Bab 18. (Kabar Baik dan Kabar Buruk)

1044 Words
Semuanya pun terdiam, walaupun hanya sekejap. Yang dibuyarkan oleh perkataan dari Andro, yang begitu lantang. "Apakah ia akan menjemput kita untuk pulang, hari ini juga?" tanya Andro kepada Noval. Dengan suara keras di telinga Noval. Yang membuat pemuda tampan itu terkejut, walaupun hanya sesaat saja. "Aku tidak tahu, kita lihat saja nanti. Apa maunya, ia menghampiri kita?" timpal Noval, dengan suara yang berbisik, di telinga sahabatnya itu. Seakan takut terdengar oleh yang lainnya. Terlihat Lelaki Berewokan itu pun, lalu berhenti tepat di hadapan mereka bersepuluh. Yang ditatap penuh selidik oleh sepuluh pemenang kuis itu. Dan ia pun langsung berkata kepada mereka bersepuluh. Dengan basa-basi nya itu. "Pasti kalian sedang sibuk mencari sinyal ya?" tanyanya dengan penuh tanda tanyanya kepada sepuluh pemenang kuis itu.  Lelaki Berewokan itu lalu tersenyum, yang terlihat hambar di mata mereka bersepuluh. "SUDAH TAHU, MASIH SAJA BERTANYA!!" timpal Tomy dengan ketusnya, seraya menggoyang-goyangkan phabletnya, dengan tangan kanannya. Dikarenakan ia sedang mencari sinyal untuk dapat terhubung ke dunia luar. Terutama akses ke internet. Karena bagi pemenang kuis yang berasal dari Jakarta. Internet sudah seperti kebutuhan primer mereka, bahkan sudah seperti kebutuhan pokok saja. Di mana jika ia tak terpenuhi, maka mereka pun seperti kehilangan sesuatu yang vital bagi mereka. Mungkin sevital, saat mereka kelaparan. Dan tak ada makanan yang dapat mereka makan sama sekali. Apa yang dilakukan oleh Tomy, mengikuti apa yang dilakukan oleh Andro. Berharap sinyal dapat tertangkap oleh ponsel mereka. Walaupun pada kenyataannya, ponsel mereka tidak dapat menangkap sinyal sama sekali. "Ya, kami seperti ingin mati saja. Dari kemarin tidak dapat mengakses internet, wong bar sinyalnya pun kosong. Bahkan nama operator pun, sudah terganti dengan nama DARURAT!" sambung Thomas, yang berasal dari Jakarta pula. Tak kalah ketusnya dengan Tomy. Yang bagai saudara kandungnya, yang terlihat mirip. Tampak Thomas pun sibuk dengan phablet miliknya. Sedangkan Lelaki Berwajah Berewokan itu, tampak tersenyum lalu berkata kembali. Merespon ucapan dari Tomy dan Thomas. "Rambut Sasak, kau jangan membicarakan tentang kematian. Nanti kalau kau benar-benar mati bagaimana?" ujarnya, dengan menatap tajam ke arah Thomas. Yang segera menimpali ucapan Lelaki Berwajah Berewokan itu. "Orang setampan aku, tidak mungkin cepat mati. Malaikat pencabut nyawa pun, pastinya enggan untuk mencabut nyawaku. Karena ia terpesona dengan ketampanan ku ini ...," timpal Thomas dengan penuh percaya dirinya. Lelaki Berewokan itu, tersenyum sinis. Sebelum membalas perkataan dari Thomas. "Kau itu, benar-benar ingin menantang malaikat pencabut nyawa ya?" sahut Lelaki Berewokan itu. Dengan dinginnya kepada Thomas, yang tak menghiraukan perkataan dari lawan bicaranya lagi. Yang sebenarnya memberi arti kepada Thomas dan yang lainnya. Yang sayangnya tak dimengerti oleh siapa pun. Sesaat kemudian diam pun tercipta di antara mereka semua. Hingga Aryo pun angkat bicara, bertanya kepada Lelaki Berewokan itu. Untuk membuyarkan diam di antara mereka semua. "Sebenarnya kau ingin apa, menemui kami sekarang? Apakah kau ingin menjemput kami untuk pulang, kembali ke Pulau Jawa?" tanya Aryo dengan tegasnya. Dengan tatapan tajam ke arah Lelaki Berewokan itu. Seakan ingin menyelidiki, siapa sebenarnya Lelaki Berewokan itu. "Tidak, aku hanya ingin membawa kabar baik dan buruk untuk kalian semua," ujarnya, yang membuat semuanya menjadi penasaran. Atas ucapannya itu. Hingga membuat para pemenang kuis itu bermain dengan pikirannya sendiri. "Sudah, katakan saja kabar yang kau bawa itu. Jangan bertele-tele seperti itu," ujar Tigor dengan logat Batak nya yang kental. Benar-benar merasa penasaran, dengan kabar yang akan diberikan oleh Lelaki Berewokan itu. Yang segera tersenyum sinis, sebelum menjawab pertanyaan dari Tigor. "Baiklah akan ku beritahu, kabar yang aku bawa itu-" timpalnya menghentikan perkataannya, seakan ingin memberi teka-teki kepada mereka bersepuluh. Yang membuat para pemenang kuis itu, menjadi kesal bukan main. Panitia kuis aneh itu lalu menatap ke arah puncak Bukit Hitam, yang ada di hadapannya. Seakan dirinya melihat sesuatu hal, yang hanya dapat dilihat oleh dirinya sendiri.  Lelaki Berewokan itu lalu, melanjutkan perkataannya kembali. Dengan menatap mereka satu persatu, dengan tatapan yang aneh. "Kenapa aku merasa tatapannya begitu aneh?" tanya Noval di dalam hatinya, saat tatapan matanya bentrok dengan tatapan Lelaki Berewokan itu. "Kabar baik yang aku bawa adalah, mungkin paling lambat malam nanti, ponsel kalian akan dapat menerima sinyal dari operator seluler yang kalian pakai, karena alat penguat sinyal sudah selesai dipasang di atas bukit itu," ujarnya sambil menunjuk ke arah puncak Bukit Hitam yang ada di Pulau Hitam. Yang entah benar atau tidaknya perkataannya, tak ada yang tahu sama sekali. Mendengar ucapan dari Lelaki Berewokan itu, Thomas, Tomy dan Andro terlihat langsung melompat dengan penuh kegembiraannya. Seakan anak kecil yang bahagia karena diberi permen oleh ayahnya.  "Hore!!!" kata Andro, Thomas dan Tomy serentak, terus melompat-lompat dengan penuh kebahagiannya. "Dasar Andro, bikin malu saja," gerutu Noval di kalbunya. Dengan tatapan pasrah, melihat ulah sahabatnya. Sedangkan yang lain tampak biasa-biasa saja, dalam merespons ucapan itu. Dengan wajah yang datar-datar saja. Sambil melihat tingkah mereka bertiga yang terus melompat-lompat dengan penuh kebahagiannya. Lelaki Berewokan itu pun tersenyum melihat ulah mereka bertiga, sembari menggeleng-geleng kan kepalanya.  Lelaki Berewokan itu lalu melanjutkan ucapannya kembali. "Dan kabar buruknya adalah, dengan sinyal yang lemah dan terbatas itu. Kalian hanya dapat menerima SMS dan E-MAIL, dan pemberitahuan jejaring sosial yang kalian miliki. Tanpa bisa mengirim data atau pun menelepon ke mana pun," mendengar itu, Thomas, Tomy dan Andro pun lalu menghentikan ulahnya itu. "KALAU BEGITU PERCUMA! AKU KAN PERLU EKSIS DI JEJARING SOSIAL!" ujar Tomy dengan ketusnya. Dengan wajah yang dipenuhi oleh kekesalannya terhadap Lelaki Berewokan itu, yang seakan memberi harapan palsu. Tak sesuai dengan apa yang ada di dalam pikirannya. "Ya, percuma! aku jadi tidak bisa eksis!" sambung Thomas, yang seakan seperti adik-kakak dengan Tomy. "Kalian berdua pasti berasal dari Jakarta? Selalu saja mengeluh dan sudah kecanduan dengan apa itu, yang namanya internet dan teknologi," ucap Lelaki Berewokan itu. Seolah tak tahu jika Thomas dan Tomy adalah orang Jakarta. "MASALAH BAGIMU!!" seru Tomy dan Thomas secara bersamaan dengan ketusnya. Yang tak ditanggapi lagi oleh Lelaki Berewokan itu. Tetapi kini giliran Noval lah yang bertanya. "Bagiku, masalah ada atau tidak adanya sinyal di pulau ini, itu bukan masalah. Masalahnya, bagaimana kalian bisa memasang alat penguat sinyal, di puncak bukit yang vertikal itu? Bukannya, tidak ada akses untuk menuju ke atas puncak bukit itu?" tanya Noval dengan penuh selidik. Deg!! Lelaki Berewokan itu pun tersentak bukan main atas perkataan Noval itu. Waktu pun seakan berhenti bagi Lelaki Berewokan itu. Tak menyangka sama sekali. Jika Noval akan berkata seperti itu. Yang dianggap hanya bocah saja.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD