Levin menatapi Vinson serius dan menunggu jawabannya “Hmh saya mau antar Krystal mengerjakan tugas kuliahnya, kebetulan tugas kuliahnya di lapangan. Dan kebetulan lagi Krystal ambil studi politik, saya tahu dari bang Andrew katanya dia sedang mengerjakan proyek pemerintah untuk perenovasian bandara dan menteri politik Levin juga ada di bandara dia menjadi ketua tim. Jadi saya menyarankan Krystal untuk mengerjakan tugasnya di sini, apa kami bisa diizinkan?” tanya Vinson berhati-hati
“Dan kebetulan juga mahasiswi yang akan mengerjakan tugas lapangan itu, kini menumpahkan kopi di kemeja saya. Kebetulan saya menteri politik Levin yang awalnya akan menjadi narasumber mahasiswi ini, jadi mau bagaimana?” tanya Levin menatapi Krystal serius
Krystal menahan amarahnya “Hmh saya meminta maaf dengan sangat pak, saya mohon beri saya ijin karena saya juga sudah jauh-jauh kemari” jelas Krystal
“Iya pak berikan saja mahasiswi ini ijin” jelas Katrina pelan karena kasihan menatap Krystal
Levin membuang nafasnya berat “Saya juga masih mempunyai beberapa pekerjaan dan saya sekarang terpaksa harus ke rumah dulu untuk mengganti baju, padahal jelas-jelas jaraknya cukup jauh” ujar Levin yang aura tampannya kian terlihat menyebalkan untuk Krystal
“Ya tuhan sepertinya Krystal akan sulit mendapat ijin” gerutu Vinson dalam hatinya
“Sialan! Dia jago banget membulak-balikan perkataan sih, makin so berkuasa banget! Nyebelin!” gerutu Krystal dalam hatinya
Krystal menatapinya kembali dengan tatapan sendu “Saya minta maaf banget, saya juga Cuma punya waktu 1 minggu lagi untuk menyelesaikan tugas ini, saya mohon pak” tambahnya
“Baiklah” angguk Levin segera dengan santai
Katrina, Vinson dan Krystal membuang nafasnya lega “Hmhh yang bener pak?” senyum Krystal
“Ya, besok kalian boleh kesini untuk melengkapi tugasnya. Dan sesuai dengan yang kamu tawarkan tadi, saya akan membawa kemeja kotor ini besok untuk kamu cuci di sini” jelas Levin serius
Krystal membelalak “Di cuci di sini?” tanya nya
“Udah lah Krystal, iya kan aja” bisik Vinson segera
Levin mengangguk “Ya, bukannya kamu juga yang menawarkannya?” tanya nya
“Baik pak, saya akan cuci besok” angguk Krystal dengan tatapan yang benar-benar kesal
Levin tersenyum “Bagus” ujarnya lalu pergi dari hadapan mereka berdua, diikuti Katrina di belakangnya yang tersenyum pada Krystal dan Vinson
“Sialan menteri songong itu kok gitu amat sih, hahh tapi ya udah lah gue harus selesaikan tugasnya juga. Terpaksa deh, lagian waktunya cuman satu minggu” gerutu Krystal dalam hatinya
Tiba-tiba Levin menghentikan langkahnya dan membalikkan badannya kembali menatapi Krystal “Jangan membicarakan saya, sekalipun itu hanya di pikiranmu. Saya bisa mendengarnya” ujar Levin tersenyum lalu kembali melangkahkan kakinya
“Pak Levin ini kenapa? Kok terlihat senang sekali berhadapan dengan gadis itu” gerutu Katrina dalam hatinya
Krystal memegangi kepalanya “Sialan Vinson! Otak gue di hack sama dia, apa orang cerdas bisa melakukan hal segila itu?” gerutu Krystal lalu pergi dan meninggalkan Vinson
“Tenang Krystal, yang penting sekarang kita udah punya ijinnya kan” ujar Vinson mengikutinya sembari tersenyum
Krystal memutar bola matanya lalu mengangguk-angguk saja “Iya, iya deh ah” ujarnya
******
Levin tersenyum-senyum sembari berjalan menuju ke parkiran. Sementara itu Katrina hanya mengikutinya dengan tatapan serius. “Dia benar-benar” ujarnya dalam hati
“Pak jadi bapak akan ke rumah dulu?” tanya Katrina
Levin mengangguk “Ya, kau duluan saja ke kantor ya” ujar Levin lalu masuk ke dalam mobilnya
“Baik pak” angguk Katrina tersenyum dengan hati yang sedikit tergores
Katrina pun masuk ke dalam mobilnya “Hati memang sulit di tebak, aku yang selama ini bersamanya. Tapi dia lebih tertarik gadis yang baru saja dia temui” gerutunya lagi dalam hati
******
Vinson dan Krystal masuk ke sebuah ruangan yang sudah Andrew kirimkan lewat pesan. “Andrew?” sahut Vinson yang masuk ke dalam bersama dengan Krystal
“Vinson?” sahut Andrew yang segera bangun dari duduknya di kursi Levin itu dan menatapi adiknya terkejut
Begitu pun dengan David dan Hanna “Adik kamu Ndrew?” tanya David
“Ya adik gue, Vinson” jelas Andrew memperkenalkan
Vinson tersenyum pada semuanya “Perkenalkan saya Vinson” jelasnya
“Ada apa dengan mereka?” tanya Krystal lalu menatapi semuanya dengan seksama
Vinson menunjuk Krystal “Dan ini Krystal mahasiswi politik yang akan mengerjakan tugas itu” jelasnya
“Ahh manisnya” senyum Hanna padanya
Krystal tersenyum “Terima kasih, salam kenal” ujarnya
“Salam kenal” angguk Hanna dan David
Andrew menatapi Vinson “Kalian secepat ini? Abang pikir kalian masih di jalan” jelasnya berbasa-basi
“Jalanan engga semacet di kota kita bang” senyum Vinson
Krystal ikut tersenyum lalu menatap ke berkas-berkas yang ada di meja, di mana berkas teratas membuat Krystal sedikit mengerutkan keningnya. “Apa ini? Transferan sebesar 50.000.000.000?” gerutu Krystal dalam hatinya
Dia pun menatapi berkas-berkas di bawah di mana tertulis data-data sumbangan dari negara lain untuk pembangunan bandara. “Berkas apa ini?” Tanya Krystal serius
“Ini berkas milik pak Levin, harap biarkan! Jangan di ganggu, soalnya dia bisa marah besar” jelas Andrew
Krystal pun mengangguk “Sebaiknya aku katakan ini pada Vinson nanti” ujar nya lagi dalam hatinya
“Hmh kita udah di ijinin kok bang, gue sama Krystal besok mulai kemari” jelas Vinson
Andrew mengangguk “Baiklah, selamat datang di proyek bandara yang belum kelar-kelar ini, semoga tugas kamu juga cepat selesai Krystal” jelas Andrew tersenyum
“Belum kelar-kelar?” gerutu Krystal dalam hatinya
“Apa pak Levin?” sahut Krystal dalam hatinya lagi kembali menatapi berkas-berkas itu
Krystal mengangguk sedikit tersenyum “Amin bang, semoga cepat selesai” jawabnya
*******
Sementara itu mobil Levin memasuki area perumahan megah yang merupakan rumah keluarga Mads. Keluarga yang selalu masuk jajaran pemerintahan. Levin keluar dari dalam mobil dan menatapi parkiran, di mana di sana ada deretan mobil yang berjajar termasuk milik adiknya, Daisy. “Ternyata dia udah pulang” senyum Levin lalu melangkahkan kakinya segera masuk ke dalam rumahnya.
Levin dengan kemeja kotor yang masih di pakainya itu dia berjalan percaya diri seperti biasa “Levin pulang” sahutnya setelah pintu itu terbuka otomatis oleh para pelayan
“
“Ibu dan bapak masih di luar tuan” ujar salah satu pelayan
“Oh, pantas” ujar Levin lalu segera berjalan kembali menuju ke lantai atas
Di sana dia melihat Daisy yang sedang duduk dengan seragam kantor yang masih di kenakannya. Dia duduk dengan santainya dan menyeruput segelas kopi sembari membaca majalah yang tengah di pegangnya itu.
“Uh santainya” senyum Levin mengalihkan pandangan Daisy dari majalah
Daisy mengerutkan keningnya “Kakak udah pulang? Kok cepet? Kok kemeja kakak” sahut Daisy menyerocos setelah melihat kemeja Levin kotor
“Ada insiden, kakak mau ganti baju dulu makanya pulang. Eh kamu sebelum santai gitu ganti baju dulu kalau habis kerja, mandi dulu biar seger lihatnya” jelas Levin
Daisy menaikan satu bibirnya kesal “Dih, nyeramahin. Situ juga kalau jalan hati-hati makanya kan jadi kotor gitu bajunya” jelasnya
“Hah udahlah, susah emang ngomong sama kamu” ujar Levin yang lalu segera memasuki kamarnya
Dia menatapi kepergian kakaknya “Kak, baju kotornya simpan aja di situ ya. Biar nanti Daisy yang suruh bi Susan cuci bajunya sekalian sama yang punya aku” teriak Daisy
“Engga, jangan cuci baju kakak yang ini” teriak Levin
Daisy mengerutkan keningnya “Hah? Kok jangan sih? Mau di musiumin gitu bajunya?” seriusnya
“Orang yang sudah menumpahkan kopi di baju kakak yang akan cuci sendiri sebagai ganti rugi” jelas Levin tegas
Dia pun mengangguk paham “Hah.. ya sudah saking disiplinnya anda gitu amat sama orang” cerocos Daisy
******
Vinson dan Krystal kembali ke apartemen yang sudah mereka sewa untuk satu minggu itu, apartemen itu hanya untuk Krystal tinggali sementara Vinson tinggal di rumah kakaknya yang tidak jauh dari sana. “Ah tempatnya nyaman kan Krystal?” tanya Vinson tersenyum pada Krystal yang tengah berpikir itu
“Lo kenapa Krystal?” tanya Vinson lalu duduk di samping tempat tidur dekat Krystal duduk
Krystal menatapi Vinson serius “Lo gak lihat berkas di meja pak Levin tadi?” Tanya nya
“Berkas apa?” Tanya Vinson “Ah berkas yang kata Andrew jangan di lihat itu ya? Engga lah gue engga lihat” jelas Vinson segera
Krystal membuang nafasnya berat “Gue gak sengaja baca itu Vinson, berkas milik pak Levin itu berisi transferan uang sejumlah 50 milyar dan berkas di bawahnya lagi gue lihat berkas sumbangan dari negara saudara untuk perbaikan bandara. Gue heran kenapa di sana ada berkas transferan 50 milyar ke rekening pribadi seseorang? Bukannya itu sedikit mencurigakan?” tanya Krystal
“Hah, jadi gimana maksud lo?” gerutu Vinson mendekat
“Lo denger kan tadi? Abang Andrew bilang renovasi bandaranya tidak kelar-kelar. Kenapa gue jadi sedikit curiga sama si sombong pak Levin itu?” ujar Krystal terlihat sangat serius
Vinson mulai memikirkan itu “Krystal jadi maksud lo, pak Levin korup uang pembangunan?” tanya Vinson
“Ya kurang lebih itu yang gue pikirin, kita harus menyelidiki kasus ini” jelas Krystal
Vinson menatapi Krystal serius “Krystal lo masih mahasiswi dan gue baru aja jadi polisi, gue rasa kita masih terlalu awam untuk hal ini. Sebaiknya kita bicara dulu sama bang Andrew gimana?” tanya Vinson
“Engga Vinson, justru itu! Jika gue bisa menyelidiki kasus ini sampai tuntas, dengan itu tugas gue akan memiliki nilai yang paling tinggi. Bahkan mungkin lebih dari itu, gue dan elo akan mendapat hal spesial lainnya. Lagian bukan hal yang salah kan kalau kita ingin membongkar kejahatan seseorang? Ini menyangkut rakyat dan keadilan negara kita Vinson” ujar Krystal penuh dengan tekanan
Vinson mengangguk pelan “Ya sih, ucapan lo ada benarnya juga”
“Dengan ini gue mohon Vinson, jangan biarkan siapa pun tahu tentang kita yang akan menyelidiki ini. Cukup kita berdua saja yang tahu, oke?” ujar Krystal menatapinya serius
Vinson mengangguk segera “Ya Krystal, kita harus mencoba mencari tahu” jawab Vinson