Bab 03. Maaf Sayang

1104 Words
Helena berjalan keluar dari dalam rumahnya, menatap pada kafe yang baru saja buka. Dirinya ingin membeli makanan. Dia tidak bisa memasak, karena persediaan bahan makanan di rumahnya sudah habis. Jadilah dia harus membeli makanan pagi ini sebelum dirinya berbelanja. Helena duduk di meja dekat sudut kafe, dan menatap ke arah luar. Cuaca hari ini lumayan cerah dan tidak mendung. Apalagi dia masih libur bekerja. “Hello, sayang. Kau makan di sini juga?” Helena menatap pada seorang pria yang mengambil duduk di depannya dengan senyuman manis yang ditampilkan oleh pria. Helena jengah dengan kehadiran pria ini. Kenapa harus dia lagi yang ditemui oleh dirinya? Tidak ada orang lainkah? “Kau mengikutiku sampai di sini?” tanyannya sinis. Justin tertawa kecil dan menggeleng. “Tidak. Aku memang ada keperluan di dekat sini. Dan kebetulan kita bertemu. Memang kita itu berjodoh sayang,” ucap Jusgtin mengedipkan sebelah matanya pada Helena. Helena tidak akan percaya. Mana ada secara kebetulan. Dia yakin sekali, kalau Justin sudah tahu alamat rumah Helena. Pria itu orang kaya yang memiliki segalanya, dan untuk mencari tahu tentang Helena adalah hal mudah. Nama Helena saja dia tahu apalagai alamat rumah Helena. “Aku tidak percaya. Jujur saja. Semenjak jam berapa kau di depan rumahku?” tanyanya ketus. Justin menyengir sambil mengaruk pelipisnya. Ternyata dia ketahuan. “Dari jam enam. Kenapa? Aku sudah bilang bukan, aku tak akan menyerah sebelum kau mau menikah denganku. Ayolah … kita menikah. Aku bukan lelaki bersengsek. Aku akan menjadi suami yang baik untukmu. Dan aku tentunya akan setia,” Justin menatap Helena dengan tatapan memohonnya. Dia sungguh ingin menikah dengan Helena. Helena menggeleng. “Tidak. Aku tidak mau menikah. Aku sudah bilang padamu, jangan menemui aku lagi! Aku mana mau menikah saat usiaku dua puluh tahun! Umurmu berapa?” tanya Helena. Justin meringis kalau sudah ditanya soal umur. “Tiga puluh tahun.” Jawab Justin, seperti p*****l yang menginginkan seorang gadis kecil. Tapi, perbedaan umurnya dengan Helena tidaklah terlalu jauh, hanya sepuluh tahun. Dan itu ideal untuk jarak umur mereka. Helena terkejut mendengarnya. Dia kira umur lelaki di depannya ini berkisar dua puluh enam atau dua puluh tujuh tahun. Namun sudah tiga puluh tahun ternyata. Orang kaya memang beda. Tidak kelihatan tuanya sama sekali. Karena mereka bisa perawatan kapan saja dan dimana saja. Dan untuk biaya mereka enteng membayarnya. “Kau sudah tua! Aku tidak mau. Aku maunya menikah dengan lelaki yang jarak umurnya denganku sekitar tiga atau empat tahun. Ini sepuluh tahun. Mengerikan!” ngediknya ngeri. Justin mendengar itu merasa terhina. Karena dibilang tua. Oke. Helena—gadis yang cantik ini tak mau menerima dirinya suka rela. Jangan salahkan dirinya akan bertindak agak kejam untuk mendapatkan Helena menjadi istrinya. Justin menatap kafe ini perlahan sudah mulai sepi. Dia sudah menyuruh pemilik kafe ini untuk menutup kafenya dan dia membayar lima puluh kali lipat dari penghasilan kafe ini satu hari. Hanya karena dia mau dua jam saja dengan Helena di sini. “Kau mengatakan aku tua?” tanya Justin datar. Helena mendengar nada datar Justin langsung menelan salivanya kasar. Dia tahu, kalau pria di depannya pasti tidak akan mudah tersenyujm atau tertawa seperti yang dilihatkan di depannya. Helena perlahan bangkit dari tempat duduknya dan akan keluar dari dalam kafe ini. Namun tangannya langsung ditarik oleh Justin. Pria itu memeluk dirinya dan mengusap rambutnya dengan lembut. “Kau mau kemana sayanh?” tanyanya serak. Helena semakin takut. Ini