Kau Menjualku?

1017 Words
Elle dan Arley berada di ruangan khusus untuk merias mereka berdua. Lelaki itu tidak bisa berkutik, penjagaan ketat terjadi di sana, juga di seluruh kediaman Elle. Tidak ada sedikitpun celah untuknya melarikan diri. Setidaknya, Arley harus memiliki alasan, kenapa dirinya harus menikahi wanita itu. Dia harus bertemu Clara terlebih dahulu. Dia ingin memastikan, apakah yang di katakan oleh Elle adalah sebuah kebenaran? "Elle, sebelum menikahimu, apakah aku boleh bertemu dengan Clara sekarang?" Arley bertanya kepada Elle, calon istri barunya yang sekarang sedang di rias di sampingnya. Wanita itu memberi kode pada periasnya untuk menghentikan kegiatan sejenak. Dia memandang Arley dengan tatapan penuh tanya, mengapa lelaki di sampingnya itu tidak mempercayainya? apa mungkin dia ingin menemui Clara untuk mencurigai dirinya? Pertanyaan-pertanyaan itu bermunculan di benak Elle. "Tentu saja. Aku akan meminta pengawalku untuk memanggilkannya untukmu." Elle menanggapi keinginan Arley dengan senyum, meskipun itu tulus, tetapi Arley membencinya. Dia tidak menyukai sebuah senyuman yang telah wanita itu gunakan untuk merayu para lelaki sebelum dirinya. "Dia ada di sini?" tanya Arley lagi, memastikan. "Dia yang paling menginginkan pernikahan kita, tentu saja dia ada di sini untuk menyaksikan kamu menikahiku." jawab Elle dengan begitu tenang. Dia berkata apa adanya, itu yang menyebabkannya tidak gugup sedikit pun. "Aku tidak mempercayaimu. Mana mungkin dia menginginkan pernikahan ini. Kamu, kamu yang paling menginginkannya. Aku tahu itu." bisik Arley. Jarak mereka yang dekat, memungkinkan dirinya untuk melakukannya. "Jho, tolong panggilkan Clara untuk masuk ke ruangan ini!" perintah Elle pada salah satu pengawal yang berdiri di sampingnya. "Baik, Nyonya." Lelaki yang bertubuh kekar dan di panggil dengan nama Jho itu segera keluar untuk menjemput Clara. Beberapa saat kemudian, wanita itu masuk ke dalam ruangan bersama pengawal itu. "Ada apa Nyonya memanggil saya?" tanyanya saat dirinya sudah berada di sekitar Arley dan Elle. "Arley ingin bicara padamu, jadi silahkan bicara berdua, tetapi jangan keluar dari ruangan ini." Elle memberikan kesempatan untuk Arley saling bicara dengan istri yang sebentar lagi akan menjadi mantannya itu. Arley berdiri, menghampiri Clara yang seperti tampak baik-baik saja. Wanita itu terlihat bahagia, tidak ada kesedihan di raut wajahnya, membuat lelaki itu bertanya-tanya, apakah semua yang di katakan Elle adalah sebuah kebenaran? "Apakah ada yang ingin kau tanyakan?" Clara menyilangkan tangannya di d**a, seolah menunjukkan pada Arley, dia tidak peduli dengan apa yang terjadi. "Kamu mengetahui ini semua? Mengapa kamu menyuruhku menikahi orang lain, sedangkan kamu adalah istriku, orang yang aku cintai. Bukankah kamu juga mencintaiku, Clara?" ucapnya berusaha tenang, meskipun d**a Arley seolah bergemuruh. Dia ingin sekali untuk mengumpat wanita di hadapannya, tetapi rasa cintanya lebih besar dari rasa kesalnya saat ini. Matanya memerah, menatap Clara lekat, dia butuh lebih dari sekedar penjelasan. "Berhenti membahas tentang cinta, kamu begitu naif Arley. Selama ini, kamu pikir aku mencintaimu? Aku menikahimu hanya karena ingin memenangkanmu, bukan karena cinta. Hari ini, aku ingin kamu menandatangani ini, di antara kita sudah tidak ada apa-apa setelah ini." Clara menyerahkan selembar kertas yang telah di persiapkannya, itu bukan kertas biasa, tetapi surat perjanjian perceraian. Tangan Arley bergetar, bukan hanya karena kata-kata Clara yang menyakiti hatinya, tetapi juga dia