Bab 4. Khanza Marah

1151 Words
Happy Reading Hari-hari berlalu begitu saja, kehidupan pernikahan Khanza dan Kendrick masih sama. Kendrick yang terkadang masih dingin dan Khanza yang harus menyimpan stok sabar yang banyak. Khansa bisa mengerti kenapa Kendrick bersikap seperti itu padanya sehingga dia maklum. Tidak mudah memang meluluhkan hati seorang Kendrick William apalagi masih dibayang-bayangi oleh sang mantan tercinta. Pagi ini Khanza sudah berada di dapur, dia akan mengambilkan sarapan untuk Kendrick. Suaminya itu masih belum mau sarapan bersama keluarga besar. Kendrick hanya akan makan jika dibawakan ke dalam kamar atau dia tidak akan makan sama sekali. Kendrick masih hidup dalam kubangan kesedihan dan kecewa. Dia belum bisa melupakan Katrine yang menemaninya selama 3 tahun ke belakang. Tetapi dia juga sakit hati karena wanita yang sangat dicintainya itu pergi meninggalkannya karena tidak bisa menerima keadaannya yang lumpuh karena kecelakaan. Khanza melihat ibu mertuanya yang juga masuk ke dalam dapur dan tersenyum menyapanya. "Khanza, mau membawa sarapan untuk Kendrick?" tanya sang ibu mertua. "Iya, Ma. Mas Ken saya buatkan nasi goreng mentega, mudah-mudahan kali ini mau makan dan tidak ada drama," jawab Khanza. "Yang sabar ya, nak, Kendrick itu keras kepala sekali, dia masih belum bisa menerima kenyataan jika dirinya telah di tinggal oleh Katrine karena lumpuh, mungkin jiwanya masih terguncang, kamu harus sabar dan buat dia bisa terbuka padamu," pinta sang Ibu mertua. "Insya Allah, Ma. Khanza akan bikin mas Ken mau terapi juga, saat ini mas Ken memang masih belum bisa menerima dan terkadang sikap dingin itu keluar ketika sama Khanza, dia hanya merenung saja kerjaannya tiap hari, nanti coba Khanza kasih motivasi agar mas Ken semangat kembali," ujar Khanza Ibu mertuanya tersenyum membelai punggung tangan menantunya itu. Ternyata suaminya tidak salah memilihkan istri. Khanza memang sangat layak untuk menjadi istri seorang Kendrick William. "Mama percaya padamu, Nak!" Setelah ngobrol sebentar dengan sang ibu mertua, akhirnya Khanza lanjut ke kamarnya untuk membawakan nasi goreng mentega untuk sang suami. Khanza membuka pintu kamar hati-hati dan melihat Kendrick yang masih asik berdiam diri. "Mas, sarapan dulu ya, ngelamunnya ditunda," ujar Khanza saat melihat Kendrick masih betah memandang luar jendela. Pria itu hanya diam saja, menoleh pun tidak dan Khanza sudah biasa diabaikan oleh suaminya selama seminggu ini gara-gara masalah di taman waktu itu. Tetapi sepertinya kesabaran Khanza sangat tipis, setipis lembar tisu dibelah tujuh, dan mulai sekarang dia harus membuat Kendrick bicara padanya. "Mas, aku tahu pita suaramu masih berfungsi dan tidak putus! Jadi usahakan kalau diajak bicara itu ya jawab, jangan cuma diam saja!" Kali ini ekor mata Kendrick tergerak kesamping untuk melirik wanita yang sejak tadi begitu cerewet itu. Khanza yang kesal kemudian berjalan ke arah depan untuk menghadap Kendrick. "Silahkan di makan sarapannya, Mas!" "Aku tidak lapar," jawab Kendrick saat Khanza meletakkan nampan berisi makanan yang tidak lain adalah nasi goreng mentega. Masakan kesukaan suaminya, itu sih setahu Khanza. Padahal Kendrick ingat jika masakan itu adalah masakan favorit Katrine, hingga akhirnya Kendrick juga jadi ikut suka. "Terserah, tapi lambung mas tidak sekuat otak dan keras kepalanya mas ini!" Akhirnya Khanza menyendok nasi itu dan langsung menyuapkan ke arah suaminya. Kendrick akhirnya menyerah dan membuka mulutnya, dia mengunyah nasi goreng buatan Khanza dan Kendrick menyadari jika masakan istrinya itu enak. Akhirnya Khanza berhasil membuat William makan sarapannya lagi. Selama makan Kendrick sesekali menatap Khanza yang menunduk mengaduk nasi goreng yang masih panas itu. Beberapa kali suapan membuat Kendrick sedikit menarik kedua sudut bibirnya. Ya, dia mengakui jika Khanza itu cantik, wajahnya putih mulus tanpa noda sedikitpun. Tetapi tetap saja Khanza tidak bisa menyembuhkan hatinya yang masih bersarang nama Katrine. *** Kendrick memang masih belum bisa terbuka, tetapi Khanza tahu apa yang membuat Kendrick seperti itu. Suaminya itu masih sakit hati dan belum bisa move on, uhg bucin amat. Khanza sampai geleng-geleng kepala. Itulah kenapa sejak dulu Khanza malas berurusan dengan yang namanya cinta atau pun lelaki. Waktu masih sekolah banyak yang suka menggoda dan menyatakan cinta, tetapi Khanza sama sekali tidak tertarik dengan hubungan seperti pacaran. Karena teman-temannya pasti menangis dan patah hati kalau diputus atau diselingkuhi kekasihnya, kan ngeri. Sekarang dia juga menghadapi seseorang yang patah hati mendalam dan orang itu adalah suaminya sendiri. Sepertinya hari ini setelah sarapan Khanza akan menyempatkan waktunya untuk bicara dengan suaminya dari hati ke hati agar pernikahan mereka tidak berjalan sangat dingin. Khanza juga memiliki misi jika dia bisa membuat Kendrick sembuh dan bisa move on dari sang mantan yang tidak tahu diri. "Mas, kenapa sih kamu tuh masih mikirin mantan tunangan yang jelas-jelas udah ninggalin Mas gitu aja, maaf ni ya sebelumnya, aku ingin membuat kesepakatan dengan Mas Ken, gimana? Apa Mas mau?" Kendrick hanya diam saja menatap khanza yang menurutnya sangat berani itu sampai ingin membuat kesepakatan dengannya. "Aku ingin mulai hari ini Mas nggak boleh mengingat masa kelam itu," ujar khanza menatap ke dalam manik mata Kendrick. Dan entah kenapa Kendrick merasa terhipnotis dengan tatapan gadis yang berstatus sebagai istrinya itu. Padahal selama ini tidak ada yang berani menatap Kendrick secara intens kalau bukan orang terdekatnya, tetapi Khanza yang belum genap dua bulan menjadi istrinya begitu berani dan dia memang bukan wanita biasa. Tatapan Khanza bukan tatapan menggoda, wanita itu sama sekali tidak berniat menggoda dirinya. Bahkan selama tinggal satu kamar dengannya, Khanza terkesan menjaga diri. Kendrick menarik nafas dan membuangnya perlahan, apakah mungkin benar yang dikatakan oleh Khanza jika dirinya harus berdamai dengan keadaan dan menerima takdir yang telah ditetapkan. "Baiklah, aku akan mulai menerima semuanya, bahkan aku akan mulai menerima kehadiranmu!" Khansa tersenyum lebar saat mendengar ucapan Kendrick. "Kalau begitu mulai saat ini aku akan tidur di ranjang yang sama dengan Mas dan Mas Ken tidak boleh menolaknya," ujar Khanza semangat. Ya, karena selama ini dia mengalah dan tidur di sofa. Kejam bukan? Khanza harus menegaskan pada Kendrik kalau dia adalah istrinya dan punya hak untuk tidur di atas ranjangnya. Kendrick terlihat berpikir, tetapi sedetik kemudian dia mengangguk. Khanza senang bukan kepalang, berarti mulai nanti malam dia akan tidur di ranjang dan tubuhnya tidak akan pegal-pegal lagi kalau bangun tidur. "Terus, keuntunganku apa?" "Ehmm ... Khanza akan membantu Mas buat bisa move on dan bangkit untuk sembuh, Mas nggak tau kan kalau dia di sana udah bahagia? Kalau Mas di sini sedih terus terpuruk, enakan dia donk yang udah ninggalin, Mas! Lagian dia tuh nggak benar-benar cinta loh!" Ucapan Khanza benar-benar membuat Kendrick down dan kalut. Hatinya membenarkan meski pikirannya menyangkal. Ya, Katrine tidak pernah mencintainya, karena jika wanita itu mencintainya, tentu dia tidak akan lari dari tanggung jawab dan tetap menikah dengannya. "Kalau Mas masih tetap berpikir jika kekasih Mas itu kembali, kita tunggu saja. Sebelum dia kembali jangan pernah ikut terapi ataupun ingin sembuh. Lihat saja apakah aku benar atau salah, kalau sampai aku salah dan kekasih Mas mau mengurus Mas sampai akhir, Oke! Aku akan menyerah dan pergi dari hidup Mas!" Khanza pergi keluar dari dalam kamar setelah mengucap hal itu. Dan tentu saja hal itu membuat William tercengang, sebelumnya Khanza tidak pernah semarah ini dan pergi meninggalkannya sendiri. Bersambung.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD