Arman perlahan membuka amplop putih yang diberikan Lestari. Tangannya gemetar saat ia merobek bagian tepinya, seolah-olah amplop itu mengandung beban yang jauh lebih berat daripada selembar kertas. Di dalam hatinya, ia sudah tahu apa yang ada di dalamnya, tetapi membacanya langsung terasa seperti mimpi buruk yang tak bisa ia hindari. Amplop itu berisi surat gugatan cerai—tanda bahwa pernikahannya dengan Lestari, yang telah bertahun-tahun ia bangun, berada di ambang kehancuran. Kertas putih itu seakan menceritakan akhir dari sebuah bab panjang dalam hidupnya, bab yang diwarnai oleh cinta, pengkhianatan, dan rasa bersalah yang semakin hari semakin mendalam. Lestari, yang berdiri di hadapannya, menatap tanpa ekspresi. Namun, di balik mata dingin itu, Arman bisa melihat rasa sakit yang mendal