Justin yang sebenarnya, bukan yang ramah dan memberikan perhatian padanya. Helena takut. Meronta di dalam pelukan Justin dan ingin pergi dari hadapan pria itu. Justin perlahan mulai mengarahkan sapu tangannya ke hidung Helena. Dalam sekejap gadis itu langsung pingsan. Justin senang melihatnya. “Maaf sayang. Kau yang memaksa aku untuk berbuat seperti ini.” Justin sungguh meminta maaaf. Kalau saja Helena menerima dirinya langsung dan tidak menolak dirinya. Mungkin Justin tidak akan melakukan ini. Dia akan membawa Helena dalam keadaan baik-baik saja. “Bukakan pintu mobilnya!” perintah Justin datar pada bawahannya. Mereka mengangguk dan membukakan pintu mobil. Mata mereka melihat pada gadis yang digendong oleh tuan mereka. Gadis yang cantik dan kelihatannya masih sangat muda sekali. Sayang sekali, gadis itu harus terjebak dengan tuan mereka yang—psikopat. “Kita akan menikah sayang. Apa pun akan aku beri untukmu. Termasuk jantung orang yang menyakiti dirimu.” Kata Justin mencium kening Helena lembut. Dan menatap jalanan yang akan menuju ke rumahnya. Yang sebentar lagi akan menjadi rumah Helena juga. Justin keluar dari dalam mobil. Memasuki mansion-nya yang mewah dan megah. Justin membawa Helena ke dalam kamar utama dan membaringkan tubuh Helena di atas ranjang. Justin menatap wajah Helena yang terlelap begitu cantiknya. Ya Tuhan, dia ingin memiliki Helena seutuhnya sekarang juga. Tapi, dia harus sabar. Jangan gegabah. Nanti bukannya Helenan suka padanya, malah Helena semakin membenci dirinya. “Kau sangat cantik sayang. Aku ingin memiliki dirimu seutuhnya. Hanya untuk diriku seorang. Dan tidak untuk dibagi pada siapa pun. Maaf. Aku melakukan ini.” Justin mencium kening Helena lembut penuh kasih sayangnya. Justin beranjak dari dalam kamar. Dirinya harus mengurus beberapa pekerjaannya yang tertunda. Dan jangan lupakan, beberapa pegawainya yang membuat ulah. Bermain dengan Justin. Mereka akan menerima akibatnya telah bermain dengan Justin. Mereka akan merasakan neraka sesungguhnya. Dia bukan penjual organ manusia. Tapi, dirinya suka menyiksa para musuhnya, yang membuat ulah dengannya. “Kalian sudah menangkap mereka?” tanya Justin pada orang-orangnya. Semuanya mengangguk. Mereka sudah menangkap orang yang disuruh oleh tuan mereka. Dan mereka juga sudah membawa orang itu ke ruang bawah tanah. “Sudah Tuan. Dan semuanya sudah di ruang bawah tanah.” Justin mendengkus. “Bawa mereka pergi ke rumah eksekusi. Aku tidak mau mengotori mansionku.” Kata Justin diangguki oleh semuanya. Justin berjalan menuju ruang kerjanya, dan duduk di kursinya. Ah, dia ingin melihat seperti apa bagusnya desain undangan pernikahannya dengan Helena nantinya. Dia ingin pernikahan yang mewah, yang tentunya seluruh dunia tahu. Kalau Helena adalah istrinya. Dan menjadi pemilik hatinya.; “Ini bagus.” “Ini juga.” “Ini cocok sepertinya untuk Helena.” “Ini lucu.” “Ini harganya terlalu murah.” “Apakah harus menambah butiran emas di undangan itu?” tanyanya sendiri. Dia mau undangannya juga mahal dan tidak murahan. Karena gadis yang dinikahinya adalah gadis yang jual mahal dan tentunya sulit mendapatkannya. “Oke. Aku akan coba berbicara dengan orang yang membuat undangan ini. Aku mau yang terbaik!” Justin tertawa kecil, mengabaikan pekerjaan yang harus diperiksanya. Malah sekarang dirinya mulai memesan cincin dan juga satu set perhiasan yang harganya tak bisa dibilang murah. Sekitar dua ratus lima puluh ribu dollar. Dan ini baru hal kecil yang dilakukannya. Dan masih banyak hal lainnya laginya. Demi Helena apa pun akan dilakukan olehnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD