Bab 70. (Menyerah Lah!)

1052 Words
Mario tetap terdiam, dengan terus tersenyum ke arah Warno-Warmo. Yang sudah benar-benar ketakutan setengah mati. Akibat dari kehadiran sepuluh ular berbisa itu. Yang seakan siap untuk mematuk mereka berdua. Dan menyebarkan racunnya ke tubuh mereka berdua. Mario tak pernah menyangka sama sekali. Jika abang-abang kembar itu. Memiliki fobia terhadap ular. Berbanding terbalik dengan fisik mereka. Yang benar sangar, layaknya seorang lelaki sejati. Yang tak takut akan hal apa pun. "Mereka berdua itu. Wajah sangar, badan berotot. Tetapi sangat takut dengan ular. Ada-ada saja. Bagaimana bisa mereka ingin menjadi anggota dari 7 Malaikat Kematian?" ucap Mario di dalam hatinya, terus tersenyum. Hingga Warno pun berteriak dengan kerasnya. "Mario! Cepat suruh ular-ular itu pergi!" teriak Warno dengan penuh ketakutannya. Hingga membuat Mario tersadar dari lamunannya. "Para Cantikku, pulanglah, jangan ganggu mereka lagi. Mereka temanku sekarang," Perintah Mario kepada ular-ular berbisa itu. Sepuluh ular itu pun mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Mario sebagai tuan mereka, yang sudah merawat mereka sejak dalam telur hingga saat ini. Hingga mungkin, kesepuluh ular itu menganggap Mario sebagai induknya. Kesepuluh hewan melata itu lalu turun dari pohon mangga itu. Lalu merayap untuk kembali ke asal mereka. Melihat kesepuluh binatang melata itu pergi. Warno dan Warmo bisa bernapas lepas lega bukan main. Seakan mereka sudah lolos dari maut saja. "Cepat kalian turun!" pinta Mario dengan nada tegas kepada mereka berdua. Mendengar permintaan dari Mario. Warno dan Warmo pun turun dari atas pohon mangga itu, dengan cara melompat begitu saja. Bruk! Suara kaki mereka berdua terdengar jelas di tempat itu. Mereka berdua lalu berdiri 1 meter di hadapan Mario. Dengan melepas senyum mereka sebelum berkata kepada Mario. "Sekarang bunuh lah kami!" kata Warno dengan nada tegas. Hingga membuat Mario tertawa lepas. Yang membuat Warno dan Warmo saling pandang dengan penuh keheranannya. "Kenapa kau tertawa?" tanya Warno dengan penuh kebingungannya. Tak mengerti sama sekali arti tawa dari Mario. "Apa kau anggap, kami hanya bercanda?" lanjut Warmo dengan penuh tanda tanyanya. Mendengar pertanyaan dari lelaki kembar itu. Mario pun menghentikan tawanya. "Apa gunanya aku membunuh kalian?" tanya balik Mario dengan ringannya. "Tapi bukannya, Malaikat Biru itu seorang maniak membunuh?" tanya Warno, belum mengerti dengan sikap Mario. "Itu bukan aku," timpal Mario lurus. Belum ingin menjelaskan jati dirinya kepada mereka berdua. "Maksudmu-" perkataan dari Warno pun dipotong oleh Mario. "Lebih baik kalian mandi, dan pakai pakaianku. Agar kalian tak bau ketek dan pesing lagi. Ikuti aku," tutur Mario, dengan tegasnya kepada mereka berdua. Mario pun melangkahkan kakinya menuju ke arah rumahnya. Yang langsung diikuti oleh Warno dan Warmo yang bermain dengan pikiran sendiri. Belum mengerti dengan apa yang ada di dalam pikiran Mario, yang mereka anggap sebagai Malaikat Biru, yang maniak membunuh. "Aku sering bertemu Mario, tapi kenapa Mario ini berbeda? Sorot matanya pun tak sesadis biasanya?" tanya Warno di dalam hatinya, terus mengikuti langkah Mario bersama kembarannya. Dengan jalan pikirannya. "Kenapa Mario ini berbeda dengan Mario yang aku kenal selama ini?" tanya Warmo di dalam benaknya, terus mengikuti langkah Mario menuju ke rumahnya. Terus melangkah, hingga Mario pun tiba di pintu rumahnya. Kedua tamu tak diundang pun menghentikan langkah kakinya. Mario lalu membalikan tubuhnya, dan langsung saja berbicara kepada mereka berdua. "Buka sepatu dan seluruh pakaian kalian," pinta Mario, yang membuat Warno dan Warmo langsung beraksi. "Kenapa harus begitu?" tanya Warno dengan penuh keheranannya. "Jangan-jangan kau itu ingin berbuat yang bukan-bukan terhadap kami?" kata Warmo dengan penuh kecurigaannya Mario. "Jangan berpikir aneh-aneh. Turuti saja apa yang aku minta. Aku tak ingin rumahku bau pesing kalian," tutur Mario, dengan ketusnya. "Bukannya di dekat kolam ikan. Ada kamar mandi. Kami mandi di sana saja. Daripada rumahmu nanti bau," sosor Warmo. Mario terdiam berpikir dengan pikirannya sendiri. "Dia benar juga. Lebih baik mereka mandi di kamar mandi bekas pembantu itu," kata Mario di dalam hatinya. "Kau benar juga. Nanti aku akan memberi kalian handuk dan pakaian. Kamar Mandi itu memang jarang dipakai kecuali kalau ada banyak tamu yang datang. Tapi di sana masih lengkap peralatan mandi. Pakai saja sesuka kalian," tutur Mario, lalu melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumahnya. Melihat Mario sudah masuk ke dalam rumahnya tanpa menutup pintunya kembali. Warno dan Warmo lalu bergegas pergi untuk menuju kamar mandi yang berada di dekat kolam ikan. "No, apa kita kabur saja?" tanya Warno kepada kembarannya. "Itu akan menambah masalah kita. Lebih baik kita ikutin kemauan Mario. Aku rasa ia memiliki niat baik terhadap kita," sahut Warno, sambil terus melangkahkan kakinya bersama kembarannya. "Kau benar juga." Pret .... Suara kentut Warmo pun terdengar. Broboot .... Warno pun membalas kentut dari kembarannya itu. "No, kentut mu bau!" kata Warmo, seraya menutup hidungnya. "Sama," sahut Warno lalu tertawa, yang diikuti oleh Warmo. Mereka berdua pun tiba di depan kamar mandi cukup besar. Yang muat untuk 4 orang dewasa. Dua bersaudara kembar itu lalu masuk ke dalam kamar mandi itu bersama, untuk membersihkan tubuh mereka. Beberapa saat kemudian Mario pun datang dengan membawa handuk, sandal jepit dan pakaian untuk mereka. "Hai, kalian berdua. Handuk dan pakaian ganti untuk kalian, aku taruh di depan pintu. Selesai mandi, kalian aku tunggu di balkon lantai 2. Jangan lupa memakai sandal jepitnya, agar rumahku tak kotor," ujar Mario, sambil meletakan pakaian, handuk dan sandal jepit yang ia bawa di depan pintu kamar mandi itu. "Terima kasih Ganteng ...," kata Warno dari dalam kamar mandi itu. "Baru tahu, kalau aku ganteng?" Mario pun berbalik arah, dan melangkahkan kakinya kembali. Menuju ke rumahnya. "Tapi kali ini kau gantengnya beda," beber Warno. Yang tak ditanggapi oleh Mario. Yang memang sudah menjauh dari tempat itu. Mario akhirnya tiba di balkon rumahnya. Dengan berada di lantai 2. Dirinya pun dapat melihat ke arah kamar mandi yang berada di luar itu. Malaikat Biru cadangan itu. Terlihat gusar menunggu kehadiran mereka berdua. Mario duduk di bangku rotan, bersama meja rotan yang sudah tersedia cemilan dan 3 gelas kopi s**u. "Mereka lama sekali mandinya?" kata Mario di dalam hatinya. Lalu menyeruput kopi s**u yang masih mengeluarkan asap. Baru saja Mario berkata seperti itu. Warno-Warmo pun keluar dari dalam kamar mandi dengan memakai kaos oblong dan celana pendek selutut pemberian Mario. Yang diletakkan di depan pintu kamar mandi itu. "Baru saja di gerutu, mereka keluar juga," ucap Mario di dalam hatinya, sambil menaruh gelas kecil yang berisi kopi s**u itu. "Cepatlah kalian naik!" teriak Mario kepada mereka berdua. "Siap Komandan!!" sahut Warno-Warmo serentak. Lalu berlari setelah menggunakan sandal jepit yang disediakan oleh Mario.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD