When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Rengga POV. Dan di sinilah aku, Sinta dan papinya berakhir. Di ruang tamu rumah Sinta dan kami saling berhadapan, dengan aku dan Sinta duduk berdampingan. Papinya di sofa single dan di sebelahnya berdiri ajudannya yang berdiri tegak. “Tumben papa pulang ke rumah?” tanya Sinta memulai. “Ini rumah papi, masa papi tidak boleh pulang” sanggahnya. Sinta tertawa. “Tumben maksudku gak barang mami dan Banyu” jawab Sinta mengacu pada adik lelakinya. Papinya menghela nafas. “Ada masalah apa kamu dengan teman latihan menembakmu sampai kamu tidak latihan menembak dan pistol kamu di tahan instruktur menembakmu?” tanyanya. Aku diam menyimak, bukan bagian aku ikut bicara, walaupun aku penasaran ingin ikut bertanya. Ini hari kamis, jadwal Sinta latihan menembak sore tadi, harusnya. “Dianya resek,