Pengakuan

1784 Words
Setelah ketegangan baku hantam itu mereda. Peter dan Luke pun memasuki mobil. Luke yang ber peran sebagai sopir dan Peter yang sibuk dengan ponsel di tangan nya. Mereka memiliki misi dan tujuan yang sama. Secepatnya menemukan Jasmine dan melaksanakan rencana selanjutnya yang akan menggemparkan semua keluarga bahkan se isi dunia. Peter meretas identitas Jasmine, sehingga nampak lah semua riwayat hidupnya beserta nomor kartu-kartu yang di miliki Jasmine tampa sepengetahuan nya. Ternyata, selama ini Jasmine menyembunyikan satu kartu kredit saat semua kartu pembayaran miliknya dia sita. Peter pun menghubungi nomor maskapai penerbangan di mana terlacak pengeluaran terakhir Jasmine dengan tujuan Rusia. "Ada yang bisa saya bantu Tuan?" jawab seorang wanita di seberang sana. "Ya. Ada seorang wanita dengan penerbangan menuju Rusia menggunakan jasa penerbangan perusahaanmu. Jika boleh tau, kursi nomor berapa yang dia tempati?" "Maaf Tuan. Kami tidak bisa memberitahukan nya. Demi menjaga privasi juga keamanan penumpang." Peter menyugar cepat rambut berantakan nya. Saat ini dia sedang kalut. Bisa tidak seseorang menuruti perintah nya tampa membantah sehingga dia tidak harus mengeluarkan taring nya? "Katakan pada atasan mu. Seseorang dengan inisial PSD yang membuat sistem keamanan maskapai penerbangannya dengan kode rahasia 16 digit angka dan 12 huruf yang di buat ber silangan yang memintanya." Luke tersenyum samar. Dia masih bingung dengan status Peter sekaligus se besar apa pengaruhnya. Tapi, dia pun bisa menduga, jika orang itu akan di buat kalang kabut mendengar penjelasan Peter tadi meskipun tidak berhadapan langsung dengan pengancam nya. "Jika dalam 1 menit kau masih belum mau memberitahuku, jangan salahkan aku, jika 1 jam dari sekarang maskapai penerbangan tempat mu bekerja, akan di tutup paksa!" "Emm ... Ma-maaf atas ke tidak profesionalan kami Tuan," jawab wanita itu. "Nona dengan nama Jasmine duduk di kursi dengan nomor 20 beserta seorang pria asal Singapura." Peter berdecak kesal. Bisa-bisanya mereka menempatkan Jasmine duduk dengan seorang pria? Keterlaluan! Dia tidak rela! Benar-benar tidak rela! Pokonya tidak rela! "Pindahkan tempat duduk pria itu, karna aku yang akan menempatinya. Persiapkan juga 1 kursi untuk saudaraku. Ingat, tunda penerbangan nya. Sebentar lagi aku sampai." "Baik Tuan." "Oiya. Berikan s**u khusus wanita hamil dengan campuran obat tidur ber kadar sangat rendah. Bukanlah di sana ada dokter khusus yang menangani masalah ini?" "Ada Tuan." "Bagus. Pastikan kinerja mu bagus atau kau akan tau sendiri akibatnya!” Klik! Peter memutuskan sambungan telepon nya. Sekarang, dia bisa bernafas dengan lega. Jasmine sudah dia temukan dan itu artinya dia tidak kehilangan putra nya. "Seharusnya kau katakan saja jika kau putra penguasa kota ini," ucap Luke melirik Peter yang sudah nampak sedikit tenang. "Bukan nya sombong Luke. Di saat seperti ini. Aku harus menggunakan identitas tertinggiku," jawabnya. Luke memicingkan matanya, "Who are You?" Peter tertawa renyah. Melihat raut penasaran wajah Luke di sampingnya. "Pada saatnya nanti, kau akan tau siapa aku sebenarnya ...." "Sialan!" Akhirnya mobil mereka sampai di bandara tersebut. Peter dan Luke melangkah tergesa menuju pesawat. Untuk mobil yang mereka tinggalkan, Peter tidak perlu khawatir karna bodyguard nya sudah dalam perjalanan untuk mengambilnya. "Kenapa kau memakai penutup wajah?" tanya Luke bingung saat Peter memakai penutup wajah sebelum mereka masuk ke bandara internasional itu. "Bagaimana jika nanti kita di sangka teroris?" "Tidak akan. Tenang saja." Jawaban tenang Peter justru membuat Luke semakin di landa ke khawatirkan. Dan benar saja, baru beberapa langkah mereka masuk. Beberapa aparat keamanan sudah menahan langkah mereka lengkap dengan senjata di tangan masing-masing. Luke mendengus kesal. Seharusnya Peter mendengar keluh kesahnya dengan tidak mencuri perhatian dengan berpenampilan mencolok seperti seorang teroris. Sekarang lihat, dirinya harus terkepung layaknya seorang penjahat lagi. Padahal kan dirinya sudah sepenuh nya berubah. Pensiun dari dunia kejahatan. "Lihatlah. Karna ulahmu untuk yang ke dua kali, aku akan di masuk kan ke dalam sel lagi, Peter!" sungutnya sambil melirik Peter yang masih tampak tenang di tempat nya. Seorang kepala aparat keamanan itu maju selangkah, mendekat ke arah Peter yang masih berdiri elegant. "Tunjuk kan identitas kalian dan buka penutup wajah mu!" perintah kepala keamanan itu dengan tegas. Luke maju. Dia perlu memberi penjelasan kepada mereka. Dia tidak yakin, semua ini akan cepat selesai jika Peter yang melakukan nya. "Dengar, kami ... " "Jangan halangi jalanku! Aku orang dengan inisial PSD yang bahkan membuat atasanmu tunduk!" Suara dingin Peter yang memotong ucapan nya, membuat Luke kembali mendengus kesal. Tak suka dengan cara Peter yang terlalu to The poin untuk berperang. "Peter, mereka tidak akan percaya dan tidak akan tau siapa dirimu dengan inisial itu." tegas Luke. Bahkan dirinya juga awam dengan inisial yang di sebutkan Peter tadi. Peter melangkah mendekati Scan yang kebetulan berada di sampingnya. Menempelkan card identitas yang satu-satunya hanya di miliki oleh nya. "Selamat datang di maskapai penerbangan internasional kami Tuan. Suatu kehormatan Anda menggunakan jasa penerbangan kami. Silahkan, memilih untuk melakukan penerbangan yang Anda kehendaki. Semoga perjalanan Anda menyenangkan." Luke ternganga saat suara itu bergema di setiap penjuru bandara menyambut kedatangan Peter. Itu artinya, Peter adalah orang berpengaruh besar. bahkan dia di bebaskan untuk memilih ke mana saja penerbangan yang dia inginkan. Sontak para aparat keamanan itu pun berbaris memberinya akses jalan yang luas. Mereka tau siapa orang yang mendapat kehormatan dengan sambutan itu. Hanya seorang penguasa dunia yang akan diperlakukan demikian. Dan mereka sudah melakukan kesalahan besar dengan menyangka si pria misterius ber penutup wajah yang nyatanya adalah seorang pria berkedudukan tinggi adalah seorang penjahat. "Maafkan kami Tuan. Kami melakukan kesalahan besar," ucap kepala keamanan yang tadi bertindak tegas padanya. Peter hanya mengangguk. Kemudian dengan langkah besar dan terburu dia menuju landasan pesawat dengan tujuan Rusia yang sudah telat lepas landas karna perintahnya. Sebelum melangkah masuk, Luke sempat menepuk bahunya pelan. "Setelah ini, Kau harus mengatakan siapa dirimu yang sebenarnya padaku," ucap nya. "Tentu saja. Asal kau mau membuat kesepakatan denganku." "Kesepakatan? Kesepakatan apa?" Peter tidak menjawab. Dia melangkah masuk menuju kursi yang akan di tempati nya. Dia sengaja membuat Luke penasaran agar Luke mau membantunya memberi hukuman pada seseorang yang berani membangkangnya. Dan di kursi itu, duduk seorang wanita cantik yang akan menjadi sasaran kekejaman hukuman nya. "Cantik, nikmati hidup mu setelah ini," ucapnya kemudian duduk di samping Jasmine yang sudah terlelap karna s**u yang sudah pasti di berikan pramugari karna perintahnya. "Setelah ini, nikmati hukuman mu dengan terikat bersamaku, selamanya!" lanjutnya lalu menarik Jasmine dalam pelukan nya. ***** Jasmine mengerjap, perlahan dia membuka mata setelah mengucek matanya beberapa kali. Pertama membuka mata, dia pun di suguhkan pemandangan dengan tempat dan wujud yang sama sebelum dia kehilangan kesadarannya. Artinya, dia masih berada di tempat yang akan menjadi neraka baginya. Kepalanya terasa berdenyut-denyut, tangannya terangkat untuk memijat pelan pelipisnya tapi selang infus yang menancap di tangannya membuatnya merasa keanehan terjadi disana. Ada apa ini? Kenapa sekarang dirinya justru di infus? Bukankah tadi Luke sangat bernafsu untuk menyakitinya? Bahkan dia tidak merasakan adanya jejak pelecehan seksual pada tubuhnya? Sedangkan sebelumnya, Luke niat hati ingin menodainya. Apa ada seseorang yang menyelamatkannya? Kepalanya menoleh ke samping kanan kemudian ke kiri. Keanehan semakin membuatnya bingung, manakala dia mendapati Peter sedang tertidur di sofa yang sebelumnya menjadi arena pertarungan adu mulut antara dirinya dan Luke. Dan itu artinya, Peter yang sudah menyelamatkannya dari kehancuran. "Peter ... " lirihannya yang nyaris tak terdengar, justru terdengar jelas di telinga Peter hingga calon ayah itu tersentak dan langsung menghampirinya. "Sayang, bagaimana keadaanmu? Kau baik-baik saja kan? Apa ada yang sakit? Katakan." Jasmine menggeleng kuat. Dia baik-baik saja, bahkan bayi nya terasa menendang di dalam sana begitu mendengar suara ayah nya. "Hiks.. Hiks ... Maafkan aku ..." lirihnya mulai terisak dengan air mata yang sudah mengalir deras. "Aku berusaha pergi dari mu sehingga di jebak oleh pria jahat itu! Dia berniat menodaiku Peter, hiks.. hiks ... " Peter membawa Jasmine dalam pelukannya. Hukuman nya untuk Jasmine memang sangat keterlaluan. Jasmine bahkan sampai trauma dan ketakutan seperti ini. Seharusnya, cukup dia mengikuti ke mana pun Jasmine pergi dan tetap mengawasinya. "Tenang Jasmine. Tenanglah sayang, tidak akan ada yang bisa menyakitimu," lirih Peter sambil mengusap lembut rambut wanita nya. Jasmine mendongak. Menatap Peter dengan mata penuh dengan air mata. "Maafkan aku. Aku tidak adil padamu. Aku jahat Peter. Aku berniat memisahkan mu dari putra mu. Maafkan aku," lirihnya. "Maksud mu?" tanya Peter seolah tidak tau akan kebenarannya. Dia ingin mendengar sendiri ungkapan rahasia besar itu dari mulut Jasmine langsung. Jasmine menarik tangan Peter dan mendaratkan tepat di posisi yang kini bayi nya tumbuh menjadi pelengkap sekaligus tali pengikat dirinya dengan Peter. "Aku hamil. Usia nya sudah menginjak 5 bulan dan dia adalah cerminan dirimu. Jenis kelamin nya laki-laki." Peter pun mengusap lembut perut Jasmine dengan tangan besarnya. "Terimakasih kau mau memberitahukan nya langsung padaku." "Jadi, kau sudah mengetahuinya?" "Ya. Aku tau semuanya. Bahkan aku tau betapa jahat nya dirimu sehingga berusaha memisahkan seorang anak dari ayah nya." Sontak Jasmine memeluk Peter dan menangis tersedu-sedu di d**a bidang nya, "Hiks ... Hiks ... Maafkan aku. Aku ... Aku ... " "Kenapa Jasmine? Kenapa kau tega melakukannya?" ucap Peter dengan lirih. Dia juga ingin mendengar langsung dari Jasmine siapa wanita licik yang sudah membuat Jasmine pergi. "Bukankah kau sendiri tau, jika aku sangat menantikan kehadiran nya?" "Aku ... Egois!" jawab Jasmine tegas setelah tergugu beberapa saat mencari jawaban yang tepat untuk menutupi kebenaran penyebab kepergian nya. "Maaf. Aku egois pada dirimu dan putra kita." lanjut nya. Peter menarik dirinya. Terpaksa melepaskan pelukan Jasmine untuk mengingatkan sesuatu pada wanita yang selalu mementingkan kebahagiaan orang lain dari pada dirinya sendiri. Jasmine kira, dia tidak tau apa yang sebenarnya terjadi? Lihat saja. Setelah ini, Jasmine tidak akan bisa menghentikan nya untuk menyakiti beberapa hati dan dia akan dengan senang hati melakukan nya. "Ingat Jasmine. Aku sudah mengikatmu dalam takdirku. Kau sudah terikat padaku. Hanya aku satu-satunya orang yang bisa melindungi mu dan satu-satunya alasan kenapa kau bisa tetap hidup," ucapnya sambil menangkup wajah Jasmine dan menatap nya dengan pandangan tajam. Jasmine mengangguk. Meskipun dia mencoba menyangkalnya, memang Peter lah yang selalu menyelamatkan hidupnya dan menjadi pelabuhan terakhirnya. "Aku berjanji. Tidak akan lagi pergi dari mu. Walau sekejam dan sesakit apa penyiksaan terhadap ku agar mau meninggalkanmu." Janji Jasmine membuat Peter kembali menarik Jasmine dalam pelukannya. Jujur dia sangat takut kehilangan Jasmine dan putranya manakala mengetahui kepergian Jasmine untuk meninggalkan nya. Dia tidak pernah merasa se takut ini bahkan saat maut mengincar nyawanya. "Maafkan aku juga. Aku sangat keterlaluan menghukum mu, sampai-sampai kau tak sadarkan diri." Kali ini, justru perkataan Peter yang menjadi tanda tanya besar bagi Jasmine, dan Peter wajib menjawabnya. "Maksudnya?" "Semua ini adalah sandiwara. Aku bekerja sama dengan Luke untuk membuat perhitungan pada wanita pembangkang dan keras kepala sepertimu." "Apa!?" Peter menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Setelah ini, dia pasti akan mendapat ganjaran yang setimpal atas kesalahan nya karna sudah berani mengusik ketenangan wanita hamil itu. "Kau harus menceritakan semuanya padaku dan setelah itu, akan ku adukan kau pada ke dua pria kesayanganku!" Tamat lah riwayatmu Peter ... 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD