3. Pria Polos

1098 Words
Bambang masih tak percaya melihat nominal yang harus dia bayarkan untuk pengobatan adiknya. "Mas nya tak perlu khawatir, biar saya yang bayar semua biaya perawatan adiknya mas." seakan tahu apa yang dipikirkan Bambang. "Terimakasih mba" ucap Bambang tulus, sambil membetulkan letak kacamatanya. "Nama saya Risti Susatyo." sambil mengulurkan tangan hendak berjabat tangan. Dengan ragu Bambang mengulurkan tangannya, itupun hanya menyentuh ujung tangan Risti. Risti heran kenapa sepertinya cowo muda di depannya ini tidak tertarik padanya, padahal tidak pernah ada lelaki yang memperlakukannya secuek ini. "Saya Bambang." Bambang memperkenalkan diri. "Oh iya salam kenal, saya atasan sekaligus teman Karin, maafkan atas kecerobohan Karin." "Tidak apa-apa mba semua sudah terjadi semoga adik saya segera sadar dan sehat kembali." Masih tanpa menatap Risti. Risti memperhatikan Bambang yang wajahnya biasa saja dan penampilan juga biasa saja dengan kacamata berbingkai hitam yang biasa juga, dapat dipastikan sepertinya dia memang lelaki baik-baik. Risti masih memperhatikan dengan seksama saat mereka duduk berhadapan di ruang tunggu administrasi. "Bu, maaf meeting di Citos mau dibatalkan atau bagaimana?" tanya Edward bodyguard Risti yang tiba-tiba menghampiri Risti dan Bambang. "Jangan dibatalkan, setelah ini selesai kita berangkat, kamu siapkan saja mobilnya, jemput aku di lobi depan." katanya jelas pada Edward. "Mas Bambang maaf saya harus pergi, kalau perlu bantuan silahkan bicara dengan Karin." Risti menunduk tanda pamit. "Iya mba terimakasih." jawab Bambang. Bersyukur karena dibalik musibah ini ada orang yang menolongnya. Bambang menghampiri Karin, "mba Karin pulang saja biar saya menunggui adik saya disini, tapi saya minta KTP mba buat jaga2 kalau mba lari dari tanggung jawab." "Oke ini KTP dan kartu namaku, terimakasih tidak memperpanjang masalah ini, maafkan saya benar-benar ceroboh." Karin mengucap tulus. "Iya mba lain kali hati-hati." timpal Bambang. Lala sudah dipindahkan ke ruang perawatan intensif terlihat Bambang kembali duduk di kursi depan kamar Lala, mengambil hp lalu ia memberitahu bos ditempat nya bekerja bahwa hari ini dan besok mungkin belum bisa masuk bekerja. Sepanjang perjalanan Risti teringat kembali akan sosok Bambang lelaki biasa saja itu mungkin bisa menolongnya. Ting... Ayah (tertera di layar hp) "Kamu sudah beritahu pacar kamu kalau besok harus ketemu ayahkan?" isi pesan WA dari ayah Risti. "Iya sudah yah." isi jawaban pesan Risti "Habis magrib jangan terlambat." "Baik ayah sayang, Risti meeting dulu ya." "Hhhuuufffftt..." Risti menghela nafas panjang , sambil Risti menggaruk kepalanya yang tidak gatal itu, lalu memencet kontak Karin. "Hallo Karin, lo masih di rumah sakit?" "Ga Ris, gue sekarang udah sampe kantor." "Lha lu ga nungguin anak itu?" "Ga gue disuruh pulang sama abangnya, tapi KTP gue ditahan dia." lanjut Karin. "Gue perlu nyusul ke Citos apa ngga nih?" tanya Karin "Perlu banget cepetan kemari kalau dah rapi berkas yang kita butuhkan, ada yang mau gue omongin." Jam sudah menunjukkan pukul 3 sore dan Lala belum sadarkan diri. Perawat masuk ke ruangan Lala, sudah ada Bambang yang masih memunggui Lala. "Sus, gimana apa sudah ada perubahan atas kondisi adik saya?" "Belum mas, bersabar yaa mas banyak doa semoga pasien Lala segera sadar." suster berusaha menenangkan Bambang. Sudah jam 8 malam, dan Bambang masih di rumah sakit belum mandi dan berganti pakaian, beruntung bude Yati datang menjenguk Lala dan membawakan baju ganti Bambang. Bambang menggunakan kaos lusuh berwarna abu-abu serta sarung kotak-kotak hijau favoritnya. Sebagian orang mungkin menggunakan sarung hanya untuk pergi sholat atau yang biasa menggunakan sarung adalah lelaki yang sudah kakek-kakek, tetapi tidak untuk Bambang yang baru berusia 23 tahun, menurut Bambang sarung itu ya seperti pakaian wajib baginya. Tok..tok..pintu kamar Lala diketuk "Ya masuk."jawab Bambang mempersilahkan. Karin dan Risti masuk dan bengong melihat Bambang menggunakan sarung dan kaos lusuh di dalam rumah sakit. Risti berusaha menahan tawa. Wajahnya memerah. "Eh mba mari masuk." Bambang mempersilahkan masuk keduanya. "Bisa bicara diluar saja mas" kata Karin "Oh iya, bisa" Bambang berjalan keluar diikuti oleh Risti dan Karin. "Ada apa ya?"tanya Bambang. "Bagaimana kondisi Lala mas?" tanya Karin. Masih begitu belum sadar, mudah-mudah besok ada perubahan." Bambang menjawab dengan wajah lesu. "Aamiin." timpal Karin dan Risti bersamaan. Risti masih duduk menghadap pintu kamar perawatan Lala. "Mmmhh..begini mas, bos saya ini mau minta tolong.." ucap Karin ragu "Tolong apa ya mba?" "Mmmhh..itu mas, tapi jangan tersinggung ya mas." lanjut Karin sedikit ragu. "Saya mau minta tolong mas Bambang jadi pacar pura-pura saya besok." Risti memotong nada lugas, sambil memberikan senyuman. "Hhhaahh,,pacar pura-pura maksudnya apa ya mba?" Bambang bengong sekaligus kaget dengan perkataan Risti. "Intinya saya mau minta tolong mas jadi pacar pura-pura saya untuk besok, sekaliiii...aja mas. Saya mau dijodohkan ayah saya tapi saya tidak mau dan beralasan kalau sudah punya pacar." lanjut Risti menjelaskan. Bambang tersenyum kecil merasa aneh, "wanita secantik mereka yang dihadapannya ini masa iya kekurangan lelaki ganteng sampe harus minta tolong dirinya." kata Bambang dalam hati. "Bukan saya ga mau nolongin mba, tapi saya ga pernah main-main masalah begini dan pantangan banget bagi saya bohongin orangtua." ucap Bambang Risti bagai tersambar petir mendengar sindiran Bambang. Karin menaikkan alisnya dan menahan tawanya. "Ya ampun mas, sekali aja mas sekali..untuk besok doang, mas ga perlu banyak bicara biar saya aja, jadi mas ga banyak bohongnya." kata Risti memelas. Hehehe Bambang tertawa, "Mba yang namanya bohong mau sedikit atau banyak tetep aja dosanya sama." jelas Bambang sambil nyengir bingung dengan kelakuan wanita kaya di depannya ini. "Ayolah mas Bambang tolongin temen saya ini." Karin angkat bicara "Hhhffftt..baiklah untuk besok saja." lanjut Bambang setuju. "Yes, makasih mas, besok sore jam 5 saya jemput di rumah sakit ya," ucap Risti kegirangan. Bambang...suara wanita dari ujung lorong memanggil Bambang. "Fani?" tidak menyangka Fani teman kantornya datang ke rumah sakit. Fani adalah wanita yang disukai Bambang, namun karena kehidupan Bambang yang pas-pasan sehingga dia tidak berani menyatakan perasaannya atau berkomitmen dengan Fani. Bambang tak ingin Fani kecewa. "Bagaimana kabar Lala?" tanya Fani tanpa menghiraukan dua wanita cantik disampingnya. "Masih belum sadar Fan, mudah-mudahan besok ada perubahan." ucap Bambang lesu. Risti memperhatikan gelagat aneh pada Bambang saat berdekatan dengan Fani. Bambang salah tingkah dan berkeringat tidak berani menatap Fani, sedangkan dengan dirinya dan Karin Bambang bersikap biasa saja. Karin pun merasa ada sesuatu diantara Fani dan Bambang. Matanya mengarah pada Risti matanya melotot memberi kode bahwa pasangan di depan mereka ini memiliki hubungan. "Oh yaa maaf kenalin ini Fani teman kantor saya, " Bambang memperkenalkan Fani kepada Karin dan Risti. "Saya Karin" Saya Risti pacarnya Bambang." ucap Risti dengan jelas. "Apa?" Fani kaget sambil memperhatikan Risti. "Ga mungkin, serius Bang? Ini pacar kamu?" Fani bertanya kepada Bambang dengan nada kecewa. "Eh itu bukan, seperti yang kamu pikirkan." ucap Bambang meyakinkan Fani. Fani menyerahkan bungkusan berisi donat ke tangan Bambang lalu berbalik pergi, "Aku pulang dulu, salam untuk Lala". Fani berjalan tanpa menoleh lagi. ****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD