04: BERTEMU

2003 Words
Kedatangan Della tanpa diundang, membuat Daniel terkejut. Ia baru saja selesai bersiap-siap untuk datang ke istana akan tetapi putri dukung dari raja dan ratu sudah bertamu di rumahnya sambil membawa sarapan untuknya. Ia melihat sekeliling, berharap tidak ada yang mengamati kehadiran Della di rumahnya. “Sebaiknya kamu segera pulang, aku akan memakan makanan darimu. Terima kasih.” Bukan berniat mengusir Della, hanya saja Daniel tidak ingin orang tuanya kembali lebih dulu sehingga nantinya menahan Della untuk pergi. Ia menatap wajah Della yang terlihat sedih dengan ucapannya, sungguh ia tidak tahu harus berbuat apa. “Aku ingin melihatmu memakan masakanku, aku sudah membuatnya susah payah. Jadi, aku mohon padamu untuk mencicipinya. Aku juga ingin memberi tahu padamu, sebaiknya kamu tinggal di istana lebih lama, bukankah ayahku menyiapkan kamar untukmu? Aku ingin selalu melihatmu,” kata Della sambil menatap Daniel penuh harap. Ia ingin lelaki yang dicintainya tidak pergi meninggalkan istana. Perubahan yang terjadi pada Della sejenak membuat Daniel merasa senang, akan tetapi ia segera menyingkirkan perasaan aneh yang bersarang dalam hatinya. Ia harus memastikan Della mendapatkan penawar sehingga bisa bertingkah seperti semula. “Aku tidak bisa tinggal di istana lebih lama, aku punya keluarga di sini. Sebaiknya kamu pergi sekarang, aku akan memakan sarapan darimu. Jangan khawatir.” Della menggelengkan kepala, ia tidak mau pergi sebelum melihat Daniel makan. “Aku akan pulang nanti, jadi kamu makan saja dulu. Orang tuamu mana? Aku ingin menyapa mereka karena tidak baik bukan kalau aku tidak menyapa pemilik rumah?” Della menatap Daniel yang menggaruk tengkuknya, ia menduga kalau Daniel tidak akan mengizinkannya. “Maaf, Della. Orang tuaku sedang tidak ada di rumah, jadi aku harap kamu mengerti dan segera kembali ke istana agar orang tuamu tidak mencarimu. Kamu harus tahu kalau mereka pasti akan cemas jika kamu tidak ada.” Daniel berusaha untuk membuat Della pergi dari rumahnya, ia sendiri merasa tidak tenang sekarang. Takut apabila ada yang melihat dan menjadi bahan gosip. “Pokoknya aku tidak akan pulang dari sini,” kata Della. “Aku akan tetap di sini sampai orang tuamu pulang. Jika kamu ingin aku pergi, berjanjilah untuk tinggal di istana. Kamu selalu saja menolak dan mengusirku, memangnya aku ini apa? Aku itu seorang putri sehingga kamu seharusnya tidak memperlakukan aku seperti itu.” Della merajuk sambil bersedekap, menatap Daniel yang menggelengkan kepala. Bukan pilihan yang tepat apabila tetap membiarkan Della berada di rumahnya, jadi Daniel memutuskan untuk menaruh sarapan dari Della dan keluar rumah. Ia menarik lengan sang putri menuju kuda. “Kamu kendarai kudamu dan kita akan ke istana bersama. Jangan menolak permintaanku. Sekarang laksanakan!” Mendengar perintah dari Daniel, Della merasa kalau memang kehadirannya tidak diinginkan. Bukannya menaiki kuda, ia justru berjongkok dan menangis. Ia hanya ingin bertemu dengan orang tua Daniel dan melihatnya makan, akan tetapi sepertinya ia tidak diizinkan untuk melakukannya. Ia menatap rerumputan sambil masih menangis, hatinya merasa sedih. Daniel menghela napas, ada rasa tidak tega dalam dirinya melihat Della menangis. Namun, ia tidak bisa membiarkan Della tetap ada di sini karena tidak ingin rencana orang tuanya semakin berhasil. Ia juga telah berjanji pada Bella untuk sama-sama mencari penawarnya sebelum memberi tahu raja dan ratu agar masalahnya tidak melebar. Ia mendekati Della dan menyuruhnya untuk bangun. “Aku mohon padamu untuk tidak menangis lagi,” ujar Daniel masih berupaya membuat Della berdiri, pasalnya perempuan itu tetap kukuh untuk berjongkok. “Aku akan mendatangi istana, jadi tidak ada gunanya kamu di sini. Kita akan bertemu lagi di sana. Tolong jangan membuatku murka, Della. Aku sudah mengenalmu lama, mengertilah aku.” Saking kesalnya, Della mengempaskan tangan Daniel sebelum berdiri sembari menatap lelaki yang dicintainya dengan air mata menetes. “Kenapa aku harus mengerti kamu? Sedangkan kamu sendiri tidak mengerti perasaanku? Aku ke sini datang baik-baik akan tetapi kamu malah mengusirku. Bilang saja kamu tidak menyukai kedatanganku,” ucapnya sambil masih menangis tersedu-sedu. Tidak ingin membuat Della merasa sedih lagi, Daniel pun mendekat dan mengusap air matanya. Tentu ia benar-benar tidak bisa melihat Della terus mengeluarkan air mata akibat perlakuannya sendiri. “Aku senang dengan kedatanganmu dan tidak berniat mengusirmu. Aku harus datang ke istana untuk bekerja, kebetulan kamu datang, maka sebaiknya kita ke istana bersama. Jangan menangis lagi ya.” Della pikir Daniel akan membentaknya lagi, ternyata lelaki itu bersikap lebih baik. Ia merasa hatinya luluh kembali berkat usapan tangan Daniel pada pipinya. Ia pun memeluk tubuh Daniel tanpa persetujuan lelaki itu dan membaui aroma tubuh Daniel yang akan ia ingat selalu. Berada sedekat ini dengan sosok yang ia cintai, rasanya begitu bahagia dan menenangkan. Ia tidak bisa menahan diri untuk tidak memiliki Daniel, ia harus segera membuat Daniel jatuh cinta padanya kemudian menikah. Daniel tidak melepaskan pelukan Della, sebab ia pernah membayangkan berada di posisi ini. Masalah yang membuat kepalanya terasa meledak yaitu kenyataan kalau Della memeluk dan menangisinya bukan dari hatinya yang tulus melainkan sihir yang digunakan oleh orang tuanya. Ia tidak ingin bersyukur, baginya lebih baik cintanya ditolak daripada diperlakukan seperti ini. Melepaskan pelukan Della, Daniel sadar kalau perempuan itu kecewa. Ia tersenyum tipis agar tidak membuat Della curiga kalau dirinya merasa tidak nyaman. “Sekarang kamu dengarkan aku ya. Kamu naik kudamu dan kita ke istana bersama. Sarapanmu akan aku ambil kemudian aku makan di istana saja. Bagaimana? Kamu setuju bukan?” “Aku setuju.” Della mengusap air matanya sambil membalas senyum Daniel. “Aku harap kamu akan suka dengan masakanku karena aku membuatnya penuh cinta. Aku akan menunggumu di sini, jangan lama-lama ya.” Della membiarkan Daniel berjalan menuju rumahnya untuk mengambil sarapan yang ia buat, tidak sabar rasanya mendengar pendapat Daniel mengenai masakannya. Daripada berdiam diri menunggu Daniel, Della memutuskan untuk melihat tanaman yang tertata rapi di pot. Ia baru tahu kalau orang tua Daniel suka mengoleksi tanaman, jadi sekarang ia tahu cara yang tepat untuk memikat mereka. Untuk membuat Daniel tidak bisa menolaknya, maka ia perlu meyakinkan orang tuanya. Ia melihat Daniel sudah keluar rumah sehingga menghampirinya. “Apa kita tidak pergi setelah orang tuamu pulang saja? Lagian, aku ingin menyapa ibumu yang sudah memberikan kue padaku. Aku sangat menyukai kue buatan ibumu, lain kali aku akan meminta dia untuk membawanya lagi. Aku rasa sebaiknya orang tuamu menyia toko kue, aku jamin pasti akan laris.” Daniel tersenyum canggung, ia tidak mengharapkan kalau ibunya akan membuatkan Della kue atau makanan apa pun. Della bisa berkata demikian karena belum mengetahui niat busuk orang tuanya. Andai perempuan itu tahu, sudah pasti akan membuat orang tuanya mendapatkan hukuman yang setimpal, Della sedang tidak sadar saja karena terkena guna-guna. “Itu usulan yang bagus, akan tetapi orang tuaku tidak ada keinginan membuka toko kue. Kita pergi sekarang saja, belum tentu orang tuaku akan datang dengan cepat. Aku tidak ingin membuat orang di istana merasa cemas karena kamu tidak ada. Ayo!” ajak Daniel sambil menggandeng lengan Della agar tidak menolak permintaannya. “Tunggu sebentar,” kata Della, ia membenarkan gaunnya yang kusut, ini pasti karena ia berjongkok tadi. Setelah memastikan gaunnya tidak terlalu kusut, ia pun hendak menaiki kuda dengan bantuan Daniel. Namun, ia menghentikan niatannya saat mendengar suara orang tua Daniel, jadi ia melepaskan tangan Daniel. “Bibi, Paman!” teriak Della menyapa orang tua Daniel. Ia berlari kecil mendekat kemudian menyalami tangan Yuna dan Baron. Ia merasa dadanya berdetak begitu kencang seperti ingin berkenalan dengan calon mertua. Yuna memeluk Della sambil melirik pada putranya yang terlihat diam di tempat, ia lalu menyenggol lengan Baron sembari memberikan isyarat untuk membawakan barang belanjaan yang sengaja ia taruh. “Della, Bibi senang sekali kamu datang ke sini. Apa kamu datang untuk menemui Daniel? Oh, Putraku sungguh sangat beruntung. Apa sebaiknya kita bicara di dalam?” Della semringah dengan ajakan Yuna, ia merasa orang tua Daniel jauh lebih menerima keberadaannya, tidak seperti Daniel tadi. “Iya, aku datang menemui Daniel dan juga memberinya sarapan. Aku sudah memberi tahu untuk menunggu kedatangan Paman dan Bibi akan tetapi Daniel menolak. Bersyukur kalian datang tepat waktu, jadi aku setuju untuk bicara dengan kalian di dalam.” Ada rasa bahagia yang membuncah di hati Yuna mengetahui kalau Della sepertinya mengulur waktu untuk bisa bertemu dengannya. Ia tahu kalau ramuan yang dicampurkan pada kue telah memberikan manfaatnya. Della pasti sekarang sudah mabuk kepayang pada putranya, rencananya pasti akan berhasil. Ia sungguh tidak sabar menyaksikan Daniel dan Della menikah. “Apa itu tidak merepotkan? Kamu tahu sekali kalau Bibi belum membuatkan sarapan untuk Daniel, jadi seharusnya dia memakan sarapannya dulu kan?” Yuna menggandeng tangan Della untuk mendekati Daniel. “Kenapa kamu malah mengusir Della yang cantik ini? Dia datang dengan tujuan yang baik. Jadi, jangan terburu-buru, Ibu yakin Vodo akan mengerti.” Yuna tersentak kaget saat Daniel menyentak tangannya yang hendak memegang bahu putranya. Daniel menarik napas lalu mengembuskannya, tak ada maksud untuk marah pada ibunya andai ia bisa bicara tentang rencana licik orang tuanya. Ia harus pandai menutupi agar tidak berbalik arah padanya sebab tidak ada bukti yang dimiliki. “Aku harus pergi ke istana, maka aku mengajaknya untuk pergi sekalian. Aku bisa memakan sarapan di sana sambil bertugas, jadi sudah sepatutnya aku membawa Della pulang.” Baron menepuk punggung putranya, mengabaikan Daniel yang terkaget. “Tujuanmu membawa Della pulang ke istana memang baik, akan tetapi sebaiknya kamu membawanya masuk dulu, kita bicara dari hati ke hati. Della pasti datang ke sini dengan niatan, jadi kita harus memperlakukannya dengan baik sebagai tamu. Kamu tidak boleh memaksanya untuk pergi juga apabila dia tidak mau.” Della senang sekali ketika mendengar Baron dan Yuna membelanya. Itu tandanya mereka telah memberikan sinyal kalau keberadaannya berarti. “Aku sudah bicara padanya, Paman. Daniel saja yang tidak mau, aku sempat menangis tadi karena dia membentakku. Daniel sepertinya tidak suka ada aku di sini.” Kaget dengan ucapan Della, Yuna mencubit pinggang putranya. “Kamu membuat Della menangis? Astaga! Apa kamu sudah gila? Jangan membuat hubungan pertemanan kami berantakan hanya karena kamu tidak memperlakukannya dengan baik. Sebaiknya kamu jangan dulu pergi ke istana, kita bicara dulu.” Yuna menarik pakaian Daniel agar ikut berjalan ke rumah. Ia melihat Della berusaha mengakrabkan diri dengan Baron, ini seusai dengan rencananya. Daniel menatap tidak suka pada ibunya, ia mencoba melepaskan diri dan berhasil. Ia melihat Della berdiri di dekat pintu sambil mengamati dirinya dan sang ibu. “Aku akan pergi ke istana. Terserah apabila kalian ingin menghabiskan waktu bersama. Aku tetap pada keputusanku, kalian mau terima atau tidak, bukan urusanku.” Yuna menahan kepergian Daniel. “Ibu mohon padamu untuk masuk. Jangan membantah Ibu. Kita harus memperlakukan Della dengan baik, jangan membuat segalanya menjadi lebih rumit. Memangnya kamu mau berhenti bekerja di istana? Kamu harusnya bersyukur Vodo mau menerimamu sebagai salah satu prajurit tanpa seleksi.” “Itulah kenapa aku harus datang tepat waktu agar keputusan paman Vodo memperkerjakanku tidak salah. Jika aku menghabiskan waktu untuk bicara dengan kalian, aku pasti telah memanfaatkan keistimewaan dengan berleha-leha. Aku tidak mau dicap sebagai prajurit yang tidak kompeten. Aku pergi.” Della menghadang Daniel. “Kamu tidak seharusnya bicara seperti itu pada Ibumu. Aku yakin sekali kalau ayahku akan mengerti. Kamu tenang saja, aku akan bicara padanya mengenai keterlambatanmu datang. Bagaimana? Ini pasti membuatmu lebih tenang bukan?” Daniel mencoba menyingkirkan tubuh Della dari hadapannya meskipun perempuan itu tetap pada pendiriannya untuk tidak membiarkan dirinya pergi. Ia menatap Della dengan jengah dan memegang kedua bahunya sebelum benar-benar membuat Della tidak menghalangi jalannya lagi. Ia harus pergi dari tempat ini sebelum dirinya menjadi ikut-ikutan tidak waras. Baron menampar wajah putranya, ia sedari tadi mendengar pembicaraan mereka walaupun tidak bertindak apa pun. Putranya tidak tahu bagaimana bisa menjadi sulit diatur, padahal hanya menuruti ucapan ibunya saja. Ia menatap Daniel penuh amarah. “Masuk ke rumah atau kamu tidak akan membiarkan kamu bekerja lagi.” Suara ringkikan kuda membuat Yuna, Baron, Della dan Daniel menoleh. Bella turun dari kuda sembari mencoba menyingkirkan segala pertanyaan dalam benaknya. “Aku datang ke sini untuk menjemput Daniel. Ada tugas yang harus dia laksanakan.” Bella menatap Della yang pasti terkejut dengan kedatangannya, tebakannya benar sekali, kakaknya yang terkena guna-guna mendatangi rumah Daniel. “Kebetulan di sini juga ada Kakakku, sebaiknya Kakak pulang agar tidak membuat seisi istana khawatir.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD