Episode 5 : Jiwa yang Meninggalkan Raganya ....

1283 Words
“Aku dijebak!” “Enggak … enggak … aku enggak boleh mati. Aku bahkan belum bisa menemui Yiara. Aku harus meyakinkan Yiara jika selama ini, aku juga sangat mencintainya. Jika selama ini, aku terlalu takut mengutarakan cintaku karena keadaanku.” “Aku tergabung dalam geng mafia. Pembunuh berdarah dingin dan harus selalu berhasil menjalankan setiap misi yang aku dapatkan. Tentunya, jika mereka mengetahui aku memiliki orang yang sangat aku cintai dan itu Yiara, Yiara akan dalam bahaya.” “Aku benar-benar belum ingin mati. Masih banyak hal yang harus aku lakukan dan itu untuk Yiara. Aku ingin membuktikan kepada Yiara jika apa yang kulakukan selama ini, yaitu aku yang sibuk bermesraan dengan banyak wanita, semua itu agar anggota mafia tempatku bernaung percaya, di dunia ini tidak ada yang berharga, apalagi kabar hubunganku dengan Yiara membuat anggota mafia-ku terus berusaha mengejar Yiara.” Bersama Marchel yang sibuk meracau dalam hati seiring tubuhnya yang perlahan terjatuh, di kamarnya, Krystal masih terengah-engah, menyeringai menahan sakit di daadanya yang begitu menyiksa. Seola-olah, Krystal masih memiliki jiwa manusia. “Aku ingin hidup … aku benar-benar ingin hidup. Dan aku akan melakukan apa pun asal aku masih diberi kesempatan untuk hidup. Aku ingin menemui Yiara dan meyakinkannya jika selama ini, selama ini aku juga sangat mencintainya!” Suara rintih Marchel mendadak menggema menguasai suasana kamar Krystal bersama angin yang berembus kencang. Kelambu putih di kamar Krystal tak ubahnya kelambu di kamar seorang putri mahkota, sampai berterbangan. Tanpa terkecuali, gaun malam warna maroon yang Krystal kenakan dan turut tersibak angin. “Apa-apaan, ini? Siapa yang berani menggangguku?” batin Krystal emosi dan bergegas beranjak. Pandangan Krystal menelisik suasana sekitar, tapi ia tak mendapati apa-apa. Barulah, sekitar satu menit kemudian, wanita yang selalu tampil cantik dengan riasan tebal sekaligus berani itu mendadak terseret oleh lorong waktu. Lorong waktu tersebut mengantarkan Krystal ke jalan raya terbilang ramai lalu lalang kendaraan. Jalan raya yang tak lain lokasi kecelakaan Marchel. Dan Krystal langsung menatap saksama suasana di sana. Brag …. Suara jatuh yang terdengar dari trotoar seberang langsung mengusik Krystal. Krystal dapati, seorang pemuda terkapar di trotoar tersebut selaku sumber suara jatuh. Di sana, tubuh Marchel yang tak lagi mengenakan helm dikarenakan helm yang dipakai sampai lepas, menggeliat kesakitan berhias darah segar dari kepala bahkan wajah yang tampak segar dan sibuk mengalir. Krystal yang masih diam, menjadi pengamat baik, mengerutkan dahi berikut bibirnya. Krystal mengenali Marchel sebagai manusia yang baginya berbeda bahkan tak memiliki riwayat hidup pasti. Krystal tak bisa membaca riwayat hidup Marchel, sebuah kenyataan yang sebelumnya belum pernah terjadi. “Sebenarnya, apa yang terjadi? Ada apa dengan pria ini?” Dalam diamnya, Krystal yang terus menatap saksama wajah Marchel, tak hentinya bertanya-tanya. Termasuk kini, meski Krystal mencoba membaca riwayat hidup Marchel, yang ada hanyalah sederet pembunuhan keji yang selama ini dilakukan Marchel tanpa masa lalu lain, termasuk masa lalu sebelum Marchel menjalani kehidupan sekarang. Perlahan tapi pasti, Krystal yang merasa semakin penasaran sekaligus tertantang, refleks mendekati Marchel. Bibir seksi Krystal yang kini dipoles dengan gincu warna maroon layaknya gaun malam tak berlengan yang dikenakan, kian mengerucut. Di tengah tatapannya yang menatap setiap inci wajah Marchel, tangan kanan Krystal bergerak dengan sendirinya nyaris meraba wajah Marchel, dari ujung kepala hingga ujung kaki. Di mana, tak lama setelah itu, semua luka tanpa terkecuali darah segar yang awalnya mewarnai wajah Marchel, hilang tanpa jejak. Benar-benar tak tersisa bahkan meski sedikit bercak darah. “Apa yang aku lakukan?” batin Krystal bingung sendiri. Sebab, keputusannya menghapus semua luka Marchel merupakan kesalahan fatal. Jadilah, ketika guntur mendadak menyambar bersama langit malam yang seketika menjadi sangat gelap, Krystal yang panik buru-buru menghilang. Akan tetapi, sebelum Krystal benar-benar melarikan diri, Marchel sempat melihat Krystal. “Angel … dia kembali menemuiku? Apa maksudnya? Tapi dia baik-baik saja. Dia sama sekali enggak terluka,” batin Marchel. “Namun, kenapa Angel membantuku sedangkan di mimpi itu, aku membunuhnya dengan keji?” pikir Marchel. Seperginya Krystal yang melakukannya dengan menghilang, Grim Reaper datang. Grim Reaper kebingungan mengamati sekitar. “Di mana arwah yang seharusnya aku jemput? Bukankah seharusnya dia juga ada di sini?” pikir Grim Reaper yang kemudian tak sengaja termangu menatap wajah Marchel. “Apa yang terjadi dengan pria ini? Tubuhnya terlihat diselimuti cahaya. Cahaya tipis, menandakan, seseorang dari dunia ‘lain’ telah turut andil dan tak seharusnya itu sampai terjadi. *** Hari-hari Krystal menjadi suram hanya karena memikirkan maksud dari sosok Marchel. Krystal bahkan susah berkonsentrasi dan sudah berulang kali menerima pisang yang memang menjadi buah kesukaan Krystal. Dan semua itu tetap berlanjut meski Krystal telah keluar dari kamar bahkan rumahnya. *** Hingga detik ini setelah dua hari berlalu, Marchel masih berusaha menemui Yiara. Sayang, tak ada satu pun yang mengizinkan Marchel menemui Yiara. Tak ada seorang pun yang mengizinkan Marchel masuk rumah Yiara guna meyakinkan wanita itu. Sedangkan alasan Marchel tak bisa menghubungi Krystal melalui ponsel, tak lain karena nomor ponsel Marchel termasuk akun sosial media Marchel, diblokir oleh Yiara. “Apa yang harus aku lakukan sedangkan waktu terus berputar, yang dengan kata lain, hari pernikahan Yiara dengan Tofan juga semakin dekat?” pikir Marchel sembari meninggalkan gerbang kediaman orang tua Yiara. Di tengah malam yang semakin larut, Marchel memilih berlalu dengan motornya. Motor gede yang bukan lagi motor kemarin dikarenakan motor yang kemarin hancur setelah ditabrak dengan sengaja oleh truk. Marchel benar-benar bingung hingga pria berusia dua puluh tujuh tahun itu mengemudi tanpa tujuan. Dan setelah mengemudi ke sana kemari, Marchel sengaja menghentikan laju motornya di jembatan gantung yang terbilang sepi. Di sana hanya sesekali dilintasi oleh pengemudi mobil. Marchel turun dari motornya dengan tidak bersemangat. Tak diduga, Marchel kembali melihat sosok Krystal dan Marchel kenal sebagai wanita bernama Angel yang terus meneror mimpinya. Krystal yang awalnya akan belok ke jalan menuju Marchel, mendadak putar arah meninggalkan Marchel. Namun, Krystal melakukan itu tanpa mengetahui keberadaan Marchel. Jeduer! Gelegar guntur yang tiba-tiba menghantam disertai cahaya kilat yang seolah saling kejar, sukses mematahkan langkah Marchel maupun Krystal. Kedua sejoli itu refleks mengamati langit malam yang mendadak semakin gelap menyingkirkan bintang-bintang, dan awalnya sempat mereka nikmati. “Suasana seperti ini pasti pertanda buruk,” batin Krystal tak bersemangat. Ia menghela napas dalam, kemudian membuang kulit pisang yang pisangnya baru ia habiskan. Sadar Krystal akan meninggalkannya, Marchel bergegas menyusul dengan setengah berlari. “Hei … tunggu! Bukankah namamu Angel?“ seru Marchel. Tak seperti biasa, selain kaki kanan Marchel tak sengaja menginjak kulit pisang yang Krystal lempar asal, kaki kiri Marchel juga mendadak kram. Kenyataan tersebut membuat Marchel terjatuh. Bersama jatuhnya Marchel, Krystal juga menoleh dan mendapati apa yang terjadi dengan Marchel. Krystal memelotot tak percaya, menatap apa yang ada dan sampai membuatnya refleks menekap erat mulutnya menggunakan kedua tangan. “Tunggu, bukankah namamu Angel? Kamu beneran ada? Aku pikir, kamu cuma di mimpiku saja.” Marchel semakin mendekati Krystal. Yang membuat Marchel bingung, wanita cantik yang ia dekati dan ia kenal sebagai Angel selaku wanita yang kerap mewarnai mimpinya, terus menatap takut ke belakang selaku tempat yang baru saja Marchel tinggalkan. Di mana, Marchel yang memutuskan untuk menatap dan memastikan apa yang terjadi, menjadi tak kalah syok. Marchel bahkan langsung sempoyongan. “Kenapa tubuhku ada di sana, padahal jiwa atau arwahku ada di sini?” batin Marchel yang seketika berkaca-kaca. Marchel gemetaran hebat sebelum mendadak merunduk dan terduduk begitu saja di tepi jalanan aspal yang ada di sana. “Apa yang terjadi? Ini hanya mimpi, kan? Iya. Aku pasti hanya mimpi apalagi kali ini aku juga kembali bertemu Angel!” pikir Marchel yang menolak kenyataan. “Pria aneh ini belum seharusnya mati, apalagi itu gara-gara aku,” batin Krystal yang menyadari, kulit pisang yang ia buang asal menjadi penyebab kematian Marchel. “Setelah kemarin aku refleks menolongnya, sekarang aku justru membunuhnya?” batin Krystal yang menjadi bingung sendiri. Bersambung ...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD