Phoebe *** Sejak bicara hati ke hati di Lembang, hari-hari terasa berlalu begitu cepat. Aku sudah meninggalkan pekerjaan di kantor. Walaupun Bu Shinta sempat mengomel tanpa henti di beberapa hati terakhir, aku bisa melangkah keluar dengan legawa, diantar oleh atasan dan teman-teman yang baik. Hari ini aku harus menyelesaikan beberapa hal sebagai persyaratan untuk resmi diterima sebagai guru di sekolah milik Tante Melissa. Tentu saja Ben yang mengantar. Kadang aku tak habis pikir, Ben rasanya sulit melepasku pergi sendiri. Padahal yang kali ini, dia tahu aku pergi ke rumah sakit untuk pemeriksaan kesehatan yang standar. “Aku tuh nggak tenang kamu pergi sendiri, Bi. Rumah sakit yang ini tuh gede banget, nanti kamu tersesat gimana?” dalihnya. Padahal, dibanding aku, Ben lebih parah dalam