Seorang laki-laki tampan baru saja menginjakan kakinya di bandara Soekarno-Hatta,perlahan ia melepaskan kacamata hitam yang bertengger manis di wajahnya. Kemudian laki-laki itu tampak mengeluarkan ponselnya dan menghubungi seseorang. Tak lama seorang pria terlihat seusianya menghampirinya, "Welcome back brother." Ujarnya sambil memeluk pria itu.
"Thanks sudah mau jemput bro."
"Santai aja Daf,seperti sama siapa saja kamu."
"Aku sudah siapkan rumah yang kamu minta,terus besok juga kamu sudah bisa langsung datang ke perusahaan yang berhasil kita ambil alih kemarin. "
"Kamu memang teman terbaikku Nis."
"Ck,panggil aku Denis atau Den." Protesnya, " memang namaku Nisa Sabyan."Canda Denis.
Akhirnya setelah 3 tahun Daffa di Jerman kini ia berani pulang membawa kesuksesan.Bukan lagi sebagai karyawan yang menjabat posisi tertentu di perusahaannya terdahulu. Ternyata selama ini Daffa sudah membangun usahanya bersama sahabatnya yang bernama Denis,bahkan sejak mereka kuliah. Daffa selalu menggunakan gajinya untuk usahanya.Menanam saham-saham di beberapa perusahaan mulai dari saham kecil hingga saat ini ia bisa mengambil alih beberapa perusahaan di Indonesia. Saking kekehnya untuk sukses bahkan Daffa sampai tidak pernah mengirimkan uang untuk ibu dan anaknya.
Tiba-tiba Daffa teringat mereka. "Den,aku minggu depan mau ke Jogja.Kamu ikut ya!."
"Asiap ... eh btw,anakmu pasti sudah besar ya? Sudah 3 tahun.Seperti apa dia sekarang?"
Daffa menghela nafasnya."Aku tidak tau Den,aku tidak pernah menghubungi ibuku."
"Gila kamu,tega banget! "
"Huft,tapi aku yakin mereka baik-baik saja."
..........
Sifa tengah memasak sop di dapur rumahnya.
"Fa..."panggil bibi Ratih
"Ya bi,kenapa? "
"Bibi lihat kamu sudah tidak pernah berangkat kuliah."
Sifa menghela nafasnya,ia tak mungkin menyembunyikan masalahnya pada wanita yang sudah mengasuhnya dari bayi itu. "Iya bi,Sifa sudah berhenti kuliah."
"Kenapa?."
"Beasiswa Sifa di cabut."
"Karena sering bolos ya?"
Sifa mengangguk Bi Ratih manganggukan kepalanya mengerti apa yang terjadi, " Ya sudah kita bayar saja! "
"Iya bi nanti,Sifa cari kerja dulu."
"Fa,kamu bisa pakai uang bibi dulu! "
"Tidak usah bi,bibi kan sudah nabung lama untuk pergi haji.Sifa tidak apa-apa kok bi! Sifa malah senang."
"Gimana si?Kok malah senang? "
"Iya bi,jadi Sifa bisa fokus sama anak Sifa."
"Mmm,mungkin nanti kalau Raffa sudah TK,atau ibu Sukma udah lebih sehat Sifa akan cari kerja."
"Nak,apa tidak sebaiknya kamu hubungi tu..."
"Bi,please...."
"Kalau tidak kamu bisa menghubungi den.." Ujar bi Ratih lagi berusaha membujuk Sifa.
"Bibi...."Protes Sifa.
"Iya-iya,sudah sekarang terserah kamu saja dasar anak keras kepala!."
Sifa terkekeh melihat bi Ratih kesal "Oya bi,besok sabtu Sifa mau ke Bandung ya."
Seketika mata bi Ratih berbinar "Katanya tadi.."
"Ishhh bi,Sifa mau ke makam bunda.Minggu besok kan tepat 4th meninggalnya bunda."
"Mau bibi temani? "
Sifa menggeleng, "Bibi di sini saja,jaga ibu Sukma dan Raffa!."
..........
Siang itu Sifa tampak terburu-buru di bandara Adisutjipto Jogjakarta. Ia berlari karena ia sudah hampir terlambat.
Brukkk...
Karena tidak hati-hati Sifa menabrak seseorang yang justru membuatnya terhuyung ke belakang dan ia jatuh terduduk. Sifa mendongak menatap seseorang yang ia tubruk tadi.Seorang pria dengan setelan kasual di padukan jaket kulit serta kacamata hitam.Pria itu melepaskan kacamatanya. Seketika Sifa merasa tidak asing dengan wajah itu
. "Kamu tak apa nona? " Tanyanya
Sifa tersadar dari keterpanaannya "Ah iya,tak apa." Lalu Sifa melihat jam di tangannya ia bergegas berdiri dan langsung pergi begitu saja meninggalkan seseorang yang ia tabrak tadi.
"Gadis aneh.."gumam pria itu sebelum melanjutkan jalannya menuju taksi bandara.
"Lama amat si Daff..." "Sorry tadi aku baru saja nabrak cewek."
"Wih cewek,cantik tidak? " Tanya Denis penasaran.
Daffa tampak mengingat wajah gadis tadi," Hmmm,cantik sih,tapi masih kecil."
"Apanya yang kecil? "
"Ck pikiranmu Den,ceweknya masih SMA mungkin atau malah SMP."
"Yah,aku kira gadis dewasa."
"Ya sudah yok keburu sore nanti nyampe rumah."
...........
Daffa tampak memandang sendu rumah tua sederhana di depannya. Hatinya berdegub kencang saat perlahan kakinya melangkah memasuki pelataran rumah penuh kenangan di depannya. Tak lama muncul wanita paruh baya yang menggendong seorang balita yang tengah tertidur dalam buaiannya.
"Permisi..."
"Ya,cari siapa ya? "
Daffa tampak bingung menatap wanita paruh baya di depannya. Dia tak mungkin salah rumah,lalu kenapa bukan ibunya yang menempati?Dan lagi anak kecil yang tengah tertidur itu jelas ia kenal meski terakhir ia lihat saat bayi itu baru berusia beberapa hari.
Daffa tak mungkin salah balita itu adalah anaknya, "Raffa..." Sapanya lirih.
Bi Ratih,wanita yang kini tengah menggendong Raffa nampak mengernyitkan dahinya.Mengamati seseorang yang ada di depannya. "D..Daffa..." Tanyanya untuk meyakinkan dirinya bahwa ia tak salah orang.
"Iya ini Daffa.."
"Ya Tuhan,akhirnya kamu pulang juga nak." Tanpa pikir panjang bi Ratih menyerahkan Raffa ke Daffa tak peduli jika balita itu akan terbangun. Beruntung Raffa sudah nyenyak hingga ia tak terbangun.
Sementara bi Ratih langsung masuk ke dalam di ikuti Daffa dan Denis. Memasuki ruang tamu Daffa menatap nanar rumahnya yang tak ada perubahan,malah semakin terlihat tak layak dengan beberapa bagian yang tampak lapuk.
Horden pintu yang menghubungkan antara ruang tamu dan ruang tengah terbuka menampilkan seseorang yang kini duduk di kursi rodanya. "I..ibu..." Kaget Daffa melihat keadaan ibunya.
Bu Sukma langsung menatap penuh kerinduan putranya yang sangat ia rindukan selama ini. Bi Ratih langsung mengambil Raffa kembali dan memasuki kamar di samping ruang tamu.
Daffa langsung menghambur bersimpuh di kaki ibunya yang sangat ia rindukan. "Maafkan Daffa bu,maaf Daffa lama meninggalkan ibu" Ucap Daffa penuh sesal. Sementara bu Sukma tak dapat berkata apa-apa selain menumpahkan airmata rindunya sambil ia mengusap-usap rambut putranya.
Setelah beberapa saat kini Daffa dan Denis sudah duduk di depan bu Sukma. Tak lama bi Ratih datang membawa minuman berupa teh hangat dan juga kue bakpia sebagai pelengkap.
"Sejak kapan ibu sakit? " Tanya Daffa penuh rasa bersalah.
Melihat bu Sukma yang masih sesenggukan bi Ratih berinisiatif menjawabnya. "Sakit parunya sudah 2th,untuk struknya baru beberapa bulan."
Kembali Daffa menghampiri ibunya ia kembali bersimpuh di kaki ibunya, "Daffa minta maaf bu,Daffa salah mengabaikan ibu,maafkan Daffa bu."
"I..i.ya nak,ibu sudah memaafkan kamu,ibu senang kamu sekarang sudah pulang."
"Bu,ibu ikut Daffa ke Jakarta ya!Daffa sekarang sudah sukses.Daffa bisa membahagiakan ibu dan Raffa."
"Ia tante,Daffa sudah punya rumah sendiri di Jakarta."Denis ikut membujuk supaya ibu sahabatnya itu yakin.
Sukma mengangguk lalu tersenyum penuh syukur. "Undaa...haaaaaa..undaaa...." Raffa terbangun dan keluar dari kamarnya sembari menangis.
Bi Ratih langsung memeluk Raffa "Nenek atih,unda ana afa au bobok ama unda.." ( Nenek Ratih,bunda mana Raffa mau bobok sama bunda )
Perlahan Daffa mendekati anaknya. Ia menyentuh bahu Raffa dan membuat Raffa menoleh seketika. "Om ciapa?" Tanyanya dengan polosnya.
"Raffa,ini papa sayang." Raffa tampak kebingungan ia menatap bi Ratih dan neneknya bu Sukma bergantian.
"Iya sayang ini papa Raffa,katanya Raffa mau papa kayak teman-teman." Ujar bi Ratih.
"Unda ana nek?" Bukannya mengiyakan Raffa malah menayanyakan keberadaan bundanya yang membuat Daffa kebingungan.
"Bunda lagi ada urusan,makanya sekarang Raffa sama papa dulu ya!Itu papa Raffa sudah pulang kerja." Meski ragu akhirnya Raffa mengiyakan,perlahan ia melangkahkan kaki mungilnya menghambur ke pelukan papanya.
'Apa selama ini anaknya merindukan kehadiran papa dan mamanya..' batin Daffa 'Maaf sayang,hanya ada papa,kamu jangan berharap untuk ketemu mama atau bundamu' Tentu Daffa hanya membatin sambil memeluk putranya seraya mengecupnya berkali-kali
.
.
myAmymy