Bab 15. (Pagi yang Cerah)

1043 Words
   Sepanjang nya malam tetaplah malam, yang harus berakhir kekuasaannya. Dan mau tak mau harus tergantikan tugasnya, menyerahkannya kepada sang Surya yang menyinari Bumi sejak ia lahir.  Matahari pun lalu muncul di ufuk timur, sinarannya mulai menerangi langit gugusan pulau kecil itu. Untuk menghangatkan Bumi yang kedinginan dan kesepian dikarenakan malam yang telah membelenggunya.  Sinarannya semakin terang, sejalan dengan berjalannya jarum jam. Seakan menuntun sang Surya untuk naik ke langit. Pagi ini terlihat cerah sekali. Tanpa ada awan yang menggantung di langit kepulauan kecil itu. Seakan ingin memberikan suasana ceria kepada para pemenang kuis itu. Untuk menjelajahi Kepulauan Kematian.       Di dalam pondok kayu itu, tampak aktifitas sedang mulai berjalan. Kecuali Noval dan Andro yang masih terlelap tertidur dengan begitu pulas nya. Seakan tak mempedulikan hal apa pun sama sekali. Seolah mereka merasa sedang berada di rumah sendiri. Tak merasa sama sekali, jika mereka sedang berada di tempat asing. Tetap terus tertidur dengan begitu lelapnya, seakan tak terganggu oleh aktifitas penghuni pondok kayu itu sama sekali. Yang sudah sibuk sejak dari pagi. Detik berganti menit tetap berjalan, sesuai jalurnya. Akan tetapi Noval dan Andro tetap saja tertidur dengan pulas nya. Terbuai oleh mimpi mereka yang entah indah atau pun buruk tak ada yang tahu. Kecuali diri mereka sendiri. Tetapi akhirnya Noval pun terbangun, ketika ia merasakan dekapan yang sangat erat dari seseorang yang ternyata itu dekapan Andro. Yang mungkin sedang bermimpi buruk di dalam tidurnya. Hingga ia pun mendekap sahabatnya dengan begitu eratnya. "Pergi!" teriak Andro di dalam igauannya. "Dro! Andro ...!. Bangun! aku sulit bernapas nih. Lepasin dekapanmu, aku sulit bernapas tahu ...!" ucap Noval, yang akhirnya dapat melepaskan dirinya dari dekapan Andro. Yang kini tampak terlentang, tetapi masih memejamkan kedua matanya dengan rapatnya. Seakan tak memiliki niat untuk bangun. Seakan dirinya merasa, sedang berada di rumahnya saja.       "Sudah berisik! aku masih mengantuk nih ...," jawab Andro sambil menguap. Lalu menyampingkan tubuhnya, membelakangi sahabatnya.       "Ngantuk! ngantuk. Malu sedikit sama yang lain kenapa. Yang lain sudah pada bangun dari tadi. Coba lihat Andi dan Aryo, mereka sudah enggak ada di dalam kamarnya tuh," ujar Noval, sambil menepuk p****t Andro yang montok dengan kerasnya. Plak       "Masalah! mereka sudah bangun semua!" timpal Andro, masih memejamkan kedua matanya, dengan begitu rapatnya.       "YA, MASALAH BAGIKU ...!" teriak Noval, sambil mendorong tubuh Andro, disertai oleh kekesalannya. Hingga Andro pun terjatuh ke lantai, dari spring bed dengan kerasnya Bruk!       "Aduh ...! kasar amat sih kamu Val ...," ujar Andro, sembari bangkit dari lantai. lalu berdiri dan mengambil smartphonenya dari dalam tasnya. lalu dimasukkan ke dalam saku celana pendeknya.       "BIARIN! habisnya memakai cara halus engga bisa. Jadi terpaksa deh aku gunakan cara kasar seperti itu," timpal Noval dengan ketusnya, sambil mengambil ponselnya yang ia taruh di samping spring bed itu.        Noval lalu bangkit dan melangkahkan kakinya hingga di depan pintu kamar itu. Mahasiswa tampan itu lalu memakai sandal gunungnya. Yang diikuti oleh Andro, yang terlihat cemberut. Karena dibangunkan dari tidurnya secara paksa oleh Noval. Tanpa mereka membasuh muka terlebih dahulu. Yang tak dipedulikan sama sekali. Andro merasa Noval itu sebagai seorang pengganggu, yang sudah menarik dirinya secara paksa dari dalam mimpi indahnya. "Dasar pengganggu!!!" jerit Andro di dalam hatinya, dengan penuh kekesalannya terhadap Noval.       Sesudah Noval dan Andro memakai sandal gunung mereka masing-masing. Mereka berdua lalu keluar dari dalam kamar itu, setelah menutup pintu kamar itu terlebih dahulu.  Andro dan Noval lalu menuju ke ruang tamu. Di sana mereka menemukan para pemenang kuis lainnya. Yang sedang menyantap mi dalam gelas kemasan, yang telah siap diseduh dengan air panas. Dengan begitu nikmatnya. Noval dan Andro melihat mereka terbagi dalam 3 kelompok. Kelompok 1 sepertinya orang Jakarta, yang terdiri dari 2 orang. Yang bercirikan dari pakaian yang mereka kenakan. Dan phablet yang mereka gunakan, melambangkan penguasaan teknologi mereka yang tinggi. Dan saat makan pun mereka masih tampak sibuk dengan phablet mereka, padahal di pulau itu tak ada sinyal dari operator manapun. Seakan phablet mereka, adalah kekasihnya. Yang tak bisa ditinggalkan sebentar saja. Kelompok kedua, sepertinya kelompok dari luar Jakarta, yang bercirikan dari logat mereka saat bicara dan gaya berpakaian mereka, yang terdiri dari 4 orang. Sedangkan kelompok ketiga terdiri dari Andi dan Aryo, yang terlihat duduk di pojok ruang tamu itu. Di dekat dispenser dan kardus berisi mi instan cup.  Kehadiran Andro dan Noval pun ternyata disadari oleh Andi. Yang segera menyapa mereka berdua. Dengan sikap ramahnya.       "Val, Dro, sini. Makan mi instan cup," ujar Andi. Noval dan Andro lalu menghampiri Andi dan Aryo. Yang telah menyelesaikan makannya.        Tampak Andi mengambil 2 mi instan cup, lalu membuka sedikit penutup plastik mi instan cup itu, lalu memberikannya air panas dari dalam dispenser. Dan lalu menutupnya kembali. Beberapa menit kemudian, 2 mi instan cup itu matang. Andi lalu membukanya satu persatu penutup mi instan cup itu. Lalu menaburkan bumbu dari mi instan cup itu, lalu menancapkan garpu plastik yang merupakan satu paket dari mi instan cup itu. Setelah itu ia pun melangkahkan kakinya, dan memberikannya kepada Noval dan Andro. Yang telah duduk hadapan Aryo.       "Nih mi instan cup untuk kalian, kalau kurang tambah sendiri ya," Andi pun memberikan mi instan cup itu kepada Andro dan Noval, dengan kedua tangannya. yang langsung disambut oleh tangan kanan Andro dan Noval.  Dan mereka berdua segera menyantapnya dengan lahapnya. Seakan orang yang belum makan sehari-semalam saja. Hingga dua mahasiswa itu seperti orang yang sedang kelaparan saja.       "Sepertinya, kalian masih kurang nih? Baiklah, akan aku seduh lagi untuk kalian. Sebagai pertanda persahabatan kita," ujar Aryo, kali ini bersuara. Dengan suara berat dan wajah tegasnya itu.        Aryo lebih mirip seperti seorang tentara daripada orang sipil, apalagi ditambah dengan fisiknya yang berotot, yang menguatkan akan hal itu. Aryo memiliki wajah seperti orang Jawa Timur, dengan potongan rambut cepak. Aryo lalu menyerahkan 2 mi instan cup itu, kepada Andro dan Noval. Yang segera mengambilnya, dan menyantap kembali mi instan cup itu dengan lahapnya. Beberapa saat kemudian, mereka berdua pun selesai menghabisinya.       "Terima kasih ya ..., kalian berdua sudah baik kepada kami berdua," ujar Noval, sambil tersenyum kepada Andi dan Aryo.       "Lebih baik, kita berkenalan sama pemenang lainnya. Tidak enak kan, kita dalam satu pondok tidak mengenal mereka. Bagaimana kita bisa kompak ke depannya, kalau keadaannya seperti itu," ujar Aryo, lalu melangkahkan kakinya untuk menuju ke pemenang kuis lainnya. Yang diikuti oleh Andi, Andro dan Noval dari belakang. Dengan gerakan elegan, layaknya seorang lelaki sejati.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD