4

1238 Words
Alisa P.O.V "Lah kak? Kok kita ke rumah Disha?" Tanya ku bingung. "Lah kan kakaknya dia itu calon kakak ipar kamu." Kata Ka Zayyan yang membuatku kaget. "What?! Kok ga bilang sih?!" Kata ku kesal. "Ya kan biar surprise. Gih sana datengin rumah nya." Kata Ka Zayyan yang ku jawab anggukan. Saat ini aku sudah berada didepan rumah sahabat ku, Disha. "Assalamualaikum! Yuhu! Mama papa! Lisa datang lho!!" Kata ku heboh. "Waalaikumsalam, eh Lisa masuk sayang. Mana kakak kamu? Mama mau ketemu sama calon mantu lho." Kata mama nya Disha. "Ada kok, ma. Tuh lagi parkir mobil, ma. Biasalah supir pribadi." Kata ku meledek. "Hush! Ada-ada aja." Kata mama nya Disha seraya tertawa. "Assalamualaikum!" Sapa Ka Zayyan. "Waalaikumsalam. Yaudah, ma. Lisa harus Zayyan suruh ngurus keperluan lamaran, ma. Oh iya Disha mana?" Tanya Ka Zayyan. "Disha ada kok di kamarnya. Lisa, kamu kesana gih ajak dia bantuin kamu." Kata mama nya Disha. "Okay lah ma siap." Kata ku. Aku segera naik ke lantai dua dan mencari kamar Disha. "Yuhu! Disha!!" Panggil ku. "Lah udah dateng, lo?" Tanya Disha. "Ya udah lah. Kalo belom, masa iya lo bisa liat gw. Lo kira gw arwah!" Kata ku. "Hehehe iya deh. Yuk lah berangkat. Lo mau survei buat lamaran kakak lo kan?" Tanya Disha yang ku jawab anggukan. "Gw baru inget kalo kakak-kakak kita sempet satu sekolahan dulu. Tuh sekarang mereka nikah deh." Kata ku. "Iya bener. Gw aja kaget pas kakak lo ngomong kalo dia mau ngelamar kakak gw. Anjir gw meleleh dong!" Kata Disha heboh. "Yaudah deh yuk lah. Lo bantuin gw dulu nyari tempat buat lamaran. Terus kita ukur lahannya." Kata ku. "Buset, lo udah kayak anak arsitek dah. Yaudah deh yuk!" Kata Disha seraya menarik tangan ku. "Baju lo ganti. Pake kerudung yang bener. Inget, ada kakak gw." Kata ku. "Eh iya bentar gw cari dulu kerudung gw." Kata nya yang ku jawab anggukan. Setelah siap, kami langsung turun ke bawah. "Ka, kalian mau lamarannya outdoor atau indoor?" Tanya Disha. "Outdoor aja kali ya." Kata Ka Zulfa. "Yakin? Ga mau indoor?" Tanya Ka Zayyan. "Kalo boleh nih, jangan dirumah kita berdua biar sama-sama ga capek." Kata Ka Zulfa. "Iya juga ya. Yaudah deh gini aja, Lisa kamu tolong atur di hotel kakak. Atur untuk pakai pendopo yang ada dibelakang hotel." Kata Ka Zayyan. "Siap, bos. Tanggal nya mau tanggal berapa?" Tanya ku. "Cek ke hotel aja dulu itu pendopo kapan kosongnya. Nanti kabarin kakak. Pokoknya di bulan ini sampai awal bulan depan." Kata Ka Zayyan. "Ka, sini Disha ukur badan kakak dulu." Kata Disha. "Ayo, kak. Kita ke kamar dulu!" Kata ku. ??? "Tes! Tes! Kepada resepsionis! Harap dengarkan saya, disini Alisa. Ganti!" Kata ku. Kali ini aku sedang menghubungi resepsionis hotel menggunakan HT yang memang diberikan Ka Zayyan untuk ku. "Iya, dengan Neni disini, mbak." Kata resepsionis. "Mbak Neni, tolong sediakan jus jeruk dengan beberapa makanan seperti sosis panggang dan mashed potato ke rooftop ya. Saya sedang dalam perjalanan kesana, nanti saya harap sudah ada diatas saat saya sampai." Kata ku. "Baik, ada lagi mbak?" Tanya Mbak Neni. "Tolong siapkan seseorang untuk mengukur pendopo dibelakang ya mbak. Saya minta denah nya dalam waktu dua puluh menit. Dan tolong sediakan kertas karton, pulpen, alas kertas, pensil, penghapus, spidol, dan notes kecil ya. Saya mau saat saya sampai, semua itu sudah ada di rooftop." Kata ku. "Baik, mbak. Kalau boleh tau mbak akan sampai dalam berapa menit lagi ya?" Tanya Mbak Neni. "Saya kemungkinan sampai dua puluh menit lagi." Kata ku. "Baik mbak." Kata Mbak Neni. "Oh iya hampir lupa, berikan saya laporan pemesanan pendopo dalam jangka waktu minggu ini sampai awal bulan depan. Saya sampai, segera berikan ke saya." Kata ku. "Baik, mbak." Jawab Mbak Neni. ??? Aku dan Disha sudah sampai di lobby hotel, Mbak Neni tersenyum lalu memberikan satu kertas notes berisikan laporan pemesanan pendopo. Aku langsung memotret tanggalan yang kosong dan mengirimkannya ke Ka Zayyan. "Makasih ya mbak Neni. Tapi maaf mbak, ini denah nya mana?" Tanya ku. "Iya, mbak. Masih dalam pengukuran." Kata Mbak Neni. "Yaudah kalau begitu saya tunggu segera ya. Bilang ke orang itu saya tunggu lima menit lagi. Kalau masih ga datang, saya berikan konsekuensi nya." Kata ku. Mbak Neni tersenyum dan menganggukan kepala nya. "Gila akhirnya gw bisa ngehirup angin seger!" Kata Disha setelah Mbak Neni pergi. "Yaudah ayo duduk dulu. Tuh disitu!" Kata ku. Kami langsung duduk di kursi yang ada. Kami langsung duduk santai dan mulai mendengarkan musik. Ga berselang lama, lift terbuka dan memperlihatkan Bang Gerald yang datang. "Lho bang? Kenapa kesini?" Tanya ku. "Nih ada cewek cantik nyuruh abang ngukur pendopo." Kata Bang Gerald yang membuatku kaget. "Eh maaf bang. Lisa tadi nyuruh pegawai sini." Kata ku. "Hahaha! Bercanda kok Lisa. Tadi abang ga sengaja liat pegawai panik pas abang tanya kenapa katanya kamu nungguin denah pendopo yaudah abang bilang abang aja yang bawa." Kata Bang Gerald. "Oh gitu. Oh iya bang, kenalin ini Disha sahabat Lisa. Disha, kenalin ini Bang Gerald." Kata ku. "Saya, Gerald. Calon suami Lisa." Kata Bang Gerald yang membuat ku kaget. "Eh eeuumm saya Disha sahabat Lisa." Kata Disha. "Kalian abis ini mau kemana? Abang anter ya Lisa?" Tanya Bang Gerald. "Ga usah bang, Lisa sama Disha mau ngurus pertunangan Ka Zayyan. Abang kan juga sibuk sama kantor." Kata ku menolaknya. "Iya juga sih. Yaudah deh gapapa. Tapi abang disini dulu ya. Abang udah izini kok mau nemenin kamu." Kata Bang Gerald yang ku jawab anggukan. "Lisa, kata kakak gw mereka milih tanggal satu september aja. Berarti nanti tanggal satu kita booking." Kata Disha. "Okay. Gw tandain dulu." Kata ku. "Kalian mau kemana lagi abis ini?" Tanya Bang Gerald. "Masih disini. Mau ngomongin denah nya bang." Kata ku. "Okay kalo gitu abang tunggu ya. Gapapa kan?" Tanya nya yang ku jawab anggukan. "Kalo abang mau pesan makanan, bilang ya." Kata ku. "Beres." Jawabnya. "Nih, Lis. Disini kita bisa bikin panggung kecil buat nanti kakak-kakak kita duduk. Nah yang di dinding dekat pintu keluar, kita bisa deh ngeletakin makanan dessert. Pokoknya di bagian ini khusus untuk makanan." Kata Disha. "Ide bagus. Nah nanti biar kakak-kakak kita gampang keluar nya, pendopo kan ada dua kamar. Kamar yang kanan kita pakai untuk Ka Zulfa. Yang kiri dipakai Ka Zayyan." Kata ku. "Nah boleh juga." Kata Disha. "Eeuumm boleh abang kasih saran, Lis?" Tanya Bang Gerald. "Boleh, bang." Kata ku. "Biasanya kan kalo lamaran, pasti pertemuan dua keluarga tuh. Sediain dua tempat untuk kursi keluarga kamu dan keluarga sahabat kamu ini." Kata Bang Gerald. "Boleh juga. Okay deh." Kata ku seraya tersenyum. ??? "Yaudah, Lisa. Abang pergi ke kantor duluan ya." Kata Bang Gerald. "Iya bang. Hati-hati di jalan ya. Oh iya ini ada makanan, abisin okay." Kata ku. "Ini apa?" Tanya nya mengangkat satu buah kurma. "Kurma, bang. Itu bisa bikin kenyang lho. Abang pasti suka." Kata ku tersenyum. "Oh iya, makasih ya Lisa. Yaudah abang pamit ya." Kata Bang Gerald yang ku jawab anggukan. Kami langsung berpisah didepan hotel. "Yaudah yuk kita cari dulu buat dekorasi!" Ajak Disha yang ku jawab anggukan. ??? "Gimana Disha? Menurut lo bagus ga sih yang warna putih ini? Karna kan kita semua pakai baju abu-abu. Terus kakak lo juga pakai baju warna gold kok." Kata ku. "Kalo gw sih setuju aja. Yang terpenting warna nya kontras kan sama baju-baju kita juga." Kata Disha yang ku jawab anggukan. Dan jadilah hari ini kami mengurusi perlengkapan lamaran. Bahkan kami mengurus perhiasan yang akan diberikan ke Ka Zulfa. ---TBC---
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD