Ketika Marchel sibuk menghadapi setumpuk arsip berikut layar laptop yang menyala, di sofa panjang seberang, Slamet justru lelap dan sampai mendengkur. “Demi apa, dipakai Slamet, tubuhku jadi bobbrok!” batin Marchel yang melirik sebal Slamet. “Ya ampun, sampai ngiler,” batin Marchel lagi yang kemudian terpejam sekaligus menunduk frustrasi. Untuk kali pertama, Marchel merasa jijjik kepada tubuhnya sendiri gara-gara ulah Slamet. Setelah kembali fokus dengan pekerjaan, Marchel teringat alasannya kembali menjalani kehidupan dan itu dalam tubuh Slamet. “Misi terakhir ... aku harus menghubungi Yiara. Aku harus mendekati Yiara agar aku mendapatkan cinta sejatiku. Tapi omong-omong, kok Slamet enggak kasih ponselnya ke aku?” pikir Slamet. Marchel berangsur balik badan dan membuatnya menatap Sl