Seorang wanita tergopoh-gopoh menemui Elle. Dilihat dari cara berpakaiannya, wanita itu tidak lain adalah asisten rumah tangga Nyonya Muda Elle.
"Nyonya, ada seorang wanita mengaku bernama Clara ingin bertemu dengan Anda." ungkap wanita itu seraya memandang Elle dengan penuh hormat.
"Kalau begitu, bawa dia kemari, Bibi. Sebelum itu, apakah Bibi mengenal siapa Clara?" tanya Elle seraya membaca majalah fashion yang ada di tangannya. Nama Clara memang terdengar asing di telinganya.
"Yang saya tahu, Clara adalah istri salah seorang pekerja buruh peternakan milik Nyonya." terang wanita itu.
"Begitu rupanya, suruh wanita itu masuk, siapa tahu dia butuh bantuan." perintah Elle pada asistennya.
"Baik Nyonya." Wanita itu segera berlalu dari hadapan Elle dan beberapa saat kemudian ia kembali bersama wanita yang menyebut dirinya dengan nama Clara.
"Tinggalkan kami berdua, Bibi."
"Baik, Nyonya." Asisten rumah tangga Elle segera pergi meninggalkan Clara berdua dengan Nyonya-nya.
Elle mempersilahkan Clara duduk. Meskipun ia cukup berkuasa dan kekayaan setara dengan seorang ratu, tetapi Elle bukanlah orang yang sombong. Ia selalu bersikap ramah dan peduli pada orang-orang di sekitarnya.
"Jadi, apa tujuanmu menemuiku, katakanlah, jangan sungkan." Elle memberikan dorongan pada Clara untuk berbicara saat ia menyadari wanita yang ada di hadapannya tampak sangat sungkan.
Di bandingkan Elle, Clara jelas lebih muda darinya, mungkin selisih usia mereka sampai beberapa tahun. Untuk seukuran istri seorang buruh, penampilan Clara justru tidak seburuk itu.
Meskipun bukan dari baju bermerk, Clara tampak modis dengan pakaian yang kini melekat di tubuhnya. Ditambah lagi kulitnya yang putih menambah kesan seolah dia berasal dari keluarga berada.
"Aku ingin Anda menjadi istri kedua suamiku Nyonya." Pernyataan Clara sontak membuat Elle tertawa.
Dalam tiga tahun terakhir setelah pernikahannya ke tujuh kembali gagal, Elle memilih menyendiri dan menikmati hidup tanpa pendamping. Hari ini secara tiba-tiba datang seorang wanita dan memintanya untuk menjadi istri kedua suaminya, sungguh menggelikan.
"Apa kamu tidak salah? Datang ke sini untuk meminangku jadi istri kedua suamimu, itu cukup konyol." Elle tidak dapat menahan senyumnya, tetapi ia berusaha untuk terlihat menghargai kedatangan wanita itu ke rumahnya.
"Aku sering mendengar rumor bahwa Nyonya sangat menyukai pria tampan. Suamiku cukup tampan dan Anda pasti menyukainya, saya bisa menjamin itu, Nyonya." Clara berusaha meyakinkan Elle supaya wanita itu mau menuruti keinginannya yang tidak masuk akal.
"Sebenarnya, tujuanmu apa? Kamu tidak mungkin menawarkan suamimu dengan cuma-cuma padaku, kan? Jadi apa yang kau inginkan?" Elle segera memangkas obrolan mereka, ia ingin mengetahui poin dari pembicaraannya dengan wanita yang ada di hadapannya itu.
"Ternyata Anda cukup peka. Saya memang tidak akan membagi suami saya dengan gratis. Saya ingin sebuah mahar yang saya yakin, Nyonya juga sanggup memberikannya."Clara menampilkan senyumnya, senyum yang terlihat licik dan penuh misteri.
Elle meneguk air berwarna merah yang ada di gelasnya, lalu ia bangkit dari duduknya setelah meletakkan majalah yang tadi ia baca di sofa, tempatnya duduk.
"Boleh aku melihat fotonya?" Elle penasaran, seperti apa wajah lelaki itu, sehingga wanita di hadapannya merasa yakin kalau prianya mampu menarik perhatian seorang seperti dirinya.
"Tentu. Sebentar." Clara mengambil ponsel yang ada di dalam tas kecilnya, ia segera mencari foto suaminya di dalam galeri, "Ini suami saya, Nyonya." Clara menunjukkan foto seorang lelaki tampan, berkulit bersih dengan senyuman manisnya. Pria itu memakai baju kemeja berwarna biru muda.
Elle mengambil ponsel Clara dan memandang lekat foto itu. Dia cukup menawan, tidak pantas menjadi seorang buruh. Ia harus mengoreksi kembali, apa pekerjaan suami Clara.
"Apa pekerjaan suamimu?" tanyanya kemudian.
"Suami saya bekerja sebagai petani ternak di peternakan Nyonya." Clara menjawab dengan tegas, tanpa ada ketakutan sedikitpun.
"Siapa nama suamimu?" tanyanya lagi.
"Arley, Nyonya. Suami saya masih muda, usianya dua puluh tujuh tahun dan belum mempunyai anak." Clara memperjelas identitas yang mungkin di perlukan oleh Elle.
"Berapa mahar yang kamu inginkan? Kamu tahu resikonya menjadikan suamimu sebagai suamiku?" Elle segera menanyakan apa yang di inginkan oleh Clara, karena ia tertarik pada Arley.
Pria itu benar-benar mampu menarik perhatian Elle setelah selama ini ia tidak berhasil menemukan pengganti suaminya yang ke tujuh.
"Saya sudah menuliskannya. Saya juga sudah paham resiko apa yang saya dapatkan setelah menyerahkan suami saya untuk menjadi suami Nyonya. Bahkan, jika harus menceraikannya saya tidak keberatan sedikitpun." Pernyataan Clara membuat Elle tersenyum aneh. Wanita itu tidak habis pikir, mengapa istri Arley ini justru terkesan menjual suaminya.
"Mengapa kamu rela melepas suamimu hanya untuk sebuah nominal? Apa dia tidak ada di dalam hatimu?" Elle mungkin menanyakan hal pribadi, tetapi ia sungguh ingin mengetahuinya.
"Dia sudah tidak penting lagi, Nyonya. Selama ini saya menikahi Arley hanya karena ingin merasa menang bersaingan dengan pacar pertamanya. Terlebih lagi, saya tidak merasa bahagia menikah dengan dia, itulah yang menyebabkan saya tidak ingin mengandung anak Arley. Eh, maaf, saya malah menceritakan hal pribadi ini pada Nyonya." Clara sama sekali tidak menunjukkan rasa bersalah. Dia seperti sengaja menceritakan semuanya pada Elle
"Ini ponsel kamu. Berapa mahar yang kamu inginkan, coba tunjukkan pada saya. Satu lagi, apabila kamu memang sudah tidak menginginkan Arley, ceraikan dia di hari yang sama saat dia menikahi saya. Bagaimana?" Wanita itu segera mengambil ponselnya.
Tawaran Elle membuat hati Clara melonjak senang. Untuk melepas Arley, itu tidak menjadi masalah untuk Clara, karena nominal yang tertera di dalam ceknya lumayan besar. Cukup untuknya hidup dengan mewah.
"Ini mahar yang saya inginkan." Clara menyodorkan sebuah cek yang membuat Elle membelalakkan matanya. Bukan karena terlalu mahal, dia hanya berpikir kenapa seorang lelaki sebagus Arley dihargai serendah itu.
Elle mengingat kembali wajah Arley yang di lihatnya di ponsel Clara, pria itu ibarat sebutir berlian di dalam tumpukan koral. Wanita kaya itu tidak akan sayang merogoh koceknya dalam asal bisa memilikinya.
"Baik, Anda juga sudah memberikan nomor rekening Anda di sini. Saya akan segera mentransfer uangnya. Setelah itu, suami Anda resmi menjadi milik saya." Elle melipat ceknya, menaruh di meja dan kembali duduk.
"Tentu saja, Nyonya. Kalau begitu, saya undur diri, terima kasih untuk waktunya." Clara melangkah pergi setelah menerima anggukan setuju dari Elle.
Wanita itu segera berjalan keluar melalui pintu samping untuk menemui anak buahnya.
"Grey, Jho, Ben, kalian cepat ke peternakan. Bawa pulang buruh bernama Arley, dia calon suamiku. Data-datanya nanti akan aku kirimkan. Ingat, jangan sakiti dia sedikitpun." perintahnya pada ketiga anak buah yang sedang bergabung dengan anak buah milik Elle yang lainnya yang berjumlah puluhan.
"Baik, Nyonya." jawab mereka bertiga serentak dan segera melaksanakan perintah majikannya.
'Aku akan menjagamu dengan baik pria tampan, bahkan aku ingin mengandung benih darimu. Aku rasa, aku benar-benar jatuh cinta padamu,meski hanya melihatmu dari foto.' Batin Elle, membuat bibirnya mengulas senyum yang sulit diartikan.