7

963 Words
Alisa P.O.V Saat ini aku, beserta keluarga ku dan keluarga Disha sedang mengadakan fitting baju di butik pilihan kami semua. Ini sudah lima hari semenjak aku liat Bang Gerald sama cewek lain. Dan mengenai ajakan Bang Gerald untuk bicara sama aku, dia bahkan ga ngasih tau kapan pembicaraan itu. Dan sekarang dia ngilang kayak setan guys. "Wah calon manten udah dateng. Ayo langsung coba baju yuk! Jeng! Ajeng! Ini layanin dulu dong jangan main handphone mulu! Bawa yang lainnya juga. Kamu, ikut saya!" Kata si pemilik butik nya seraya menarik tangan ku. "Mas yang perempuan aja ya yang duluan fitting." Kata Ka Zayyan. "Siap lah bos! Ayo!" Kata si pemilik butik. "Heh! Lepasin anjir apa-apaan woy!!" Kata ku heboh saat tangan ku di tarik. "Aduh kamu tuh berisik deh. Ini tangan juga kenapa keringetan? Udah kayak abis jooging aja. Lap dulu nih. Kalo kamu udah siap, panggil saya." Kata si pemilik butik. "Hah? Ngapain? Siap apaan?" Tanya ku. "Siap buat ganti baju lah. Nih baju nya." Kata si pemilik butik memperlihatkan gaun berlengan panjang yang terbuat dari kain satin berwarna abu-abu. "Udah saya aja ganti sendiri." Kata ku. "Hah? Mana bisa? Ini ga boleh lecet." Katanya. "Duh ilah ini ga akan lecet kalo saya pakai ke badan saya. Emangnya saya ada duri apa?" Kata ku. "Haduh yaudah terserah kamu deh yang penting saya mau kamu keliatan cantik cetar membahana. Nih buat kerudungnya juga. Oh iya kalo boleh, nanti kamu jadi model pemotretan gapapa ya?" Kata si pemilik butik yang ku jawab anggukan. Aku segera masuk ke ruang ganti dan langsung mengganti pakaian ku dengan gaun yang diberikan. Setelah siap, aku memakai kerudung yang tersedia. Aku tersenyum melihat penampilanku. Akhirnya bisa juga pakai nih warna. Biasanya aku pakai warna merah, hijau, hitam, putih tapi jarang pakai abu-abu. Setelah semuanya siap, aku keluar dari ruang ganti dan menghampiri kakak-kakak ku dan Abi. "Wah anak abi cantik nya." Kata abi memuji ku. "Umi mana, bi?" Tanya ku. "Umi kamu masih sibuk ngurusin gaunnya. Kamu tau lah abi ga mau umi pakai yang ketat." Kata abi yang ku jawab anggukan. "Eh mbaknya udah siap, yaudah ayo langsung ke ruang pemotretan." Kata si pemilik butik seraya menunjuk satu ruangan. Aku menganggukan kepala ku dan masuk ke ruangan itu. Aku melihat banyak foto-foto dipajang disini. Ada juga foto prewed lho guys. Aku melihat satu persatu foto-foto disini sampai pandanganku terkunci pada satu bingkai foto memperlihatkan satu laki-laki yang sangat aku kenal sedang berfoto dengan perempuan yang aku lihat bersamanya waktu itu. Ya! Kalian pasti bisa menebak siapa laki-laki itu. Bang Gerald! "Wah cantiknya. Silakan duduk mbak. Santai aja. Ini cuman sebentar kok fotonya. Nanti mbak juga bisa membawa pulang foto-foto nanti." Kata si fotografer yabg baru aja masuk ke dalam. "Ini mereka semua foto prewed ya mas?" Tanya ku. "Iya, mbak. Cuman yang itu yang mbak tunjuk tuh mereka baru mau tunangan. Nih besok tunangannya." Kata si mas nya yang membuatku tersentak. Tunangan? ??? "Hallo, Lisa. Tumben kamu telfon abang. Ada apa?" Tanya Bang Gerald. Saat ini aku sedang menelfon dia utnuk mengajaknya bertemu. Semua keluarga ku dan Disha sudah pulang terlebih dahulu. "Temuin Lisa di taman real estate abang ya. Lisa tunggu, ada yang mau Lisa omongin!" Kata ku tegas. "Oh iya iya abang otw kesana. Kamu dimana emang?" Tanya nya. "Di butik. Bentar lagi Lisa otw kesana." Kata ku. Aku langsung mematikan sambungan telfon secara sepihak dan langsung mengendarai mobil ku ke taman real estate milik Bang Gerald. ??? "Bang, abang bilang abang cinta kan sama Lisa?" Tanyaku yang dijawab anggukan serta senyuman Bang Gerald. "Iya, Lisa. Abang sayang bahkan cinta sama Lisa. Kenapa emang?" Tanya Bang Gerald. "Sayang tapi kenapa ga bilang kalo mau tunangan?" Tanya ku yang membuat Bang Gerald membeku ditempat. "Lisa, dengerin abang dulu okay. Abang disuruh tunangan sama anak rekan bisnis keluarga abang." Kata Bang Gerald menjelaskan. "Apa karna perbedaan kita bang makanya abang nerima itu?" Tanya ku. Bang Gerald tersenyum. "Iya, tapi percaya sama abang. Ini bukan kemauan abang. Ini kemauan mama papa abang." Katanya yang hanya ku jawab senyuman tipis. "Bang, Lisa ga bisa paksa abang untuk ikut agama Lisa. Lisa juga ga akan sanggup ngelepas agama Lisa. Kalau memang keputusan abang sama perempuan itu, ya Lisa ga masalah." Kata ku. "Lisa ga cinta sama abang?" Tanya Bang Gerald. "Lisa sayang abang. Lisa ga tau ini cinta atau sekedar suka. Tapi Lisa sayang abang. Lisa cinta abang tapi tuhan abang lebih besar cintanya. Lisa ga bisa ambil seseorang yang disayang tuhan demi cinta Lisa." Kata ku. "Tapi, Lisa--" kata Bang Gerald yang langsung ku potong. "Nanti setelah pernikahan Ka Zayyan, Lisa langsung pergi. Mungkin itu terakhir kalinya abang liat Lisa lagi. Kalo emang kita jodoh, nanti pasti ketemu dan dengan keadaan yang lebih baik tentunya. Lisa pamit. Assalamualaikum!" Pamit ku. Aku langsung aja masuk ke mobil dan meninggalkan Bang Gerald sendirian di taman. ??? "Lisa, kamu beneran mau pindah ke luar kota? Kenapa sayang?" Tanya Umi setelah aku mengutarakan keinginan ku untuk berkuliah diluar kota. "Gapapa, Umi. Lisa cuman mau nyari suasana baru aja." Kata ku santai. "Beneran?" Tanya Ka Umar menatapku penuh selidik. "Iya, kak." Jawab ku. "Terus kamu mau nya pindah kemana?" Tanya Bang Rafka. "Ke Universitas Udayana di Bali." Jawab ku. "Hah?! Kamu yang bener aja! Ga! Abi ga setuju!" Kata Abi. "Bener lah. Masa iya Lisa bercanda. Lagian biar Lisa bisa sekalian suasana nya baru, Abi." Kata ku. "Abi, udah gapapa. Lisa mungkin mau nyoba mandiri kayak Zayyan dulu. Kita harus bisa percaya sama dia. Lisa, kamu jaga diri kamu ya. Sekarang kamu daftar segera mumpung masih tahun ajaran baru jadinya masih dibuka ujian mandiri nya." Kata Ka Zayyan yang ku jawab anggukan. "Udah kok. Besok Lisa ujian." Kata ku. "Hah?! Seriusan? Awas kamu nanti gagal lho." Kata Bang Rafka. "Lisa yakin kok bang." Jawab ku.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD