6 | Kedatangan Yang Tiba-tiba

1052 Words
Steve terlihat begitu segar hari ini, semua staff yang menyapa sang CEO, Pasti di balas dengan senyuman yang merekah. "Pagi Pak Steve..." sapa salah satu karyawan wanita. "Pagi..." balas Steve santai dan tersenyum. "Heii..!!" Austin merangkul bahu Steve. "Yoo..!!" balas Steve tidak kalah semangat. Dan Austin bisa menangkap perubahan ekspresi Steve yang sangat berbeda dari beberapa hari ini. "Kenapa semalam kau langsung pulang ?! Tanpa pamit! Michael, Ron, dan Gerry mencarimu dan Bella..!!" terang Austin. "Ahh… Sorry Bro! Semalam Bella merasa sedikit kurangnyaman!" jujur Steve. "Benarkah ? Apa Bella baik-baik saja ? Dia minum terlalu banyak kemarin malam.." tanya Austin dengan senyuman tipis. Ceklek Steve masuk ke dalam ruangannya, di susul Austin. Steve duduk di kursi kebesarannya, sedangkan Austin duduk di sofa dengan santai. "Hmm… sebenarnya… malam itu, ketika kami pulang, Bella terlihat begitu b*******h. Dan memintaku untuk langsung melakukannya dengan agresif..!!" Steve mulai bercerita, tidak menutupi hal tersebut dari Austin. Austin terdiam, berpikir dan mencerna apa yang di katakan Steve. "Dan akhirnya, kemarin malam kami lalui dengan sangat baik. Ternyata wine sangat berpengaruh !" ujar Steve dengan senyuman puas. "Ah... apa kau yakin karena Wine ?" gumam Austin seperti berbisik dan tersenyum kecut. "Huhh ?!" tanya Steve yang tidak mendengar perkataan Austin. "Bukan hal penting bro...! By the way, bagaimana persiapanmu untuk perjalanan bisnis ke Kanada ?" kilah Austin. "Semuanya sudah siap. Lagi pula hanya tiga hari…" balas Steve santai tidak menaruh curiga. "Good! Wanita di Kanada semuanya sangat-sangat cantik...! Hhhahahha!" goda Austin ke sahabatnya. "Ck! Berhentilah berkata seperti itu! Dasar sesat!" balas Steve dan tertawa ringan menanggapi lelucon Austin. Austin pun hanya menyeringai mendengar ucapan Steve. *** Tibalah hari keberangkatan Steve. "Sayang, pesawatmu jam berapa ??" tanya Bella sambil merapikan jas suaminya. "Sekitar jam 11 pagi sayang," balas Steve. "Ok ! Jangan lupa telpon ke aku ya sebelum naik pesawat...!" ujar manja Bella dan memeluk suaminya. "Tentu sayang," balas Steve dan menarik Bella kemudian mengecup bibir dan keningnya. Bella sangat senang, mereka kembali seperti pengantin baru lagi, meskipun mereka belum melakukannya lagi sejak malam itu. "Kalau begitu, aku pergi ya sayang, Bye!" tukas Steve sambil tersenyum dan membuka pintu rumah. "Iya sayang, semoga perjalananmu menyenangkan..." balas Bella dengan wajah bahagianya. Bella mengunci pintu rumah, dan pergi untuk membersihkan diri. Memenuhi bathtubnya dengan air hangat lalu memberikan aroma bunga lily yang menyegarkan dan menenangkan pikiran. Kurang lebih sepuluh menit dirinya berendam air hangat. Bella memakai pakaian tidurnya yang tipis. Ingin merebahkan diri dan beristirahat. Kebiasaannya apabila sang suami melakukan perjalanan bisnis. Dirinya lebih santai karena tidak perlu menyiapkan bekal siang dan makan malam. Bella merebahkan dirinya di tengah-tengah ranjang, larut dalam pikirannya kembali. "Kenapa sudah lewat berhari-hari tapi setiap aku menutup mataku, pikiranku langsung ke kejadian malam itu.." kalut Bella. "Perasaan itu begitu lekat dalam ingatanku dan kulitku..." Hingga Bella tertidur, di mimpinya kembali terulang kejadian malam itu. Ketika jemari Austin mengoyak miliknya dengan begitu cepat. Memberikan sensasi yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya. Hingga dirinya akan mencapai yang bernama klimaks. "Ahhh!" seru Bella dan terbangun dari tidurnya. "s**t!" maki Bella, mengutuk dirinya yang kembali bermimpi tentang kejadian malam itu. Nafasnya saling memburu, dapat dia rasakan bagian intinya sangat basah. Rinngg Suara deringan ponselnya mengejutkan Bella. "Sayang.. kamu sudah tiba ?!" tanya Bella senang. "Bella, maaf sayang... aku melupakan beberapa dokumen yang sangat penting di meja kerja ku...!" panik Steve di balik ponsel. "Ah.. jadi apa yang harus kita lakukan, Steve ?" tanya Bella bingung. "Austin akan datang, semua file ada di komputer ku sayang, aku minta tolong ke Austin untuk mengirimkannya ke email, dan Austin akan melakukan beberapa sedikit perubahan di dokumennya.." jelas Steve. Deg "Austin ? Ke rumah ?" pikiran Bella sudah tidak tenang. "Bella ??" panggil Steve tidak mendapatkan sahutan dari Bella. "Iya, Steve...!" balas Bella mau tidak mau, karena ini urusan pekerjaan. "Tolong tunjukkan ruang kerja ku ke Austin, Thank you sayang !" tutup Steve. "Ahhh.. bagaimana ini ? Orang itu akan ke sini..." gumam Bella, perasaan gugup tiba-tiba menerpanya. Bella dengan cepat mengganti pakaiannya, dengan pakaian yang lebih rapi. Dress rumah yang panjang berwarna merah terang. Tidak lama kemudian, bell rumah berbunyi. Bella membuka pintu, dan.. "Hai Bella.." sapa Austin tersenyum. "Ah iya, Austin..Silahkan masuk ..." balas Bella gugup dan menunduk. "Apa yang harus aku lakukan! Aku tidak bisa melihat wajahnya..!!" batin Bella, sambil jalan mendahului Austin. "Bella di mana ruang kerja Steve ??!" seru Austin dengan tergesa-gesa. "Oh iya, ruang kerja Steve ada di sebelah sana..!" tunjuk Bella sedikit terkejut. Mengikuti Austin sebentar, melihat dari pintu. Austin terlihat begitu sibuk berbicara dengan Steve lewat ponsel dan mengetik di keyboard secara bersamaan. Bella meninggalkan Austin, dan menuju dapur untuk membuatkan minuman hangat. Biar bagaimana pun. Tidak sopan kalau dirinya tidak menawari minuman ke tamunya. Apalagi, Austin sudah membantu pekerjaan Steve. "Fiuhhh!!" keluh Austin merebahkan p****t dan punggung di sofa ruang tamu. "Akhirnya selesai juga!" gumamnya sendiri. "Silahkan di minum Austin.." ujar Bell sambil menaruh cangkir teh panas di meja. "Terima kasih Bella, maaf sudah merepotkanmu... Dan mengganggu waktu istirahatmu.." sahut Austin dan tersenyum. "Ehhh... Itu tidak masalah Austin...!" balas Bella cepat, karena grogi berdiri di samping Austin. Tubuhnya bergetar berada di sekitar Austin. "Oh my...!!" batin Bella. "Apa kau tidak mau duduk di sini Bella ? Temani aku sebentar sampai teh ini habis.." seru Austin sambil menyesap tehnya. "Hahh ?" kejut Bella. "Ah iya..." kemudian duduk di samping Austin dengan jarak yang cukup jauh dan sedikit memiringkan tubuhnya. "Kenapa kau bertingkah begitu canggung Bella? Kau tidak seperti biasanya." suara Austin seperti pukulan telak untuk Bella. Deg deg deg "Tidak Austin, aku hanya sedikit ngantuk.." kilah Bella tapi tetap tidak bisa menutupi wajah panik dan memerahnya. "Apa karena kejadian malam itu ?" tanya Austin to the point. "Hahh!" kaget Bella yang tidak menyangka dapat pertanyaan seperti ini dari Austin. "Ti-dak..! Bukan seperti i-tu..!!" gugup Bella mengepalkan tangannya. Austin tersenyum, "Aku juga tidak menyangka, kalau kamu menerima jariku dengan sangat baik dan sangaattt lama...!" "Bukan seperti itu Austin!! Aku pikir itu adalah Steve!!" ketus Bella yang tidak terma dengan tuduhan Austin. "Benarkah ?? Jadi, kamu tidak akan mau kalau itu bukan Steve ?!" tukas Austin tersenyum miring. Dan menelisik lekuk tubuh Bella. Dress panjang dengan tali tipis sebagai penyangga terlihat begitu pas di tubuhnya. "Tentu saja!" teriak Bella marah, dan saat ia hendak berdiri. "Kyaaa!! Apa yang kau lakukan!!" teriak Bella karena sudah masuk dalam pelukan Austin.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD