Bab 21. (7 Malaikat Kematian yang Mulai Bergerak)

1057 Words
Malaikat Hitam terdiam sejenak, seakan ingin memastikan. Jika perdebatan kedua anak buahnya sudah mereda, dan usai begitu saja.  Dan akhirnya ia pun berbicara kembali. Sesudah ia yakin, bila perdebatan kedua anak buahnya sudah benar-benar berakhir. "Lebih baik sekarang kita tentukan siapa yang akan menjadi korban di malam pertama ini. Aku ingin malam ini ada 3 korban di antara mereka, yang harus mati malam ini juga ...," sambung Malaikat Hitam, dengan nada s***s.  Malaikat Hitam yang merupakan Pimpinan dan pendiri 7 Malaikat Kematian. Lalu melangkahkan kakinya, menuju ke pojok ruangan itu, dengan langkah yang mantap dan teratur, dengan begitu elegannya.  Setibanya di depan sebuah lubang yang ada di pojok ruangan itu. Ia pun menghentikan langkah kakinya, dan mengambil sebuah gelas bergambar tengkorak. Yang tertutup oleh pembungkus plastik bergambar tengkorak pula. Yang pada pinggir permukaannya sudah bolong, sebagai jalan untuk mengeluarkan sesuatu dari dalam gelas bergambar tengkorak itu. Sesudah mengambil gelas bergambar tengkorak itu. Malaikat Hitam, lalu menghampiri anak buahnya kembali. Lantas menghentikan kembali langkah kakinya. Saat dirinya telah tiba di hadapan 6 anak buahnya. Yang sudah menantinya dengan harap-harap cemas. Ia pun langsung menatap mata keenam arah anak buahnya satu persatu. Seakan ia ingin menyakini dirinya sendiri. Jika seluruh anak buahnya. Benar-benar sudah dalam pengaruh dan kendalinya. Dengan dogma-dogma dan ideologi aneh yang ia ciptakan sendiri, yang ia yakini sebagai sebuah kebenaran. Yang sejak awal mereka masuk ke dalam kelompok itu, telah di cekokin dengan ideologi dan dogma-dogma sesat ciptaannya itu. "Kita tentukan sekarang ...," ucap Malaikat Hitam dengan suara yang kejam.  Malaikat Hitam lalu mengocok gelas bergambar tengkorak itu, secara perlahan-lahan dengan tangan kirinya, seakan sedang bermain-main saja.  Tampak dari dalam gelas bergambar tengkorak itu. Keluarlah satu demi satu sedotan yang berisi kertas berjatuhan di lantai, yang bertulisan nomor pemenang kuis itu. Setelah keluar 3 potongan sedotan berwarna merah. Akhirnya Malaikat Hitam pun menghentikan kocokannya itu. Dan menaruh gelas bergambar tengkorak di lantai, sambil memungut 3 potongan sedotan itu dari lantai.  Ia pun lalu memberikannya satu persatu potongan sedotan itu kepada Malaikat Merah, Malaikat Kuning dan Malaikat Hijau. "Ambillah gulungan kertas di dalam sedotan itu. Lalu lihat, bertuliskan nomor berapakah kertas itu?" ujar Malaikat Hitam, memberi perintah kepada ketiga anak buahnya itu. Tampak mereka bertiga pun. Lalu melakukan apa yang diperintahkan oleh Pimpinan mereka itu. Secara bersamaan mereka mengambil satu sedotan masing-masing, dan langsung mengambil dan membuka lembar kertas yang ada di dalam sedotan itu. "Wow ..., nomor 6!" seru Malaikat Merah, dengan suara yang seakan terkejut melihat nomor yang tertulis pada kertas itu. "Nomor 1 ...," ujar Malaikat Kuning, dengan nada yang datar. "Nomor 7 ...," ucap Malaikat Hijau, dengan nada yang datar pula. "Sekarang kita lihat. Siapakah mereka ...?" ucap Malaikat Hitam, dengan sorot mata yang dipenuhi oleh kebahagian. Yang terpancar dibalik topeng tengkorak hitamnya. Seakan seorang maniak saja. Terlihat Malaikat Hitam lalu berjalan kembali sejauh beberapa langkah, meninggalkan 6 anak buahnya. Lalu mengambil sebuah ponsel proyektor dari lubang lainnya yang ada di pojok ruangan itu.  Setelah itu ia pun kembali ke arah 6 anak buahnya. Sedangkan Malaikat Biru terlihat mematikan lampu ruangan itu, dengan remote kontrol, yang ia ambil dari bawah patung Malaikat hitam raksasa. Saat lampu telah padam. Malaikat Hitam lalu menjalankan fungsi proyektor pada ponsel itu. Yang segera mengeluarkan gambar 10 pemenang kuis itu. Yang entah kapan mereka mendapatkan foto-foto para pemenang kuis itu. Tanpa disadari oleh para pemenang kuis itu sama sekali. Termasuk foto Noval, yang sebenarnya bukan pemenang kuis itu. "Malaikat Merah, kau harus membunuh Tigor!" "Malaikat Kuning, kau harus membunuh Anto!" "Malaikat Hijau, kau harus membunuh Ketut!" ujar Malaikat Hitam kepada 3 anak buahnya itu. Dengan suara yang tegas dan lantang. "Sebaiknya kalian ingat wajah target kalian masing-masing. Jangan sampai salah sasaran, karena yang lain adalah target bagi anggota lainnya," ucapnya, lalu menghentikan fungsi proyektor pada ponsel itu. Setelah fungsi proyektor itu berhenti. Malaikat Biru lalu menyalakan lampu ruangan itu, kembali dengan remote kontrol yang ia genggam di tangan kirinya. Setelah lampu ruangan itu menyala kembali, Malaikat Biru lalu menaruh remote kontrol itu di tempat semula. "Tentu saja, aku akan mengingat wajah targetku, Pimpinan ...," timpal Malaikat Merah, lalu melangkahkan kakinya. Dan lalu berhenti dan berdiri di depan loker berwarna merah. Tampak tangan kirinya lalu memencet tombol-tombol angka kuncian loker itu. Dan sesaat kemudian loker merah itu pun terbuka. Dan dari dalam loker itu, ia pun lalu mengambil sarung tangan merahnya, yang langsung ia kenakan. Dan setelah itu ia pun mengambil sebuah sabit sepanjang 50 cm, yang berwarna merah pada gagangnya sepanjang 30 cm. Yang ia genggam di tangan kirinya, dengan begitu kuatnya.  Seusai mengambil apa yang ia butuhkan akhirnya ia pun menutup kembali loker itu dengan kode-kode miliknya.  Terlihat Malaikat Kuning dan Malaikat Hijau pun melakukan hal yang sama dengan apa yang sudah dilakukan oleh Malaikat Merah. Setelah selesai melakukan akan hal itu. Mereka bertiga lalu pergi meninggalkan ruangan itu. Melewati pintu yang tadi dilalui oleh Malaikat Putih, untuk menuju ke arah pondok kayu di mana para pemenang kuis itu berada. Untuk membunuh tiga di antara mereka. "Sepertinya, ini malam yang indah untuk dinikmati. Lebih baik kalian kembali ke tempat kalian, Aku ingin menikmati keindahan purnama di puncak Bukit Pulau Hitam ini," ujar Malaikat Hitam. Malaikat Hitam lalu meninggalkan ruangan itu, untuk menuju ke dalam ruangan lainnya. Yang akan mengantarkan dirinya menuju ke puncak bukit Pulau Hitam. Sepeninggalan Malaikat Hitam, mereka bertiga lalu meninggalkan ruangan itu untuk menuju ke luar dari ruangan di dalam bukit itu. Begitu juga dengan ketiga Malaikat Kematian lainnya. Malaikat Hitam akhirnya tiba di atas puncak Bukit Hitam melalui jalan rahasianya. Dirinya memandang Bulan di langit dengan menyeringai nya. "Lebih baik aku tidur sekarang, di sini. Agar aku tak mengalami mimpi buruk lagi," ucap Malaikat Hitam berbicara sendiri. Seperti orang gila saja. Dirinya lalu menjatuhkan dirinya begitu saja, di rerumputan di tempat itu. Lalu tertidur terlentang dengan masih memakai kostum malaikat Hitamnya. Baru saja dirinya tertidur. Tiba-tiba saja, Malaikat Hitam terbangun. Dan langsung saja berdiri dari berbaring nya. "Dasar s**l! Kalau kau berani, tunjukan dirimu. Jangan hanya beraninya datang dalam mimpiku!" teriak Malaikat Hitam, dengan tangan yang ia kembangkan ke langit. Seperti orang yang kurang waras saja. Tak ada jawaban dari siapa pun. Akan tetapi, tiba-tiba saja datang hembusan angin kuat. Yang menerjang tubuhnya, hingga membuat dirinya terhuyung sesaat. "Apakah itu kehadirannya?" tanya Malaikat Hitam di dalam hatinya. Dengan tatapan mengarah ke dalam Laguna Kematian, seakan sedang mencari sosok yang datang dalam mimpinya itu..
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD