Change

1423 Words
*Peringatan* - Cerita berikut mengandung konten dewasa, seperti perkelahian, kata-kata kasar, s*x, alkohol dan sebagainya. Pembaca diharap bijak- ___________________________________ "Hah, hah," Oliver terengah-engah. Wajahnya babak belur, dia terbatuk lalu mengucurkan darah segar dari mulutnya. Keadaan Chris tak jauh beda. Tangannya bahkan mendapatkan luka sayatan besar. Chris mencabut kaca yang menancap di lengannya. Darah segar meluncur, seperti air mancur merah. Chris membiarkan saja luka itu ternganga. Chris berdiri terhuyung. Buk! dia menedang Oliver, Oliver terhenyak, tubuhnya sudah tak bisa bergerak lagi. "Tak butuh senjata katamu? dasar pembohong!" Chris menarik kerah baju Oliver, buk! sebuah pukulan mendarat ke wajah Oliver yang sudah tak bisa di lihat bentuk aslinya. "K-kau juga, tidak selalu berkata jujur. Dasar penghianat!" Oliver menendang Chris. Chris terpental, namun laki-laki itu segera bangkit. Chris punya tubuh lebih prima dibanding Oliver. Tentu saja dalam pergulatan ini, Chris lebih unggul. Oliver masih terkapar di lantai, bahkan jari-jarinya pun sulit untuk bergerak. "Kau menyerah?" Chris berdiri menatap Oliver, lalu menghidupkan sebatang rokok. "Hah, jangan harap." Ucap Oliver, masih keras kepala. Dia berusaha menatap Chris, tapi pandangannya samar, beberapa menit lagi mungkin dia akan pingsan. "Kau sudah tak bisa bergerak. Aku menang. Baekie milikku." "Bunuh Aku. Kau begitu ingin membunuhku, lakukan sekarang, b******k!" Oliver merangkak bangun, tubuhnya yang lemah, hanya bertahan semenit, lalu ambruk lagi. "Membunuhmu? yang benar saja. Jika Kau mati, aku tak kan bisa melihatmu menderita, saat aku membawa Baekie." Chris menatap Oliver sambil tersenyum. Oliver mencengkram kemeja Chris. Namun, beberapa detik kemudian pandangannya makin kabur, Bruk!. *** "Tuan Muda!!" Joice terbelalak, para pelayan serta penjagapun tak kalah panik. Oliver berlumuran darah, dia diseret oleh Chris, yang kondisnya tak kalah berantakan. Bedanya, Oliver terlihat hampir mati. Sementara Chris, walau punya luka sayatan yang besar, dia masih terlihat bersemangat. Terbukti dari caranya menyeret Oliver sambil tersenyum. "Chris!" Joice menutup mulutnya. Kecemasan terlihat dari wajahnya. "Halo Joice." Chris menyapa, dengan santai dia melepas cengkramannya dari kaki Oliver. Oliver beberapa kali terbatuk, lalu muntah darah lagi, seperti orang sekarat. "Apa yang kau lakukan? kenapa kau melukai Tuan Muda?" "Demi Tuhan Joice, Aku juga terluka." Chris menunjukkan luka di tangannya. Joice menghela nafas, menatap Chris dengan tatapan yang sulit untuk dilukiskan. "Ah, lukaku tak penting. Nyonya Magie! Kau dimana!" "Oliver!! K-kau... b******k! kau apakan Oliver?" Nyonya Magie yang baru saja tiba di tempat kejadian tampak terengah, dia segera berlari dari kamarnya, tatkala pelayan melaporkan tentang keadaan Oliver. "Aku? hanya menghajarnya sedikit. Ah, sial. Keponakanmu ini lemah sekali, jika dia mati malam ini, itu bukan salahku. Dia sudah lemah dari akarnya." Chris menghela nafas, lalu duduk santai di atas sofa. "Bocah tak diri ini! Aku pastikan akan memenjarakanmu!" Nyonya Magie segera mengambil gawai untuk menghubungi polisi. "Akh!" Oliver berteriak lemah, Chris menginjak pergelangan kakinya. "Coba saja hubungi polisi, aku pastikan keponakanmu akan lumpuh selamanya." Nyonya Magie terhenti di tempatnya berdiri. Dengan gemetar dia menjatuhkan gawainya. "Chris, kumohon hentikan, apa yang terjadi padamu?" Joice berusaha mendekat, namun Chris menaikkan telunjuknya, pertanda Joice harus tetap di tempatnya. "Kau begitu khawatir? kasihan sekali." Chris menyeringai. "Apa maumu sebenarnya!" Nyonya Magie, mengepalkan tangannya. Pandangannya mengarah ke Oliver yang terengah-engah. "Mudah saja, Aku di sini untuk melakukan penukaran." "Penukaran? apa maksudmu?" "Ada seseorang yang kuinginkan. Baekie, Aku menginginkan dia. Sebagai gantinya, laki-laki manja yang lemah ini, akan kubiarkan hidup." "T-tidak... Bibi, jangan serahkan Baekie..." Oliver bicara seperti orang mengingau. "Kau masih kuat bicara?" buk! Chris menendang perut Oliver. Oliver terguling memegangi perutnya. "J-Joice, jangan... b-biarkan Baekie keluar kamar." "Hah, Aku tahu kau pasti begini. Lihat Joice, Tuan Muda ini pembohong besar. Dia bahkan tak mau mengakui kekalahannya." "Chris! cukup. Pergi dari sini dan tinggalkan Tuan Muda!" Joice berteriak, Chris terkekeh, lalu mengusap rambutnya. "Kalian memang ahli dalam mengusir orang lain." Buk!! Buk!! Chris menendang perut Oliver berkali-kali, Oliver terbatuk dan hampir tak bisa bernapas. "Hentikan! Apa yang kau lakukan?" Nyonya Magie semakin panik. "Aku tak kan berhenti sebelum Baekie di tanganku. Nyonya kau ingin melihat keponakanmu ini mati di depanmu?" "Chris! kau gila? berhenti sekarang!" Joice hampir menangis. Chris menatap Joice, dengan kesal dia mengumpulkan segenap tenaganya, lalu bersiap menendang Oliver. "Berhenti! Joice, bawa Baekie keluar! Sekarang!" "Tidak! j-jangan... Baekie milikku, B-Baekie... Akhhh!!" Oliver meraung, Chris menginjak jarinya dengan geram. "Joice! cepatlah!" Nyonya Magie histeris. Dalam kekacauan itu, tiba-tiba semua terdiam, hening sesaat, seolah waktu berhenti dan membeku. Baekie berjalan perlahan ke arah Oliver dan Chris. Oliver menggelengkan kepalanya ke arah Baekie, agar Baekie tak mendekat. Namun, dengan tanpa ekspresi Baekie tetap berjalan. Baekie berdiri menatap Chris. Chris tersenyum lalu menggulingkan Oliver yang terkapar di bawah kakinya. Baekie berlutut menangkupkan tangannya ke wajah Oliver yang penuh memar dan luka, lalu memeluk Oliver erat. "Tenanglah Oliver, kau akan baik-baik saja," bisik Baekie ke telinga Oliver. Nafas hangatnya membuat Oliver menangis, dengan gemetar Oliver mengeratkan pelukannya. Baekie menahan tubuh Oliver yang tak punya tenaga lagi untuk bergerak, lalu mengelus punggung Oliver lembut. "B-Baekie... jangan pergi... jangan tinggalkan Aku," Oliver terisak, Baekie memejamkan matanya. Darah Oliver menempel di seluruh tubuhnya, baru kali ini Baekie melihat Oliver menangis tak berdaya. Wajah laki-laki itu menyiratkan ketakuan. Perasaan takutnya akan kehilangan Baekie. "Baekie... Aku tak kan berlaku kasar. Aku takkan menarikmu, Ikut denganku, dia sudah kalah, dia lemah dan tak bisa mempertahankanmu." Chris mengulurkan tangannya, Baekie melepaskan pelukannya, lalu menatap Oliver sendu. "Jauhkan tanganmu b******k! Baekie tak kan kemana-mana, dia milikku, hanya milikku!" Oliver berusaha berdiri, namun tubuhnya tumbang tanpa ampun, Chris tersenyum remeh lalu menatap Baekie. "Baekie, ini pilihanmu, kalau kau tak ikut sekarang, Aku akan pastikan, hari ini menjadi hari terakhir si b******k itu bisa bernafas." "Hantu sialan! kenapa Oliver harus jadi begini demi dirimu? pergi saja dari sini! Oliver sekarang sudah sembuh, dia tak membutuhkanmu lagi!" Nyonya Magie meradang, mengepalkan tangannya berusaha menahan diri untuk tidak menjambak Baekie. "Bibi cukup! Baekie... Ku mohon jangan dengarkan dia, jangan perg... Akhh!!" Chris menginjak kaki Oliver membuatnya kesakitan setengah mati. "Baekie, Aku sebenarnya bukan orang yang sabar..." Baekie menyentuh kaki Chris, lalu menatapnya, Chris dengan enteng menurunkan kakinya dari tubuh Oliver. "J-jangan, Baekie..." Oliver tak bisa berbuat apa-apa. Chris mengenggam tangan Baekie. "Jangan ada yang berani menyerangku, semua anak buahku tau rumah ini, Jika kalian menyerangku, rumah ini akan rata dengan tanah. Oh Iya, Nyonya Magie, kau boleh menghubungi polisi. Tapi, polisi saat ini enggan mengurus kasus mafia. Terserah kau saja. Kau yang paling tahu bagaimana menjaga nama baik keluargamu." Chris menatap Joice sejenak, tampak wanita itu meneteskan air matanya. Chris berpaling, membawa Baekie keluar, sebutir air mata jatuh dari mata bening Baekie, saat mendengar Oliver yang terus saja memanggil namanya. Oliver menatap Baekie yang makin lama makin menghilang dan akhirnya tumbang tak sadarkan diri. *** Di kediamannya. Chris tersenyum menatap Baekie walau wajah wanita itu tanpa Ekspresi. Baekie hanya duduk diam, matanya mengawasi Chris yang yang dari tadi sumringah menatap ke arahnya, seolah dia sebuah lukisan. "Kau kotor sekali, bagaimana kalau kau mandi?" Chris mengulurkan handuk dan beberapa pakaian ke arah Baekie. Baekie mengambilnya lalu meletakkan barang tersebut ke tempat tidur yang sejak tadi dia duduki tanpa beranjak. Chris kemudian membuka bajunya. Tampak tubuh bidang laki-laki itu begitu indah, sejak awal Baekie tak pernah membenci Chris, bahkan Chris adalah laki-laki pertama yang bicara hangat padanya di malam dinginnya angin yang menusuk kulit serta kaki telanjangnya saat itu.Tapi, Chris hanyalah Chris, bagi Baekie Chris hanyalah seorang teman yang perhatian, sementara Oliver adalah raja di hatinya. "Kau masih belum beranjak? perlu sesuatu? apa kau lapar? sebentar, akan kupesankan makanan." Chris berbalik mengambil gawainya, Baekie kemudian beranjak dari tempat tidur, mengambil handuk kecil dan air hangat. "Ah, Kau tidak mau mandi? mau bersih bersih biasa saja?" Baekie hanya diam, Chris menghela nafasnya, tak mengerti bagaimana menghadapi wanita dingin ini. "Kau membenciku?" Chris menghempaskan dirinya di sofa, memangku darinya sembari berpikir cara menghadapi Baekie. Tiba-tiba, dengan ekspresi datar Baekie duduk di samping Chris, lalu memeriksa bekas sayatan di lengan Chris. "Baekie..." Chris terdiam, menatap wanita dingin dengan sikap hangat di depannya. Tanpa suara, tanpa raut yang jelas, Baekie membersihkan luka Chris. Mengompres memar di tubuhnya, lalu mengompres wajahnya. Sejenak mata mereka beradu, Chris bisa melihat keindahan wanita itu, begitu terpaku dan terpukau, sejenak dia berpikir "Kenapa Oliver seberuntung ini? kenapa dari awal Baekie tak bersamaku?" "Di mana kotak obat?" Suara Baekie membuyarkan lamunan Chris, dengan canggung dia berdiri lalu mengambil pakaiannya yang tadi dia buka. "Aku baik baik saja! Mandilah dan istirahat!" Chris berlalu meninggalkan Baekie, Baekie terdiam air matanya perlahan jatuh, Baekie menggenggam handuk di tangannya erat. "Oliver, Apa kau baik-baik saja? Aku berharap saat hujan, kau tak membutuhkanku." TBC
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD