Minuman yang tumpah

2196 Words
  Sementara itu jauh sebelum hari Levin di jadikan Menteri politik. Katrina masih menjadi mahasiswi yang hampir sebentar lagi menjalani wisuda. Katrina adalah gadis pendiam yang selalu serius dalam menghadapi apa pun. Dia gila kesempurnaan dan martabat. Saat hari wisuda tiba, Katrina di dampingi oleh orang tuanya yang sama-sama memiliki sikap serius dan disiplin. Ketika itu Andrew yang sudah menjabat menjadi seorang polisi dia datang dan mengucapkan selamat untuk wisuda Katrina dengan membawa sebuket bunga dan coklat untuknya. “Selamat hari wisuda untukmu Katrina” senyum Andrew sembari memberikan hadiah itu padanya Katrina tersenyum begitu tipis “Ya, terima kasih” jawabnya “Terima kasih Andrew” begitu lah ucapan dari ke dua orang tua Katrina Sebenarnya di hari itu Andrew ingin mengungkapkan perasaannya namun dia merasa situasinya benar-benar tidak mendukungnya. Hingga dia terus berusaha mendekati Katrina sampai akhirnya Katrina bekerja di pemerintahan. Sikap Katrina masih begitu dingin padanya. Hingga saat Katrina di angkat jabatan dan menjadi wakil menteri politik dari Levin. Semua itu berubah drastis. Katrina sering menatapi Levin diam-diam, sering sesekali tersenyum pada Levin dengan tatapan yang berbeda. Rasa benci Andrew pada Levin bertambah saat dirinya di tugaskan untuk mengatur perenovasian bandara yang di ketuai oleh Levin. Levin terus memerintahnya bersama Katrina yang selalu bersamanya sebagai wakil.   ****** Levin bersama sopirnya menuju ke gedung istana presiden bersama mobil di belakangnya yang membawa Katrina. Setelah sampai Levin turun dan segera berjalan ke dalam di ikuti oleh Katrina. Mereka begitu keren dengan langkah pasti dan tatapan serius yang terpancar dari matanya. Bahkan rekan-rekan kerja nya menyebut mereka dengan sebutan mata detektif yang mampu menemukan satu kesalahan di sebuah pemerintahan. “Selamat siang pak presiden” ujar Levin sembari mengetuk pintu ruangannya, Katrina mengangguk memberi salam padanya Presiden itu tersenyum sembari memegangi berkas-berkas di tangannya “Selamat siang, mari masuk” ujarnya “Baik pak” jawab Levin segera lalu berjalan ke dalam diikuti Katrina Saat mereka masuk pintu ruangan Presiden segera di tutup saat itu juga. Membuat Levin dan Katrina sedikit kebingungan. Mereka lalu duduk dan berhadapan dengannya. “Maaf sebentar pak, tapi apa kita tidak bersama pak wakil presiden?” tanya Levin “Itu yang akan saya bahas kali ini, kalian adalah orang-orang kepercayaanku sampai saat ini” jelas presiden dengan tatapan serius Katrina mengerutkan keningnya “Apa maksudnya pak? Mohon maaf” “Lihat berkas-berkas ini, sebelumnya renovasi bandara itu di lakukan dan di ketuai oleh pak Wakil presiden namun ada beberapa hal janggal. Di mana sebagian dana sekitar 10 persen menghilang tidak sesuai dengan pengeluaran. Itulah menjadi alasan terbesar saya kenapa tahun ini saya serahkan pembangunan itu pada kamu Levin” jelas Pak Presiden menatapi Levin dengan tatapan serius Levin dan Katrina yang baru mengetahui ini sontak mereka terkejut “Jadi pendanaannya tidak sesuai? Pantas saja kenapa perenovasian ini masih belum selesai padahal ini sudah beberapa tahun lho, bahkan jika di hitung seharusnya tahun depan perenovasian ini sudah selesai” jelas Katrina menatapi presiden dengan tatapan serius “Ya, itu juga prediksi dariku tapi semuanya menjadi tidak terkendali. Saya tidak bermaksud untuk mencurigai pak wakil, saya hanya berharap kalian bisa mengatur pendanaannya. Dan pastikan pak Wakil tidak ikut campur dalam hal ini” jelas presiden serius Levin mengangguk sembari sedikit berpikir “Ya, kami akan atasi semuanya. Sebisa mungkin pak” jelas Levin menatapi presiden itu serius “Ya baguslah” pak presiden tersenyum lega   ****** Kembali ke sudut bandara yang dalam proses perenovasian itu, Andrew nampak menunggu seseorang di parkiran. Sementara Hanna dan David masih memantau proses pembangunan yang masih rampung. “Pak wakil lama banget, kalau gini caranya bisa-bisa Levin dan Katrina kembali” gerutunya khawatir Tiba-tiba ponsel Andrew berdering nyaring, membuat Andrew segera mengangkatnya tanpa begitu jelas melihat siapa nama kontak yang meneleponnya. “Hallo pak wakil, anda sudah di mana? Kenapa lama sekali?” ujar Andrew yang tergesa-gesa itu Vinson yang meneleponnya terlihat kebingungan “Hah? Pak wakil apa Ndrew?” ujar Vinson yang lalu tertawa nyaring “Vinson? Ya tuhan jadi lo yang telpon?” ujar Andrew tersenyum kaku Vinson tersenyum “Iya Ndrew, gue mau minta ijin nih bisa gak kalau Krystal ikut beresin tugasnya di lokasi perenovasian bandara? Soalnya tugas Krystal harus beres secepatnya kan kasihan dia, lagian di sana kata abang ada menteri politik. Senggaknya kan nanti bisa bantuin Krystal. Boleh kan?” tanya nya “Hmm engga ada larangan sih, boleh-boleh aja” ujar Andrew buru-buru menyiapkan diri saat melihat mobil pak wakil presiden sudah masuk ke area parkiran Vinson tersenyum lega “Ahh syukur lah” ujarnya “Ya udah kalian siap-siap aja, mau kapan pun oke! Udah ya abang ada urusan penting” ujarnya Andrew segera menutup telponnya dan tersenyum pada pak wakil presiden yang baru saja keluar dari dalam mobil   ***** Krystal dan Vinson bersiap untuk pergi, Krystal sudah bersama dengan ibu dan ayahnya yang akan melihat keberangkatan mereka. Vinson di sambut baik di sana, seperti biasa ke dua orang tua Krystal menganggap Vinson sebagai anaknya sendiri. Karena sudah begitu lama berteman dengan Krystal. Bahkan mereka kadang menggoda Krystal untuk berpacaran saja dengan Vinson, namun Krystal menolak mereka segera. Karena Krystal hanya menganggapnya sebagai teman, tidak lebih. “Kita berangkat ya, Mom Dad” senyum Krystal sembari memberi salam Vinson mengikuti Krystal dari belakang dan juga memberi salam padanya “Kita berangkat ya, om tante” ujar Vinson “Oke, kalian hati-hati ya” ujar ibu Krystal tersenyum pada ke duanya Vinson dan Krystal mengangguk, kini ayah Krystal menatapi Vinson serius. “Vinson, ingat? Jaga baik-baik anak om, jika terjadi sesuatu habis kau” ujar ayah Krystal sembari menahan senyum “Siap om!” jawab Vinson dengan lantang Krystal membuang wajahnya sembari tersenyum “Udah lah Dad, yuk Vinson kita berangkat” ajak Krystal lalu segera masuk ke dalam mobil Vinson “Ya Krystal” jawab Vinson lalu tersenyum pada ke dua orang tuanya dan pergi ke dalam mobil mengikuti Krystal   ****** Waktu sudah menjelang cukup sore, Levin dan Katrina masih berada di bandara dan memantau beberapa kuli yang sudah bergegas untuk pulang. Levin dan Katrina hanya berdua, sementara timnya yang lain sedang mengurus pendanaan yang baru saja turun dari presiden dan negara luar yang ikut membantu. Levin memercayakan semua pada timnya. “Semua sudah selesai hari ini sepertinya pak” ujar Katrina menatapi Levin serius Levin mengangguk “Ya” sembari duluan melangkahkan kakinya, Katrina mengikutinya di belakangnya. “Mungkin sebaiknya kita mengecek dulu, Perwira Andrew dan yang lainnya” jelas Katrina “Ya, kita cek dulu” ujar Levin Mereka berdua pun menuju ke dalam