merasa seperti piala bergilir. Semua orang sibuk mempermainkan perasaannya. "Kamu benar-benar menjualku? Kamu benar-benar menukarku dengan uang?" Arley telah mengetahuinya, tetapi dia masih ingin memperjelas semua yang dia ketahui. Meskipun itu semakin menghancurkan hatinya. Dia tidak menyangka, seorang yang dicintainya tega melakukan hal ini padanya. "Ya, aku melakukan itu. Aku lebih baik hidup bergelimang kekayaan di bandingkan hidup susah bersamamu. Sekarang, cepat tanda tangani surat itu dan menikahlah dengannya. Bukankah kita saling menguntungkan? Kamu akan menjadi tuan mulai hari ini, istri barumu juga sangat kaya dan juga cantik. Meskipun aku membuangmu, tetapi bukankah ini juga menjadi kesempatan bagus untukmu?" Arley tidak tahan lagi mendengar kalimat menyakitkan yang keluar dari mulut Clara, dia segera menandatangani surat perceraiannya dan menyerahkannya pada wanita yang tersenyum licik padanya. "Pergi. Aku harap aku tidak melihatmu lagi." Arley berbalik ke tempat di mana dia sedang di rias. Hatinya telah hancur, dia tidak perduli lagi dengan siapa dirinya menikah. Bukankah itu sama saja? Dia hanyalah pion yang di mainkan oleh wanita. Mereka semua sesuka hati menempatkan dia di mana saja. Lagipula, dirinya sudah dibeli oleh Elle, mau ataupun tidak, dia harus tetap berada di samping wanita itu. Upacara pernikahan berjalan lancar. Semuanya berjalan sesuai dengan keinginan Elle. Berbeda dengan pernikahannya yang sebelumnya, kali ini, dia membuat pesta besar-besaran, membuat semua pengawalnya terhanyut dalam suka cita. Satu-satunya orang yang tidak bahagia di sana hanya Arley. Meskipun kesempatannya untuk kabur terbuka lebar, dia tidak melakukan itu. Tidak ada lagi yang perlu diperjuangkan. Dia hanya seorang miskin yang tidak memiliki apapun kecuali rumah kecil tempatnya tinggal bersama Clara. Tentu saja ia tidak akan kembali ke sana. Elle menyusul, membawa dua gelas wine berwarna merah di tangannya dan menyerahkan salah satu pada Arley, lelaki itu tidak menolak. Arley yang sengaja menjauh dari keramaian, hanya menatap ke arah mereka yang sedang menikmati pesta. Elle juga melakukan hal yang sama. "Aku tahu, kamu tidak menginginkan pernikahan ini. Aku juga tahu, kamu menikahiku hanya karena kamu tahu, Clara telah menukarmu dengan sejumlah nominal. Hal itu tidak berlaku denganku. Aku menikahimu karena aku benar-benar menyukaimu, aku ingin kamu menjadi yang terakhir di dalam hidupku." seperti biasa, Elle mengatakan semuanya dengan tenang, seperti ciri khas wanita kelas atas. Tidak ada kepalsuan dalam ucapannya, dia memang jatuh hati sejak pertama melihat lelaki itu di foto yang di tunjukkan oleh Clara. "Kamu pikir aku percaya dengan kata-katamu? Kalian semua para wanita hanya mempermainkanku. Wajahku ini mungkin adalah kutukan, aku berpikir, mungkin lebih baik kalau aku merusaknya." Arley bersikap dingin, dia meneguk habis wine yang ada di tangannya dengan sekali teguk, seolah ia menelan semua kepahitan yang di rasakannya saat ini. "Aku tidak bisa membuktikan apapun saat ini, tetapi aku bisa memastikan, seiring waktu kamu akan mengerti. Aku tidak memaksamu untuk menerimaku juga, tetapi satu hal, kamu adalah milikku, aku berhak melakukan apa yang aku mau dan kamu tidak berhak untuk menolak." Elle membelai wajah Arley dengan menempelkan kuku panjang yang bercat merah di jarinya. Dia dapat merasakan kelembutan kulit wajah lelaki itu, lelaki yang hanya mematung tanpa memperdulikan tindakannya. Sikap Arley yang dingin membuat Elle semakin jatuh cinta padanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD