Alana meletakkan kembali ponselnya yang bergetar saat melihat nama sang mantan kekasih di layarnya. Pekerjaan Alana hari ini sangat banyak. Ia harus menyusun dua proposal kerja sama dengan dua dari beberapa perusahaan yang Arkan ingin ajak kerja sama. Alana tidak punya pilihan lain. Mau tidak mau, ia harus melakukan apa yang diperintahkan Arkan meski itu terbilang tidak masuk akal. Satu proposal selesai. Alana harus mencetaknya untuk ia diskusikan bersama manajernya. Namun, saat mesin printer di samping meja Alana masih bekerja, pintu ruang kerjanya tiba-tiba dibuka dari luar. Alana menatap orang yang membuka pintu ruangannya dengan sinis. “Memang di kantor ini nggak ada aturan, kalau masuk ke ruangan orang lain harus ketuk pintu dulu?” Orang itu tertawa remeh, lalu menutup pintu kerja