Rezel tidak peduli dengan peluh yang sudah membanjiri pelipisnya. Napasnya semakin lama semakin tersendat, langkah kakinya yang berayun juga semakin lambat. Rezel berhenti sejenak di anak tangga terbawah untuk mengatur pernapasannya agar sekiranya berjalan dengan normal kembali. Setelah menyeka keringat, Rezel melanjutkan acara lomba larinya yang diikutsertakan oleh dirinya sendiri. Karena terlalu fokus pada rasa takut yang ia rasakan, Rezel sampai tidak memandangi jalanan sehingga tanpa sadar tubuhnya menubruk d**a bidang seorang cowok. Rezel terjatuh, tersungkur ke tanah. Ia menyerngit sekilas, menunduk untuk melihat kedua tangannya yang sudah lecet, bahkan mengeluarkan darah segar. Rezel meringis sesaat, sebelum akhirnya mendongakkan kepala, ingin memberikan semprotan akhir zaman pa