ruangan bandara yang sudah berdiri kokoh itu, lorong demi lorong mereka lewati. Langkah Levin yang pasti seakan membuat Katrina merasa dirinya sedang di jaga olehnya. Katrina tersenyum-senyum sembari menatap Levin dari belakang tanpa Levin sadari. Mereka pun sampai di ruangan yang sudah Andrew, Hanna dan David gunakan. Levin memasuki ruangan itu begitu saja bersama Katrina karena memang pintu ruangan itu tidak mereka tutup. “Pak Levin” ujar Hanna terkejut lalu menunduk padanya Begitu pun dengan Andrew dan David yang segera menunduk. Mereka seakan memberi kode satu sama lain. “Bagaimana? Sudah kalian cek semuanya?” tanya Levin dengan tatapan datarnya “Sudah pak, sudah hampir selesai” jawab Andrew segera Levin mengangguk “Baiklah, pastikan semua dana tersalurkan sesuai dengan yang sudah saya datakan tadi. Apa-apa saja pengeluarannya harus jelas” ujar Levin “Kalian harus terbuka dan jangan menutup-nutupi sesuatu. Kami mengatakan ini karena belajar dari tahun kemarin. Harap di pahami kata demi kata yang kami jelaskan” ujar Katrina menambahkan Levin menatapi Katrina datar “Hentikan Katrina” ujarnya “Baik pak, maaf” ujar Katrina menunduk Hal itu membuat mereka saling bertatapan terlihat seperti orang yang kebingungan, Levin duduk di kursinya dan melihat laporan-laporan yang terbeber di meja. “Perwira Andrew, bukankah pak Gill ayah anda akan ikut menjadi donatur bandara?” tanya Levin sementara matanya masih sibuk membaca deretan laporan itu “Ya pak” angguk Andrew segera Levin tersenyum “Bapak Gill hebat, dia mantan komandan polisi yang selalu saya kagumi. Mohon sampaikan salam saya padanya” jelas Levin “Ya, baik pak tentu” jawab Andrew segera Levin membereskan semuanya dan menatapi mereka serius sedikit tersenyum “Berkas-berkasnya sudah saya pahami, bagus! Kerja kalian cepat, kalian boleh pulang ke tempat kerja kalian. Saya dan Katrina pun akan kembali ke kantor” jelas Levin Mereka bertiga tersenyum “Baik pak” jawab ketiga nya bersama Levin bangun dari duduknya lalu hendak pergi dari ruangan “Oke, selamat sore semuanya” ujarnya lalu pergi “Selamat sore pak” angguk ke tiga nya tersenyum merekah Levin pun pergi dari ruangan itu terlebih dahulu lalu diikuti oleh Katrina segera. Kepergian Levin dan Katrina membuat ke tiga orang itu membuang nafasnya lega. “Akhirnya dia pergi juga” ujar Andrew yang lalu membawa lembaran rahasia yang dia simpan di dalam jas kepolisian nya Hanna dan David tersenyum “Ternyata semudah itu mengelabuinya?” tambah Hanna “Secerdas siapa pun pasti ada kelemahannya” ujar David Andrew menyimpan berkas rahasia itu di atas meja tepat di dekat lembaran yang tadi sudah Levin baca. Andrew lalu duduk di kursi yang baru saja Levin duduki. “Dia tadi berlagak bijaksana di kursi ini, hah gak tau apa dia lagi kita bodohi” senyum Andrew menatapi deretan tulisan -50.000.000.000 dari transferan negara-negara lain yang sudah memberi bantuan.   ****** Levin tersenyum tipis sembari berjalan menyusuri lorong “Katrina, tolong cek berapa nominal transferan dari negara lain untuk pembiayaan bandara ini” jelas Levin sembari berjalan “Di cek pak? Memangnya ada apa?” tanya Katrina dengan tatapan serius Levin berhenti dan menatapi Katrina serius “Saya ingin memastikan saja” jawabnya cepat lalu tersenyum tipis Katrina mengerutkan keningnya menatapi Levin, lalu dia mengangguk ragu “Baik pak, akan coba saya cek” jawabnya segera “Oke” Levin mengangguk lalu kembali melangkahkan kakinya dengan langkah yang pasti Levin tersenyum “Saya mengingat betul, deretan pengeluaran yang tertulis di lembaran-lembaran itu. Jangan menganggapku bodoh, tim yang jauh lebih bodoh!” gerutu Levin dalam hatinya “Apa ini artinya pak Levin mencurigai mereka? Hah untunglah karena dari awal pun aku tidak bisa memercayai mereka” gerutu Katrina dalam hatinya Levin membelokkan langkah kakinya saat melewati sebuah sudut ruangan, saat itu pun tanpa dia duga-duga seorang gadis berdiri di sana dan terlihat bercengkerama dengan pria di sampingnya. Entahlah, tatapan Levin teralih padanya dan berakhir saling bertubrukan dengannya. Hingga minuman yang di pegang gadis itu tumpah ke baju Levin. Sontak dengan begitu refleks Katrina memegangi tangan Levin untuk menghindari jatuhnya Levin ke lantai. Begitu pun dengan Vinson yang segera menarik tangan Krystal dan menahannya supaya tidak terjatuh. “Astaga!” sahut Katrina terkejut Vinson menggelengkan kepalanya melihat cairan berwarna coklat kini menempel di kemeja putih Levin. “Ya tuhan” ujar Vinson “Mati gue” ujar Krystal perlahan dengan mulut menganga Levin menatapi kemejanya dengan terkejut lalu menatap ke arah gadis itu “Kenapa saya barusan malah melamun saat menatapnya, kenapa tidak menghindar saja? Ah sialan, pakaianku tidak pernah sekotor ini sebelumnya” gerutu Levin dalam hatinya “Ma-maafkan saya pak, saya mohon maaf dengan sangat” ujar Krystal menatapi Levin dengan penuh permohonan Levin berusaha membersihkan bajunya, Katrina pun membantunya dengan menggunakan tissu. Begitu pun dengan Krystal yang refleks membantu Katrina. “Hentikan” ujar Levin membuat ke dua wanita itu menghentikan aktifitasnya Katrina dan Krystal menatapi Levin “Kalian berdua hentikan, saya bisa bersihkan sendiri” ujar Levin dengan tatapan datar menatapi Krystal “Maaf” jawab Krystal dan Katrina bersamaan lalu menjauh dari Levin Vinson menatapi Levin serius “Maafkan teman saya ya pak, bapak pasti pak Levin? Menteri politik itu ya? Kenalkan saya Vinson adik kandungnya perwira Andrew” jelas Vinson dengan senyuman merekah padanya “Apa? Dia menterinya? Tapi kenapa masih muda banget?” gerutu Krystal dalam hatinya “Pantesan belagu, masih muda udah jadi menteri! Siapa yang engga bangga coba” gerutu Krystal lagi dalam hatinya Katrina tersenyum saat tahu ternyata itu adalah Vinson “Vinson? Ya ampun udah besar kamu” ujar Katrina menyapa “Mba Katrina?” sapa Vinson tersenyum “Kalian dekat?” tanya Levin datar Katrina dan Vinson mengangguk segera “Ya, saya kenal karena Andrew kan teman saya pak” jelas Katrina “Iya begitu” jawab Vinson segera dengan tersenyum ramah Levin tersenyum tipis “Rupanya dia berbeda dengan kakaknya” ujarnya sangat pelan hingga siapa pun tidak mendengarnya dengan jelas “Hah ada apa pak?” sahut Vinson bertanya Levin menggeleng lalu menatapi Krystal datar “Kenapa kamu berjalan sembari berbicara? Tanpa fokus dengan apa yang kamu lewati?” tanya nya Krystal menatapi Vinson dengan tatapan takut, lalu kembali memberanikan diri menatapi Levin “Iya, saya salah pak. Maaf kan saya, saya bisa kok cuci baju bapak” ujar Krystal kaku “Maksud kamu? Buka baju saya di sini?” tanya Levin datar Krystal menggelengkan kepalanya segera, hal itu membuat Katrina dan Vinson sedikit menahan senyum. “Engga pak bukan gitu, hmm maksudnya ya saya cuci baju bapak dulu nanti saya kembalikan” jelasnya “Sudah lah lupakan saja, oh ya kenapa kalian ke sini?” Tanya Levin menatapi ke duanya serius Krystal memanyunkan bibirnya sebal “Cih, ini cowok nyebelin banget sih” gerutunya dalam hati  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD