Elle telah menunggu Arley di ranjangnya, menggunakan lingerie berwarna merah menyala dengan renda di bagian dadanya. Lelaki itu tengah membersihkan dirinya. Perasaan terbuang dan di permainkan membuat Arley akan melakukan apa saja yang di perintahkan Elle sebagai pemiliknya sekarang. Rasa sakit karena merasa hidupnya hanya di jadikan peliharaan, berusaha ia lupakan. Setidaknya, dia tidak hidup di jalanan sekarang. Melarikan diri pun tidak akan berguna, karena anak buah Elle pasti akan menemukannya.
Hari itu, dimana Clara terus merayunya, seharusnya Arley tidak terpengaruh. Tapi kegigihan wanita itu membuat hatinya luluh dan berpaling meninggalkan Bella, kekasih pertamanya. Arley sempat berpikir semua yang terjadi di dalam kehidupannya adalah karma, karma karena dirinya telah mencampakkan Keyra. Sekarang kenyataan berbalik padanya, Clara mencampakkannya bahkan menjualnya. Lelaki itu merasa dibodohi, merasa setiap masalah selalu menghampirinya.
Sejak kecil, Arley tidak memiliki siapapun kecuali pemilik panti asuhan tempatnya tinggal. Saat dirinya bertanya, dimana orangtuaku? Mereka menjawab, bahwa dirinya di temukan di depan pintu panti, tertidur pulas dalam sebuah kardus dan tubuhnya hanya terbungkus sebuah selendang. Dia telah di buang oleh orang tuanya sejak baru lahir. Arley merasa kehadirannya di dunia tidak di terima, kedua orangtuanya tidak mau merawatnya, istri yang dicintainya, sekarang juga membuangnya. Kenyataan ini sungguh menyakitkan baginya.
Guyuran air dingin dari shower membuatnya sedikit tenang. Malam ini terasa begitu menyesakkan bagi Arley, malam pertama di mana dia harus tidur bersama Elle, bahkan mungkin akan lebih dari sekedar tidur bersama. Seharusnya dia merasa senang, bisa tinggal satu atap dan tidur di ruangan yang sama dengan perempuan secantik Elle, tetapi justru sebaliknya, dia tidak begitu menginginkannya. Arley tahu, nasibnya akan sama seperti ke tujuh mantan suami wanita itu, di campakkan setelah dirinya merasa bosan.
Arley segera memakai kimono mandi berwarna hitam yang telah di siapkan oleh Elle. Saat keluar dari kamar mandi, dia melihat wanita itu tengah duduk santai di pinggir ranjang dengan kedua kaki di biarkan menjulur ke lantai, bersilangan satu sama lain. Satu tangannya menopang tubuhnya, dan satunya lagi memegang segelas minuman berwarna bening, Arley yakin, itu adalah minuman beralkohol.
Pemandangan yang cukup indah, dengan bentuk tubuh Elle yang termasuk kategori menggoda, duduk dengan posisi seperti itu dengan pakaian yang lumayan terbuka. Arley mendatanginya perlahan, jika Elle sudah menunggunya dengan penampilan seperti itu, tentu wanita itu menuntut haknya malam ini. Lelaki itu tidak bisa mengelak, malam ini adalah malam pengantin mereka. Sebagai lelaki normal, tentu saja jiwa lelaki Arley bergejolak.
"Duduklah," perintah Elle lembut. matanya menatap Arley dengan penuh arti, bibirnya mengembangkan senyum.
Arley mengikuti apa mau wanita itu, duduk di sampingnya dengan patuh meskipun tanpa ekspresi. Dia tidak yakin akan ada kehangatan yang dapat membuat kebekuan di hatinya mencair.
"Kamu mau minum?" tanyanya lembut dengan satu tangan menyentuh bahu Arley.
"Tidak. Kalau aku mabuk, bagaimana aku akan melayanimu?" katanya menyindir. Arley belum bisa bersikap manis dengan Elle. Dia masih perlu mencerna semuanya, kehidupannya jungkir balik seperti mimpi.
Elle meletakkan minumannya ke atas nakas lalu kembali menghampiri Arley yang masih duduk mematung di tempatnya. Elle memeluk pria itu dari samping, membuat Arley dapat mencium aroma parfumnya yang manis. Lelaki itu merasa sedikit aneh, ini pertama kalinya dia di peluk wanita lain selain Clara. Ingin rasanya lelaki itu mendorong Elle untuk menjauh, tetapi dia mengurungkan niatnya. Bagaimanapun, dia seorang lelaki yang tidak tega berbuat kasar kepada perempuan. Ditambah lagi, dia tidak berhak untuk melakukan itu pada wanita yang telah membelinya.
"Arley, biarkan aku membuatmu terhibur malam ini. Aku tahu, semua ini tidak membuatmu senang, tetapi sebaiknya kamu lupakan sejenak Clara. Bukankah kita harus menikmati malam ini?" Elle membelai lembut wajah Arley, lelaki itu tidak menolak, apa yang di katakan oleh wanita itu mungkin benar, dia harus melupakan sejenak seluruh masalah yang mengacaukan hidupnya.
Elle meraih wajah Arley agar menghadap padanya. Sorot mata kebencian yang biasa terlihat dari mata lelaki itu tak terlihat. Wanita itu memberanikan diri mengecup bibir prianya, dan Arley tidak menolak. Merasa mendapat lampu hijau, Elle melakukannya lebih jauh, menelusupkan lidahnya ke dalam rongga mulut lelaki itu yang sedikit terbuka seolah memberinya celah. Wanita itu tidak menyangka, Arley merespon gerakannya dan memejamkan matanya.
Elle semakin berani, dia menelusupkan jari jemarinya di sela-sela kimono Arley dan mulai menyentuh kulit lelaki itu. Sebagai lelaki normal, Arley merasakan tubuhnya bereaksi terhadap sentuhan yang di berikan oleh Elle dan semuanya menggelapkan pikiran jernihnya, membuatnya lupa siapa dirinya dan siapa wanita yang tengah menyentuhnya. Arley membalas perlakuan Elle, tanpa melepas tautan bibir mereka, lelaki itu merebahkan Elle ke atas ranjang.
Tangan besar Arley yang sedikit kasar karena pekerjaannya mulai bergerak di balik lingerie yang di gunakan oleh Elle, membuat wanita itu menjadi semakin gelisah. Semua buaian itu tidak lantas membuatnya melupakan satu hal...
"Dimana pelindungnya?" tanyanya, seraya menghentikan kegiatan mereka sejenak.
"Pelindung? Maksudmu pelindung agar kamu tidak membuahiku?" Elle memperjelas pertanyaannya.
"Ya, itu. Ada di mana? Biar aku mengambilnya."
"Tidak. Kamu tidak perlu memakainya, Arley." Elle menarik tangan lelaki itu agar kembali ke pelukannya.
"Bukankah aku akan kau buang suatu hari nanti? Bagaimana kalau kamu sampai hamil?" tanyanya sinis, tetapi Elle tidak marah, dia tetap tersenyum seperti biasanya.
"Aku mau mengandung anakmu, aku sudah bilang padamu kalau aku ingin menjadikanmu yang terakhir." bisik Elle, menahan hasratnya yang kian bergelora.
"Baiklah, jika itu maumu. Aku harap kamu tidak menyesal dengan keputusanmu." Arley tidak mengerti, mengapa Elle menginginkan anak darinya? Mungkinkah wanita itu akan menjadikan anak mereka sebagai alasan untuknya mengikat Arley? Tapi kali ini lelaki itu sedikit tersentuh, Clara menolak untuk mengandung anaknya, setidaknya Elle bersedia melakukan itu. Terlepas dari apa motif di baliknya.
Arlet kembali menyentuh Elle, dirinya merasa cukup egois karena menjadikan wanita itu sebagai pelampiasan hasratnya. Pria itu kembali melupakan segalanya dan terfokus pada mainan barunya. Sentuhan demi sentuhan membuat lelaki itu semakin menggila.
Kemampuan Elle di atas ranjang membuat Arley merasa terpuaskan, dia harus mengakui kalau malam ini adalah malam terbaik di dalam hidupnya. Arley merasa Elle melayaninya dengan sepenuh hati, berbeda dengan Clara.
Mereka tertidur setelah melakukannya beberapa kali. Tubuh polos mereka hanya tertutup selimut berwarna putih dan saling memeluk satu sama lain. Elle bahagia dapat melewati malam terbaiknya bersama dengan Arley, lelaki yang dicintainya. Sementara Arley, ia menganggap semuanya hanyalah mimpi. Dia tidak tahu bagaimana harus bersikap esok hari kepada wanita itu. Pura-pura baik itu terlalu menyakitkan, tetapi Arley juga belum bisa menerimanya sebagai pengganti Clara.