Sifa menatap sendu pusara bernisan dengan ukiran RAHMA ANISA DARMAWAN,wanita yang selama 17th lebih menemaninya menjadi sosok panutannya.
Kelembutannya membuat Sifa rindu hingga ia tak dapat menahan tangisnya selepas doa.
"Bunda,hari ini Sifa sudah 21th,Sifa sudah dewasa bun.Oh ya bahkan Sifa sudah jadi bunda,seperti bunda Rahma.Sifa punya anak bun,tapi tidak lahir dari perut Sifa kok!Sifa tetap menjaga pesan bunda,nama anak Sifa Raffa bun.Sifa sayang sama Raffa sama seperti bunda sayang Sifa."
"Bun,Sifa kangen bunda..."
Tiba-tiba ada seseorang yang menepuk bahu Sifa.Perlahan Sifa menoleh dan seketika ia kelu.
"K...kak Adam." Sifa langsung berusaha kabur namun dengan cepat pria bernama Adam itu mencekalnya.
"Lepas kak! "
"Mau kemana kamu? "
"Pu..pulang."
Tanpa basa-basi laki-laki itu menyeret Sifa menuju mobilnya.
"MASUK! "perintah Adam dingin dan tegas.
Sifa menggeleng
"Masuk atau kakak paksa! "
Dengan berat hati Sifa masuk ke dalam mobil di susul Adam juga segera masuk ke dalam mobil yang sama.
"Jalan pak! "Perintah Adam pada supirnya.
Di dalam mobil Sifa memilih diam.
"Puas kaburnya?" Tanya Adam dingin.
Sifa menggeleng," Sifa tidak mau pulang."
"Ke apartment pak." Ujar Adam pada supirnya.
..........
Denis tengah bermain bersama Raffa di teras rumah, "Om akap olanya om."
Hap,"Kan om bisa tangkap."
"Silahkan kopinya mas Denis.."
"Makasih bi,wah pas ini ada singkong goreng, " Melirik Raffa," Raffa mau? "
Rafa menggeleng, " Tidak mau om..kelas."
Denis terkekeh melihat polah menggemaskan Raffa.
Di dalam kamar terlihat Daffa mengeluarkan koper dari kamar Raffa berisi beberapa barang Raffa,
"Bu..ibu sudah selesai bebenahnya bu?Tidak usah bawa banyak baju bu,nanti kita beli baru di sana!."
"Iya nak,ibu cuma bawa beberapa potong baju sama mukena saja."
"Uaaaaa..aaaa...unda akit aaaa...undaaaa.."
Tiba-tiba terdengar Raffa menangis.
"Yee...kan cuma jatuh dikit masa jagoan udah nangis sih." Denis mencoba menenangkan.
"Kenapa sayang?Anak papa kok nangis? "
"Aaa...akit pa...."
"Sini papa lihat,mmm ini tidak sakit kok!Anak papa kan jagoan jadi kuat dong."
"Afa mau unda..unda...aaaa..."
Perlahan bu Sukma datang ke teras
"Raffa sayang sini coba nenek lihat sakitnya..."
Rafa mendekat ke arah neneknya
"Nenek tiup sembuh ya.." Ujarnya membujuk.
"Idak au aunya di iup cembuh ama unda.." ( tidak mau maunya di tiup sembuh sama bunda..)
"Iya,besok bunda pulang,sekarang tiup sembuh nenek dulu ya! "
Hati Daffa teiris mendengar celoteh anaknya tentang bunda,apa segitunya anaknya menginginkan mamanya hingga ia terus saja menyebut kata bunda di setiap celotehnya,di setiap kegiatannya.
Bu Sukma terlihat bergumam seraya meniup luka Raffa," Hufff...dah sembuh." Ujar bu Sukma.
"Bagaimana sudah tidak sakit kan? "
Anak itu tampak berfikir,
"Mmm..cedikit nek,alo unda yang iup pasti langsung sembuh dak akit agi."
(mmm..sedikit nek,kalau bunda yang tiup pasti langsung sembuh tidak sakit lagi )
'Keterlaluan kamu Sasa,gara-gara keegoisanmu putraku menjadi seperti ini.Ia sangat menginginkan kasih sayang ibunya.' Batin Daffa
"Bro,sepertinya kamu harus segera cari istri deh.Kamu lihat anakmu pengin banget punya ibu." Ujar Denis.
Bi Ratih datang dengan wajah cemas.
"Kenapa Rat? " Tanya bu Sukma.
"Itu Sukma,Sifa dari kemarin tidak bisa di hubungi."
"Terus bagaimana sekarang Rat?"
"Siapa bu? " Tanya Daffa penasaran.
"Itu Daf,anak bi Ratih kemarin sabtu ke Bandung tapi belum kabarin lagi."
"unda agi angis nek."
"Raffa ngomong apa sayang?Bunda pasti baik-baik saja kok."
"Bunda maksudnya apa sih bu?" Tanya Daffa makin tak mengerti.
"itu..Sifa.."
Drttt.drttt terdengar suara ponsel bi Ratih bergetar dengan nomor tak di kenal.
"hallo"
"Hallo bi,ini Sifa"
"Syukurlah Fa,bibi cemas banget kamu tidak bisa di telpon,ini nomor siapa? "
"Nomor kak Adam bi"
"Kamu ketemu sama den Adam? "
"Iya..nanti Sifa cerita,oya Raffa mana bi?Sifa kangen."
"Owh..ini,sebentar."
Lalu bi Ratih memberikan telponnya ke Raffa.
"Hallo undaaaa..afa angennnnnn."
"Iya sayang bunda juga kangen."
Obrolan pun berlanjut beberapa saat.
"Kita pamit ya Ratih,saya titip rumah sama sawah ya!Terimakasih selama ini sudah mau di repotkan sama saya dan Raffa " Bu Sukma pamit saat mereka akan berangkat ke Jakarta.
Raffa kini sudah berada di mobil,yang anak itu tahu mereka akan pergi jalan-jalan.
"Iya Sukma kamu tenang saja,tapi apa tidak apa-apa nanti Raffa,aku hanya cemas dia akan rewel nyariin Sifa."
"Tidak apa Rat,paling berapa hari dia akan lupa,Sifa juga punya kehidupannya sendiri Rat,saya tahu selama ini dia sudah putus kuliah demi kami kan?"
Bi Ratih tak dapat mengelak lagi
"Sampaikan terimakasihku pada Sifa ya Rat! "
............
Di sebuah apartment di Bandung Sifa tengah duduk dengan wajah kusutnya.
"Makan dulu" Ujar Adam yang datang dari arah dapur membawa sepiring spageti buatannya.
Sifa pun menerima dan memakannya dalam diam.
"Bagaimana kamu?Kuliah? "
Sifa menggeleng," Kemarin iya tapi sekarang tidak lagi."
"Kenapa?Kehabisan uang?"
"Tidak,beasiswa nya di cabut."
"Ya sudah pindah kamu kuliah di sini atau mau di Jakarta?"
"Tidak mau kak..Sifa.."
"Apa,sudah deh tidak usah bantah,lihat kamu item dekil sekarang,kemana Sifa adik kakak yang dulu?"
"Kak,Sifa tidak punya hak lagi.Sifa itu cuma..."
"Cuma apa?Kamu tetap anak bunda,anak papi,adik kakak! "
Sifa menggeleng
"Dengerkan kakak,kamu pulang papi sama mami nunggu kamu! "
"Sifa tidak mau pulang apa lagi ada wanita itu."
"Fa,mami bukan orang lain dia ibu kandung kamu."
"Tidak,ibu Sifa cuma bunda Rahma! " Sifa berdiri hendak masuk ke kamarnya,namun suara dingin Adam menghentikannya.
"Kakak beri kamu 2 pilihan,mau kuliah lagi tapi di Jakarta atau kakak seret pulang ke rumah papi sekarang? "
Sifa tiba-tiba teringat Raffa putranya
Sifa menggeleng,ia harus bisa kabur dari Adam.
"Kasih Sifa waktu untuk berfikir."
"Ya sudah kakak mau ke kantor dulu,kamu tetap di sini,jangan kabur! "
.........
Beberapa hari kemudian Sifa akhirnya bisa membuat keputusan.
Kemarin ia sudah menelfon bi Ratih.
Bi Ratih mengatakan kalau Raffa dan bu Sukma sudah di jemput Daffa.
Ada perasaan sesak di hati Sifa mendengarnya.Ia tidak rela tapi ia tak bisa berbuat apa-apa.Ia tak punya hak apapun.
Akhirnya Sifa memberi keputusan untuk kuliah di Jakarta tapi dengan syarat ia tak mau identitasnya di ketahui orang lain.
Ia mau mandiri,ia tak mau kakaknya membantu dalam hal di luar biaya kuliah.
Mau tak mau Adam memenuhi permintaan adiknya selama ia tak kehilangan jejak adik kesayangannya.
.........
Daffa menatap geram perempuan yang kini duduk di depan meja kerjanya.
"Mau apa kamu datang ke sini? "
"Daff,aku merindukanmu." Ujarnya dengan nada manja.
"Cih,hanya merindukanku,bagaimana dengan anakmu?"
"T..tentu aku merindukannya,sangat makanya aku datang menemuimu,aku menyesal,selama ini aku mencarimu tapi aku tak menemukanmu."
Daffa nampak berfikir apakah Sasa bersungguh-sungguh?
"Lalu apa maumu sekarang?"
"Aku ingin kita kembali bersama Daf,demi anak kita."
"Pulanglah aku banyak pekerjaan! "
"Ini nomor telponku Daff,aku menunggumu."
Lalu perempuan itu,Sasa berlalu meninggalkan Daffa.
Daffa pulang ke rumah dalam keadaan lesu,sementara begitu sampai rumah ia mendapati putranya tengah menangis menolak untuk makan.
"Ayo den Raffa makan ya!dari pagi aden belum makan"Ujar mbak Mia pengasuh yang Daffa pekerjakan.
"Idak mau..afa mau undaa..."
Mendengar putranya lagi-lagi menginginkan bundanya membuat Daffa memikirkan Sasa.
Daffa mengambil kartu nama wanita
"Haruskah? "Gumamnya.
Meski tak dapat Daffa pungkiri masih ada rasa pada wanita itu tapi tertutup rasa kecewa atas apa yang Sasa perbuat 4th lalu.
.
.
myAmymy