When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Sinta POV. Dengan mode tergesa aku menelpon Rengga lagi, karena dia belum sampai juga untuk menjemputku di kampus. Aku mau Rengga bicara pada Roland. Mengharapkan Kendi tidak mungkin, dia sih cuek sekali padahal lihat Roland menangis di pojok kantin sekolah SMA kami kemarin. Aku paksa cerita pun, Roland malah pamit mengantar Rara pulang. Bukan aku kepo, hanya terkadang laki malu untuk curhat karena takut di ledek. Padahal laki juga punya perasaan. Malah bisa lebih dalam perasaan lelaki yang orang bilang anti sekali menangis. Kalo sampai menangis, berartikan sedalam apa rasa sakit hatinya?, pasti tidak bisa terukur lagikan?. Beda dengan perempuan yang sebentar sebentar mewek karena hal receh sekalipun. Ya macam aku gini, yang bentar bentar mewek kalo merasa sedih. Kalo merasa kecewa atau s