Bab 16 Malam Pertama

1125 Words
Kriss menggendong Angel kembali ke villa, menciumnya begitu pintu tertutup dan tidak melepaskannya hingga mereka berdua jatuh ke sofa. Angel menarik napas setelah ciuman panjang, dan tertawa. "Really? kau mau menyelesaikan malam pertama kita di sofa?" Kriss mengerutkan kening mendengarnya, mengangkat kepala untuk membungkam mulut gadis itu kembali dengan bibirnya dan mulai melepaskan pakaian. Mereka b******u di sana selama beberapa saat sebelum Kriss membawa Angel yang sudah setengah telanjang ke kamar terdekat di lantai satu dan melanjutkan kegiatan panjang itu. "Kau punya tatto di sini." Kriss membelai punggung bagian bawa Angel, pada gambar sepasang sayap malaikat berwarna hitam yang setengah terbentang. "Kapan kau memasangnya?" Angel menoleh. "Kau tidak keberatan aku menjawabnya dan menyebut pria lain di atas tempat tidur?" "Tidak masalah." Tatapan Kriss masih sangat panas pada tatto yang semenjak pertama dia melihatnya tadi pagi, sudah sangat ingin dia sentuh. "Uhm, aku pernah berpacaran dengan seorang tatto artist, dia mengatakan bahwa punya tatto di tempat itu sangat seksi, jadi dia menggambar ... Ugh, hey! Kau bilang kau tidak keberatan!" "Aku menarik kembali kata-kataku." Kriss membungkuk, menarik wajah Angel agar menoleh padanya. "Fokus hanya padaku di saat seperti ini." Setelah itu, Angel benar-benar tidak lagi memikirkan hal lain selain Kriss, bukan karena tidak mau, tapi karena pria itu tidak memberinya kesempatan untuk memikirkan hal lain. *** Angel baru terbangun setelah merasa lapar, dan saat itu matahari sudah sepenuhnya tenggelam sedangkan ruangan dalam keadaan gelap, untungnya cahaya dari bulan masih mampu digunakan untuk mencari letak saklar lampu tidur di sisi ranjang. Karena merasa beberapa bagian tubuhnya masih tak nyaman, Angel bangkit dengan sangat pelan selagi mencoba untuk melepaskan dekapan pria di belakangnya, tapi alih-alih melonggar, Kriss justru mengeratkan pelukannya. "Mau ke mana?" tanyanya dengan suara serak. "Ke dapur, kita belum makan malam," jawab Angel. Saat mendengar jawaban itu, untuk sesaat tubuh Kriss tersentak, terdiam, sebelum kembali rileks dan memeluk lebih erat. Angel menebak, mungkin tadinya Kriss mengira sedang memeluk Rachel, dan baru tersadar setelah mendengar suaranya yang berbeda. Tapi Angel sama sekali tidak keberatan. "Kau tidak lapar?" tanyanya pelan. "Tidak, nanti saja." Pria itu menyandarkan dahinya di bahu Angel dan menghela napas. "Temani aku tidur sebentar lagi." Angel tidak banyak berpikir dan langsung menyetujuinya, berbaring kembali, menyamankan posisi dan membiarkan Kriss memeluknya sesuka hati. Hingga akhirnya, karena suasana yang nyaman dan suara samar ombak dari luar, Angel tertidur kembali. Dua jam kemudian, Angel terbangun lagi, bersamaan dengan suara perut Kriss yang berbunyi. Angel berbalik dan bertemu langsung dengan mata Kriss yang juga sudah bangun. "Maaf." Pria itu meringis malu dan mengelus perutnya. "Aku lapar." Angel tertawa pelan dan mengulurkan tangan untuk merapikan anak rambut yang menutupi dahi Kriss. "Yang minta maaf harusnya aku, ketiduran dan tidak menyediakan makanan." Dia mengangkat kepala dan menempatkan kecupan ringan di pipi Kriss dan tersenyum lembut. "Aku akan menyediakannya secepatnya." Kriss mematung dengan mata membelalak, bahkan napasnyapun tertahan. "A-ada apa denganmu?" Dia tergagap. "Kenapa denganku?" tanya Angel, selagi memungut beberapa lembar pakaiannya di lantai dan memakai kaos milik Kriss yang kebesaran di tubuhnya. "Apa aku membuatmu marah?" Kriss duduk di tengah-tengah tempat tidur dan menatap semua gerakan Angel dengan aneh. "Atau aku tidak membuatmu puas, tadi?" "Apa?" Angel berhenti bergerak dan berbalik. "Kenapa bilang seperti itu?" "Karena kau bersikap aneh?" "Aneh bagaimana?" Angel memiringkan kepala. "Itu ... " Kriss menyentuh pipinya yang baru saja dicium dengan mesra. "Kau bersikap terlalu lembut, tidak seperti biasanya." Melihat raut Kriss, Angel menutup mulutnya selagi menahan tawa. "Bukankah ini seharusnya sikap yang wajar? Kita pengantin baru dan kau ada suamiku sekarang." Kriss berkedip. "Tapi ... " Bukankah pernikahan mereka hanya perjanjian di atas kertas? Angel selesai berpakaian dan merapikan rambutnya. "Istirahatlah kembali, aku akan memanggilmu begitu makanannya siap." Kemudian, sebelum Kriss bereaksi, gadis itu telah meninggalkan ruangan dan menutup pintu tanpa suara. Caranya berbicara, juga nada suaranya yang begitu ramah dan lembut, sangat kontras dengan Angel yang jutek dan tak ramah padanya selama beberapa hari ini, hingga Kriss merasa berhadapan dengan orang lain. "Ada apa dengannya?" *** Karena saat ini sudah lewat jam makan malam, sebisa mungkin, makanan yang Angel buat bukanlah makanan yang mudah menimbun lemak, seperti Steak salmon filet bumbu bawang putih mentega, kalkun panggang serta sayuran dan hummus. Semua itu dia selesaikan dalam kurun waktu hampir satu jam, sedangkan Kriss yang masih memikirkan sikap Angel yang aneh, sudah duduk menunggu di meja makan sambil mematai punggung sang gadis dengan intens. "Punggungku rasanya panas karena tatapanmu." Angel meletakkan piring ke meja dan balas menatap Kriss. "Ada apa? Katakan apa yang ingin kau tanyakan." "Aku minta maaf," kata Kriss tiba-tiba. "Kenapa minta maaf?" Kriss menjelaskan dengan raut bersalah. "Saat pertama kali bangun tadi, aku tidak bermaksud memikirkan orang lain, tapi itu hanya reaksi karena aku terbiasa dengan Rachel, jadi saat pertama kali bangun dan memeluk seseorang, aku tanpa sadar ... "Stop." Angel mengangkat tangannya dan tersenyum tipis . "Aku tahu itu, dan tidak perlu menjelaskannya." "Tapi ... "Dan aku tidak marah, tidak perlu minta maaf." "Lalu kenapa sikapmu aneh?" "Aneh bagaimana?" "Tidak seperti biasanya." Angel terdiam, dan mulai mengerti apa yang sedang Kriss ragukan, jadi dia bertanya, "Memangnya aku yang biasanya itu seperti apa?" Kriss mulai berpikir. "Terkadang judes dan tak ramah, bukan berarti bermulut tajam tapi yang pasti tidak lemah lembut seperti sekarang." Angel sama sekali tidak tersinggung dengan sebutan judes dan tak ramah, malah tersenyum mendengar semua ucapan Kriss. "Lihatlah! Kau yang biasanya tidak akan diam saja dan tersenyum seperti ini saat aku mengkritik karaktermu." "Itu karena status kita saat itu bukan seperti sekarang." Angel memperlihatkan cincin kawin di jari manisnya. "Sekarang kita suami istri dan perjanjiannya sudah ditandatangani, jadi aku tentunya tidak bisa memperlakukanmu seperti sebelum kita menikah." "Tapi aku lebih suka jika kau bersikap seperti biasanya." "Apa?" "Perlakukan aku seperti biasa ... Tidak, maksudku, bersikaplah sesuai karaktermu, saat ini kau benar-benar seperti orang lain." Angel memutar mata dan bersedekap. "Jadi, kau berpikir bahwa sikapku saat ini terlihat pura-pura?" tanyanya. Kriss mengangguk keras. "Sangat." "Tapi kurasa, hanya kau yang tidak benar-benar mengenalku." Kriss mematung. "Kau menyinggung aku yang harus bersikap seperti biasanya, yang tidak begitu ramah dan judes, tapi sebenarnya sikap yang sekarang juga bukan kepura-puraan." Angel menopang dagu. "Aku memang selalu memperlakukanku pasanganku seperti ini." "Kau bersikap seperti ini dengan pacar-pacarmu dulu?" Angel mengangguk. "Aku selalu memperlakukan orang sesuai dengan statusnya di kehidupanku. Teman adalah teman, mantan adalah mantan dan pasangan adalah pasangan. Dan sekarang, kau adalah pasanganku, tentunya aku memperlakukanmu seperti seorang pasangan." Kriss terdiam dan akhirnya mengerti bahwa beginilah caranya Angel melindungi diri dengan keadaannya yang tidak bisa mempercayai perasaan romantis orang lain. Karena sejatinya phobia terhadap cinta itu menyangkut kepercayaan, maka Angel telah membentengi dirinya dengan teknik seperti ini dan berperan sesuai keinginan orang lain juga status mereka selagi terus memperingatkan diri sendiri bahwa suatu saat peran ini akan berakhir dan mereka akan berpisah kemudian menjadi orang asing.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD