpu tubuhnya, menggerakan salah satu kaki, “Kau salah mencari lawan!!” Melayangkan kaki tepat menendang perut Drake, kedua tangan laki-laki itu langsung terlepas. Beriringan dengan tubuh Drake yang terdorong menjauh. *** Sang Anderman terbatuk beberapa saat, merasakan sakit di bagian perutnya. ‘Sial!’ decak Drake dalam hati. Dia tidak menyangka bahwa Nora akan melakukan hal di luar dari bayangannya. Tidak ada tangisan atau teriak minta tolong, Drake justru merasakan tendangan super?! Tak main-main rasanya, pantas saja kekuatan wanita itu sanggup menggeret Drake paksa tadi. “Ka-kau,” Tubuhnya yang menunduk, perlahan menengadah, menatap Nora. Wanita itu masih berdiri manis di depan sana. Dengan seringai kecil, berjalan mendekati Drake. Kali ini gilirannya yang menunduk, mencoba sejajar dengan wajah Drake, “Maaf kalau aku ini bukan penculik yang romantis untukmu, tuan Anderman. Tidak akan ada wanita menangis di rumah ini, seperti apapun kau berusaha mengancamku balik,” ucap Nora manis. Tersenyum dalam seringainya, pelan menangkup dagu Drake. Membuat sang Anderman semakin lekat menatapnya. Manik keemasan dan abu itu saling beradu. “Berhentilah melakukan hal seperti itu, tuan Drake. Mulai besok, kau tidak kuijinkan dulu untuk keluar dari rumah ini.” Suara yang nampak berat mengancam tipis. Senyuman penuh seringai yang menakutkan, “Kau tahu apa yang ganjarannya kalau berani membantahku?” tanya Nora singkat. Drake hanya diam menyipit, sementara wanita itu mencoba menahan tawanya di dalam hati. “Aku bisa saja menghubungi semua orang di Indonesia, dan mengatakan kalau seorang Drake Anderman Clayton sedang berada di desa ini.” Satu detik, manik Drake langsung melebar, raut wajahnya berubah kesal. “Kau berani mengancamku balik, Nona?” tanya laki-laki itu balik. Nora justru mengangguk polos. “Tentu saja, kau berada dalam pengawasanku sekarang. Aku sudah tahu dari kedatanganmu ke sini, pukul dini hari hanya untuk bunuh diri.” ucap sang Adela yakin. Wanita itu makin menyeringai. Menebak dengan jelas semua maksud Drake datang ke tempat ini. “Kau menyembunyikan semuanya. Kedatanganmu, niatmu untuk bunuh diri, dan semua alasan yang kau buat sampai sekarang,” jelas Nora singkat. Berniat menjauhkan tangan dari dagu Drake. “Jadi jangan coba-coba untuk-aw!!” Wanita itu tidak menyangka kalau Drake akan bergerak cepat, dan langsung memberikan gigitan tepat di tangan Nora cukup keras. “Astaga!!” Sang Adela tanpa sadar menghancurkan topengnya. Melihat jelas bagaimana wajah puas di wajah Drake terpancar manis. Cepat-cepat Ia menarik tangannya, mendorong sengaja kening Drake agar menjauh. “Aish!! Kenapa kau menggigit tanganku?!” tanya wanita itu, sembari menatap tangannya yang kini berisikan cetak gigi Drake. “Ya, itu salahmu.” Drake justru mendengus sinis, perlahan berdiri, masih memegang perutnya yang sakit. “Tendanganmu juga tidak main-main, jadi rasakan saja,” ejek sang Anderman sengaja. Bergerak menuju tempat tidur dan langsung berbaring, “Yah, biarpun tempat tinggalmu kecil dan sempit, lebih hemat dibandingkan aku menyewa rumah private.” ucap Drake santai. Nora yang masih berdiri di dekat sana, hanya melongo. Melihat sikap Drake giliran dia yang menganga, “Astaga, kau baru saja menggigit tanganku!” “Hm, pergi sana. Aku mau istirahat, Gorilla kasar,” ejek Drake tanpa ampun, setelah berbaring, dengan sengaja laki-laki itu melambai, mengusir Nora singkat. “Aku lelah, sana pergi,” lanjutnya lagi. Enggan melihat ekspresi Nora yang kini sudah berusaha menahan amarah. Wanita itu menarik napas berulang kali. ‘Hh, tenang, tenang, Nora!! Tenang!! Jangan sampai citramu yang tenang dan dingin hilang!!’ batinnya lagi. Mengelus d**a pelan. “Ck, ingat! Jangan coba-coba untuk keluar besok,” Mengingatkan sekali lagi. Nora beranjak pergi dari sana, manik wanita itu menatap saklar lampu. ‘Aku matikan saja,’ batinnya singkat. Tangannya baru saja hendak mematikan saklar tersebut, sebelum suara berat di belakangnya menghentikan. “Jangan dimatikan.” Drake menginterupsi sang Adela, tubuh laki-laki itu masih berbaring menyamping tanpa melihat Nora. Membelakanginya, “Biarkan saja lampunya hidup. Kau boleh mengunciku tapi jangan matikan lampu itu,” ucap Drake kembali. Nora mengerjap bingung, ruangan kembali hening. “Hh, baiklah.” desahnya singkat. Mengurungkan niat untuk mematikan saklar tersebut. “Aku tidak akan mengunci kamarmu, kalau kau ingin mengambil makanan, cari saja di dapur, paham?” ucap Nora polos. “Hm.” Hanya jawaban itu yang Ia dapat dari Drake, selebihnya Nora berjalan keluar dan segera menutup pintu kamar. Menghela napas berulang kali. Belum sehari dia tinggal di sini, dan berhenti dari pekerjaannya sebagai komandan kepolisian. Nora sudah mengubah perannya menjadi penculik cantik yang baik hati. ‘Hh, aku pasti sudah gila.’ desah wanita itu dalam hati. Bingung dengan dirinya sendiri. *** “Hh, akhirnya aku bisa istirahat!” Dengan satu kali desahan panjang, Nora langsung berbaring di tempat tidurnya. Sebuah ruangan yang sudah Ia tata tadi siang, Tidak boleh ada yang masuk ke sini sekalipun itu orangtuanya sendiri. Kedua manik Nora perlahan terbuka, dalam posisi berbaring. Ia mendesah lagi, “Untung aku sudah mendesain kamar ini tadi, surgaku!” Semua sifat dingin wanita itu langsung berubah jika dia sendirian. Berguling menarik sebuah guling dengan seprai bergambarkan beruang. Tidak hanya di bantal guling tapi juga kasurnya. Rahasia untuk kalian semua, jika citra seorang Nora di luar adalah sebagai sosok wanita yang dingin, kaku, dan juga menyeramkan. Kalau kalian semua mengira bahwa semua hal kesukaan Nora pasti adalah sesuatu yang berbau kelabu. Hitam, abu-abu, kopi hitam super pahit. Kalian salah. “Tuan beruang, hari ini benar-benar melelahkan.” Noravayne Adela, hanya sesosok wanita seperti pada umumnya jika dia sendiri, mungkin lebih mencolok lagi. Wanita super kuat yang suka dengan motif beruang coklat, warna soft cream, biru muda, suka menyantap makanan manis, dan rela melakukan desain besar-besaran di kamarnya sendiri. Menaruh banyak motif beruang di tempat tidur, boneka beruangnya pun tidak lewat menemani dia terlelap setiap hari. “Lihat, laki-laki itu menggigitku tadi! Sialan,” ujarnya mulai melakukan sesi curhat dengan boneka beruang berwarna cream. Hal yang biasa Nora lakukan, jika lelah dengan pekerjaannya setiap hari. Menjadi sosok dingin, kaku, menegangkan dan menjadi figure seram di depan orang banyak itu sangat melelahkan. Hanya di kamarnya Nora bisa bebas melupakan semua sifat ketus itu. Menjadi dirinya sendiri, yah walaupun dari dulu sifat Nora memang seperti itu, dia tidak bisa mengekspresikan perasaannya dengan jelas jika berada di depan orang yang tidak benar-benar Ia kenal. Berguling lagi, sembari memeluk boneka beruang, Nora menatap plafond kamarnya, “Hh, besok aku harus pergi ke kota lagi.” ucap wanita itu disertai desahan. Semua ide yang Ia pikirkan tadi, harus cepat Nora selesaikan. Marry pasti mau membantu. Hanya dia yang bisa menolongnya sekarang. Sudah hampir beberapa kali Nora menimbang idenya tadi, selain aman untuknya dan laki-laki itu tinggal bersama. Beruntung Nora sempat mengumbar bahwa dia sudah berkeluarga di depan beberapa ibu-ibu tetangga. ‘Kalau laki-laki itu tinggal sendiri, dia pasti akan berusaha bunuh diri lagi,’ desah Nora panjang, menutup kedua maniknya. Nora tidak bisa membiarkan itu, dia harus bisa mengubah kembali pikiran Drake. Sampai dia mau kembali pulang, dan tidak mau bunuh diri lagi. “Aish, kenapa aku harus repot-repot melakukan itu?” tanya wanita itu pada dirinya sendiri. Bingung, dengan sifat keadilannya. Sifat ini tidak pernah lelah memberikan Nora masalah. Satu hari pun, Nora tidak diberi kesempatan untuk istirahat. “Hh, melelahkan.” Memeluk erat boneka beruang itu, mencium, kemudian menghirup aroma apple dari sana. Satu-satunya yang mampu membuat Nora tenang sekarang. “Hh, baiklah. Besok aku akan berangkat pagi.” Membulatkan keputusan. Nora menggeleng sesaat, Tidak ada yang boleh salah dengan semua rencananya, manik keemasan itu menatap plafon, hening sesaat. Ia mengangguk yakin. “Laki-laki itu harus menjadi suamiku dulu,” Satu ucapan ngawur langsung keluar dari bibirnya. Sangat ngawur dan gila. Ide luar biasa nekat dari Nora.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD