Bab 5. Mencoba untuk berubah

1023 Words
Happy Reading. Kendrick menjambak rambutnya frustasi, setelah dipikir-pikir memang benar apa yang diucapkan oleh Khanza. Kendrick benci dan cinta pada Katrine, dua rasa itu bertumpuk dan terus saja menggerogoti hatinya sehingga Kendrick tidak ingin melakukan terapi dan sembuh. Baginya kehilangan Katrine sudah membuat dunianya hancur, membuat Kendrick tidak ingin hidup kembali karena orang yang dia cintai telah pergi dan tidak mau dengannya gara-gara dia lumpuh. Kendrick selalu merasa tidak percaya diri karena dia lumpuh dan sudah tidak berguna. Merasa jika semua orang sudah tidak peduli padanya dan memintanya menikah dengan wanita pengganti Katrine yaitu Khanza untuk menutupi semuanya agar pernikahan itu tetap berjalan. Kendrick merasa jika dia hanya dicarikan wanita asal agar ada yang mau merawatnya, wanita yang mungkin membutuhkan uang banyak dan itulah yang membuat Kendrick tidak menyukai Khanza sejak awal. Padahal semua itu adalah kebalikannya. Khanza juga dipaksa menikah dengan tuan lumpuh sepertinya hanya karena sebagai penangguhan hutang keluarganya. Akan tetapi, melihat kegigihan Khanza dan sikapnya yang selalu merawatnya tulus sebagai seorang istri entah kenapa hal itu menyentil hati Kendrick. Kalau saja Katrine bisa seperti Khanza, pasti dia akan sangat senang. "Tidak, aku harus melupakan wanita itu! Benar kata Khanza jika dia tidak tulus mencintaiku. Dia hanya ingin aku yang sempurna dan membanggakannya. Buktinya dia langsung pergi ketika tahu aku tidak bisa berjalan," gumam Kendrick mengepalkan tangannya. Kebencian yang sudah ada kini semakin tumbuh besar ketika mengingat perasaan cintanya pada Katrine dibalas wanita itu dengan pergi meninggalkan luka. Kali ini Kendrick tidak ingin menjadi bodoh lagi. Dia jadi ingat perkataan Khanza yang selalu mengatainya bodoh dan memang benar jika dirinya terlampaui bodoh hanya karena cinta. *** Malam harinya, Khanza masih belum kembali ke kamar, hanya pelayan setianya saja yang masuk dan meladeni keinginan Kendrick, bukan istrinya seperti biasanya. Tentu saja hal itu membuat Kendrick penasaran, kemana istrinya itu pergi. Apakah wanita itu benar-benar marah? "Di mana Khanza?" tanya Kendrick pada salah satu kepala pelayan yang sedang menyiapkan makan malam untuknya. Baru kali ini Kendrick menyebut nama Khanza setelah ijab kabul dua bulan yang lalu. Entah kenapa rasanya begitu aneh. "Neng Khanza sedang bersama nyonya besar, Tuan, mereka sedang mengobrol di ruang keluarga. Apakah Tuan ingin Neng Khanza kesini?" tanya pelayan itu. Kendrick menghela nafas, sebenarnya dia merasa gengsi, tetapi dia tetap harus bicara pada istrinya itu. "Iya, panggilkan istri saya," ujar Kendrick yang kali ini mengatakan jika Khanza istrinya. "Baik, Tuan," jawab pelayan paruh baya itu kemudian berpamitan keluar. Kendrick menatap keluar jendela, dia merasa jika semua ucapan Khanza selama ini memang ada benarnya. Apakah kali ini Kendrick memutuskan untuk menerima saran dari istrinya itu. Terdengar suara pintu dibuka. Masuklah wanita cantik berhijab dengan wajah yang ditekuk. Khanza sendiri sebenarnya masih merasa kesal dengan kebodohan Kendrick yang masih saja memikirkan katrine, padahal jelas-jelas jika wanita itu telah pergi meninggalkannya tanpa perasaan. "Ada apa, Mas?" tanya Khanza ketika sudah berada di belakang Kendrick yang duduk di kursi roda. Kendrick membalikkan kursi roda itu dan melihat istrinya yang menunduk. "Apa yang kamu kerjakan di luar sampai tidak memperdulikan suamimu?" Khanza mengangkat wajahnya ketika mendengar ucapan sang suami. "Hah? Apa Mas sekarang merasa menjadi suami saya? Bukan calon suami Katrine?" tanya Khanza sarkas. Jangan dikira dia itu hanya wanita lemah yang akan sakit hati dan menangis jika selama dua bulan ini hanya menghadapi sikap dingin suaminya itu. Khanza juga terpaksa kok nikah sama Kendrick. Khanza bisa melihat wajah Kendrick yang menatapnya tanpa ekspresi. "Buat saja sekalian dia marah! Bisanya cuma nyusahin, sekalian bodohnya dipelihara saja!" batin Khanza kesal. "Apa? Ngaku suami sekarang? Kemarin kemana saja?!" Kendrick hanya diam menatap istrinya yang tengah kesal, entah kenapa hal itu membuat Kendrick ingin tersenyum. Khanza terlihat lucu dimatanya dan dia tidak marah sama sekali ketika Khanza berucap seperti itu padanya. "Ya, saya memang suami kamu, kan?" "Terus, kenapa masih ingat sama mantan calon istri mas yang minggat itu? Kalau mas masih saja ingin dia, ya udah aku pergi aja, wong mas juga gak bakalan butuh aku!" "Siapa bilang?" Khanza mendelik, suaminya itu benar-benar menyebalkan. "Ya itu buktinya, masih nggak mau terapi karena merasa tidak berguna? Hanya karena ditinggal Katrine terus merasa hidupnya paling hancur sendiri? Begitu? Hih, aku mah gak akan mau disuruh melayani suami yang masih memikirkan wanita lain, apalah jelas-jelas wanita itu udah pergi ninggalin mas!" Kali ini Kendrick benar-benar tertawa, sungguh dia tidak merasa marah mendengar sindiran dari Khanza. Awalnya Kendrick merasa jika hidupnya sudah tidak berguna lagi. Namun, saat melihat kegigihan Khanza yang dengan telaten merawatnya dan memberinya support secara terus-menerus, akhirnya Kendrick sadar dan akan memberikan keputusannya. Dia mau diterapi agar kakinya sembuh dan bisa berjalan normal kembali dan membuktikan bahwa dia bisa bangkit lagi. "Baiklah, aku mau terapi agar sembuh," ujar Kendrick tenang sambil menatap dalam mata Khanza. Dan hal itu seketika membuat bola mata Khanza melebar sempurna. "Apa yang mas bilang? Mas Ken mau sembuh?" "Iya," jawab Kendrick sekali lagi dengan mantap. "Aahh, bagus kalau begitu! Jadi mulai besok kita akan panggil dokternya mas dan juga sekalian periksa, kita akan mengatakan jika mas mau sembuh!" Khanza benar-benar bahagia, dia langsung memeluk Kendrick tanpa sadar. Kendrick hanya bisa menarik kedua sudut bibirnya, entah kenapa rasanya beda hanya karena melihat kebahagiaan di wajah istrinya itu. *** Pagi itu seperti biasanya, Khanza menyiapkan air untuk mandi sang suami, memang Khanza tidak memandikan Kendrick, hanya menyiapkan perlengkapannya saja. Kendrick sudah bisa mandi sendiri dan tidak perlu dibantu seperti saat awal-awal dia sembuh dari kecelakaan. Selama dua bulan ini akhirnya Kendrick terbiasa dengan kelakuan Khanza yang selalu keras kepala itu hingga bisa membuatnya luluh seperti sekarang. Lama-lama mendapatkan perhatian dari Khanza seperti candu baginya. Seperti saat sarapan, Kendrick pasti menunggu Khanza yang menuangkan nasinya ke dalam piring, serta mengambilkan beberapa lauk yang disukainya. "Ayo mas, cepat mandi dan kita sarapan bersama, jangan lupa nanti dokter juga datang, jangan lupa bilang yang tadi malam, ya?" Kendrick hanya mengangguk. Khanza mendorong kursi Kendrick masuk ke dalam kamar mandi dan kemudian dia keluar dan tidak lupa menutup pintu. Khanza sangat bahagia, suaminya sudah mau untuk tetapi dan itu artinya dia berhasil meyakinkan Kendrick agar sembuh dan bisa menjalankan perusahaan seperti dulu. Dia juga harus bisa membuat Kendrick benar-benar melupakan Katrine dan membangun mahligai rumah tangga yang sebenarnya. Bersambung.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD