Bab 17 Trouble maker

1154 Words
"Bulsshit!" Kriss memukul meja dan bangkit, menatap Angel dengan tajam. "Jadi, kau sedang berperan seperti istri yang lemah lembut dan penurut?" Angel mengangguk. "Kurang lebih seperti itu," jawabannya dengan senyum lebar. "Bukankah, kalian para pria suka diperlakukan seperti itu." "Suka, tapi jika dibungkus dengan kepura-puraan seperti ini, aku tidak suka." Di saat seperti ini, Angel biasanya akan mengeluarkan kata-kata sarkastik yang menohok untuk membungkam lawan bicaranya, tapi alih-alih seperti itu, si gadis justru menghela napas pelan dan masih tetap mempertahankan senyumnya. "Kau hanya belum terbiasa, beberapa hari lagi kau pasti lebih suka sikapku yang seperti ini." Angel kembali melanjutkan pekerjaannya yang tertunda dan meletakkan piring dan sendok di hadapan Kriss, bahkan tak lupa segelas air mineral. "Ayo mulai makan." Kriss mengepalkan tangan sangat erat, hingga buku-buku jarinya memutih, menatap Angel dengan tatapan tajam yang sama sebelum menghela napas keras. "Baiklah, jika kau mau seperti ini, kita lihat seberapa lama kau bisa bertahan." Angel mengangkat alis, tersenyum padanya seolah tidak mengerti apa yang pria itu maksud. "Ya, pergi cuci tangan dan ... "Kenapa harus cuci tangan, aku baru saja mandi beberapa saat yang lalu, tanganku sangat bersih." Kriss menyeringai dan meraih ke arah ayam kalkun panggang dengan tangan kosong, dan seolah dengan sengaja ingin meninggalkan jejak di mana-mana, pria itu memegang segala sisi dengan alasan mengambil bagian yang menurutnya lezat. Kemudian, dengan tangan yang sama juga mencocol timun ke hummus sebelum ikut menyantap ikan salmon. Kurang lebih sepuluh tahun mereka tidak bertemu, dan tentunya banyak hal yang telah berubah, begitu pun Angel, tapi bahkan jika seperti itu, bahkan jika banyak hal sudah tidak dia mengerti lagi dari gadis di hadapannya ini, Kriss yakin, perubahan itu tidak akan mempengaruhi obsesi kompulsif Angel tentang kebersihan dan kerapihan. Sesuai dugaan, Angel benar-benar mematung begitu melihat Kriss melakukan semua hal itu, menatap tangan Kriss dengan kening berkerut. "Tanganmu ... bahkan jika kau sudah mandi, sudah memegang gagang pintu, sandaran kursi dan meja." Seolah tidak peduli, Kriss mengangkat kakinya ke kursi, makan dengan lutut di depan d**a dan mendongak. "Kau kan seorang istri yang penurut, jadi aku hanya akan melakukan sesukaku, jangan banyak bicara." Ujung bibir Angel berkedut, keningnya berkerut dengan rasa tak nyaman. Saat ini penampilan Kriss sudah sangat berantakan, dengan sengaja menjatuhkan beberapa tetes minyak ke kaos putih yang dia pakaian, menggaruk pipinya dengan punggung tangan yang dia pakai makan dan mengunyah dengan suara yang keras. "Ada apa? Kau tidak makan?" Angel tidak menjawab, tangannya di bawah meja saling bertaut, gatal ingin merapikan semua hal di hadapannya dan memarahi seseorang. "Kau marah?" Kriss tersenyum lebar, berharap Angel menggebrak meja saat ini juga seperti yang biasanya dia lakukan. Tapi Angel tidak melakukannya, justru menarik dan menghembuskan napas berkali-kali sebelum mulai makan juga. Tentunya dengan sangat hati-hati mengambil bagian yang belum disentuh Kriss. Kriss tersenyum miring. Dia akan melihat sejauh mana Angel bisa bertahan. Dan semenjak saat itu, Kriss benar-benar menjadi sangat pemalas, berpenampilan berantakan setiap hari dan dengan sengaja membuat villa itu hampir tidak pernah terlihat rapi. Pagi-pagi sekali, dia akan bangun untuk berolahraga, berlari beberapa putaran di sekitar villa hingga berkeringat dan kembali ke dalam rumah. Saat Angel datang menyambutnya dengan segelas jus segar, pria itu akan langsung memeluknya dengan erat. "Lelahnya," desah Kriss pelan, menyandarkan kepalanya ke sisi kepala Angel dan dengan sengaja menggosoknya, meninggalkan banyak keringat di tubuh gadis itu. Angel mematung dengan tubuh kaku, menahan napas juga kemarahan di ujung lidah. "I-itu, kau berkeringat Kriss." Kedua tangannya terentang, ingin mendorong Kriss menjauh tapi juga tidak ingin menyentuhnya. "Ya, aku berkeringat." Kriss melepaskan pelukannya dan menempatkan banyak ciuman-ciuman kecil di wajah Angel. "Tapi inikan keringat suamimu yang tersayang." Dia kemudian mengambil jus jeruk di tangan Angel, menegaknya dengan rakus hingga beberapa tetes mengalir dari bibirnya ke leher. Pemandangan itu sangat mengganggu hingga Angel bergetar dengan kedua tangan yang mengepal erat, tapi ketika Kriss selesai minum dan menatapnya, dia kembali tersenyum dengan lembut. "Ya, kalau begitu pergi mandi agar lebih segar," ujarnya kemudian berbalik ke kamar dengan langkah cepat. Kriss yakin, gadis itu akan tinggal di kamar mandi cukup lama. "Masih keras kepala?" Kriss meletakkan gelas ke meja dan menyusul ke kamar. Melihat kamar mereka yang bersih dan rapi, kosmetik dan skincare yang disusun sesuai ukuran, bentuk dan warna, juga gorden yang terikat dengan ukuran yang sama, Kriss terlebih dahulu melepaskan salah satu ikatan gorden itu, memindahkan beberapa botol skincare kemudian menajatuhkan tubuhnya ke kasur. Jadi, saat Angel keluar, semua kerja kerasnya sejak pagi di kamar sudah berantakan, plus pria yang kini bertelungkup di atas tempat tidur dengan pakaian olahraganya. "K-kau, sudah mandi kan?" tanya Angel penuh harap. "Belum." Kriss menjawab lemas. "Nanti saja." Dia membalik tubuhnya dan berguling hingga tidak ada satu sisipun dari tempat tidur mereka yang tidak berantakan kemudian duduk dengan kaki di atas selimut. Angel menggigit bibir dan mencubit diri sendiri demi menahan semua sumpah serapah yang menyerbu di tenggorokannya. "Kriss, tapi kau berkeringat, jangan naik ke tempat tidur sebelum mandi," ujarnya lembut. "Tidak apa-apa, hanya keringat. Setidaknya aku tidak membawa snack ke tempat tidur." Kriss tersenyum lebar. "Kau tidak marah kan?" "Tidak, tentu saja tidak," jawab Angel dengan gigi terkatup rapat. "Syukurlah, ternyata istri penurut dan sabar itu sangat bagus." Kriss melompat turun. "Aku mau makan Snack." Kemudian berlari keluar kamar. Angel menarik napas dan menghembuskannya berkali-kali, tapi tetap tidak bisa menahan diri dan menginjak-iniak lantai dengan keras, kemudian mengacungkan jari tengahnya ke arah pintu yang baru saja tertutup. "Dasar b******n, brengs ... Pintu seketika terbuka dan memunculkan kepala Kriss. "Kau mengatakan sesuatu?" "Tidak ada." Angel menyembunyikan tangannya yang mengacungkan jari tengah dan memeras senyum manis. "Oke, pergi berpakaian dan ayo menonton." "Kau tidak mandi dulu?" "Tidak, nanti saja." Kriss menutup pintu kembali dan meninggalkan Angel yang kembali melampiaskan kemarahannya ke lantai yang tidak bersalah. Setelah lebih satu jam Angel merapikan kamar dan berpakaian, dengan penampilan yang lebih rapi dia keluar dan menemukan tidak ada Kriss di ruang tamu, tapi beberapa bungkus Snack ditinggalkan begitu saja di atas meja, bahkan ada yang terbalik di atas karpet, meninggalkan banyak remahan. "Si brengsekk itu!" Angel benar-benar merasa hampir gila, dan lagi-lagi menarik napas berkali-kali untuk menenangkan diri agar tidak berlari untuk mencekik Kriss sekarang juga. "Angel! Angel! Kemari!" Ketika Angel yang masih berusaha membersihkan ruang tamu dengan sangat detail, suara Kriss dari halaman samping villa terdengar sangat keras. "Ada apa?" "Kemari, cepat!" Di halaman belakang villa adalah pantai, di halaman depan merupakan taman, sedangkan di salah satu sisi villa ada kolam renang, dan saat ini Kriss sedang memanggil dari arah sana. Angel tiba-tiba menegang. "Pria itu, tidak mungkin melompat ke kolam renang dengan tubuh penuh keringat dan remahan snack kan?" Tapi semakin Angel memikirkannya, semakin buruk prasangka yang dia rasakan, lagipula dengan cara Kriss bersikap selama beberapa hari ini, hal itu kemungkinan besar terjadi. Jadi, dengan langkah lebar dan cepat, Angel meninggalkan pekerjaannya dan menuju kolam renang. "Ada ap ... Tepat setelah Angel keluar, seseorang tiba-tiba menangkap dari belakang, mengangkatnya dan berlari ke arah kolam. Angel membelalak dan berteriak keras. "Kriss! aku sudah mandi!"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD