Bab 02. Red Roses

1311 Words
Justin menatap pada bunga mawar yang dibawa oleh dirinya, dia sengaja membawakan Helena bunga mawar karena yang dia tahu. Kalau paran perempuan di luaran sana sangat menyukai yang namanya bunga mawar. Makanya dia membeli bunga mawar ini. Justin menghirup bunga mawar itu dan tersenyum. “Kau sangat harum. Tapi, kau tidak seharum calon istri kecilku. Calon istriku tidak ada yang menandinginya dia yang harum. Seksi. Manis. Cantik. Dia itu sempurna. Justin masuk ke dalam mobilnya, dan melajukan mobilnya menuju tempat kerja Helena. Justin menghentikan mobilnya di pakiran salon, lalu menatap pada Helena yang berjalan keluar dari dalam salon. Gadis itu memakai pakaian biasanya. Justin mengerutkan keningnya. Bukankah ini masih jam kerja? Kenaap gadis itu malah berkeliaran di luar dengan memakai pakaian biasa. “Helena!” Justin memanggil gadis itu, dan berlari mengejar Helena. Helena namanya yang merasa dipanggil, langsung berbalik dan menatap pada pria kemarin yang mengajak dirinya tiba-tiba menikah, dan sekarang pria itu menggenggam tangannya. Helena segera menarik tangannya, dan berjalan agak mundur dari pria ini. Dia tidak terbiasa dengan orang yang mengejarnya dirinya seperti ini. “Ada apa Tuan? Kau mau berbicara ngawur lagi?” tanyanya tanpa minat. Dia ingin segera pulang ke rumahnya. Hari ini seluruh karyawan di salon sengaja dipulangkan lebih cepat. Atasan mereka sedang berulang tahun, dan berbaik hati memberikan libur untuk mereka beberapa hari ke depan. Helena harus memanfaatkan kesempatan ini sebaik mungkin. Justin mendengkus. “Aku mau mengajakmu makan siang baby.” Kata Justin menampilkan senyuman termanisnya. Helena yang mendengar itu menggeleng. Dirinya tidak akan mau pergi makan siang dengan lelaki yang tidak dikenal olehnya. Helena juga tidak mencari tahu tentang Justin di ponselnya. Yang bagi dirinya itu membuat waktunya terbuang sia-sia. “Aku tidak mau. Aku mau pulang. Kau pergilah. Jangan pernah mengganggu diriku lagi, aku tidak mau diganggu oleh dirimu. Aku tidak mengenalmu tuan!” ucap Helena kembali berjalan, namun tangannya dicekal oleh Justin. “Aku hanya ingin mengajak dirimu untuk makan siang. Aku mohon … terima ajakanku.” Pertama kali dalam kehidupan Justin memohon seperti ini. Dia yang selama ini dikenal sebagai lelaki yang beraura datar dan tidak tersentuh. Bahkan dirinya dengan mudahnya melenyapkan orang yang telah mencari masalah dengan dirinya. Namun berbeda dengan Helena sekarang. Dirinya terpaksa merendahkan dirinya pada gadis itu. Agar dirinya bisa mengambil hati Helena, dan menjadikan Helena pengantinnya. Helena yang menatap Justin memohon, dalam hatinya merasa iba. Dia tahu pria yang seperti Justin ini, adalah pria yang tidak pernah memohon pada orang lain. Helena mengangguk pelan, membuat Justin yang melihat itu tersenyum senang. Justin menarik tangan Helena untuk masuk ke dalam mobilnya. “Terima kasih, baby. Aku akan membawa dirimu ke restoran yang menyajikan makanan yang sangat enak tentunya.” Ucap Justin menghidupkan mobilnya, dan melajukan mobilnya menuju restoran yang menurutnya akan disukai oleh Helena tentunya. Helena yang mendengar itu hanya diam. Matanya menatap pada buket bunga yang berada di kursi belakang. Dirinya tidak mau terlalu percaya diri, dengan mengatakan kalau bunga untuk dirinya, bisa saja bunga itu untuk wanita lain. “Kita sudah sampai. Tunggu jangan keluar dulu!” Justin melarang Helena untuk keluar dulu. Justin mengambil bunga itu dan memberikannya pada Helena. Ini untuk dirimu sayang. Aku tidak tahu bunga apa yang disukai oleh dirimu. Karena yang aku tahu, perempuan kebanyakan menyukai mawar merah, maka aku membelikan dirimu mawar merah,” kata Justin, memberikan buket bunga itu pada Helena. Helena mengambil bunga itu dan mencium aromanya. Sangat harum. Walau dirinya tak terlalu menyukai bunga, tapi diberi oleh seorang pria membuat hatinya tersanjung. Karena selama ini, tidak ada pria yang memberikan dirinya bunga. “Terima kasih. Aku akan meletakkannya di sini,” Helena meletakkan bunga itu kembali di kursi belakang. Dia tidak mau bunga cantik ini rusak nantinya, kalau dirinya membawa bunga ini masuk ke dalam restoran. Justin yang melihat itu mengangguk, dan turun dari dalam mobil lebih dulu. Justin membuka pintu mobil untuk Helena. Dengan gugup Justin mengandeng tangan Helena masuk ke dalam restoran. Sial! Tangannya sangat halus sekali. Justin merasakan jantungnya berdebar kencang hanya karena menggenggam tangan Helena. Helena sudah berusaha untuk melepaskan tangannya dari tangan Justin. Namun tenaga pria itu sangatlah kuat. Helena duduk di depan Justin, dan menatap pada dalam restoran ini yang sangat besar dan mewah. Dirinya yakin, kalau harga makanan di dalam restoran ini pasti sangat mahal sekali. “Kau mau memesan apa sayang?” tanya Justin lembut. Helena merasa risih mendengar Justin memanggil dirinya dengan panggilan sayang. Dia tidak terbiasa dipanggil seperti itu. “Aku tidak tahu. Samakan saja dengan pesananmu. Dan—jangan panggil aku dengan panggilan itu. Aku tidak memiliki hubungan denganmu. Dan selamanya aku tak mau berhubungan denganmu.” Ujar Helena. Justin menggeleng. “No baby! Aku tetap akan memanggil dirimu dengan kata sayang. Kau itu kesayanganku. Dan selamanya menjadi kesayangku. Untuk kita belum memiliki hubungan. Marilah kita menikah, dan setelah menikah kita memiliki hubungan yang sangat erat sekali,” ucap Justin tersenyum. “Kau tidak mendengar apa yang aku katakan? Kalau aku tidak mau berhubungan denganmu! Aku senang dengan hidupku sekarang. Dan jangan ganggu! Setelah ini kau bisa pergi dan jangan menampakkan diri di depanku lagi!” ucapnya tak mau melihat wajah Justin lagi. “Kau mengusirku baby? Kau tidak bisa mengusirku! Aku akan terus berada di dekatmu. Kau akan menjadi istriku. Aku jamin itu sayang,” ucap Justin, mana mungkin dirinya menjauh dari Helena? Dia tidak bisa membayangkan hidupnya yang berjauhan dari Helena. Helena sudah merebut hatinya, dan membuat dirinya tidak tidur nyenyak lagi. Gadis itu harus bertanggung jawab bukan? Dengan menikah dengannya dan menjadi pendamping hidupnya untuk selamanya. Dia itu lelaki yang taka da kekurangan. Malah kelebihan yang banyak pada dirinya. “Jangan terlalu yakin Tuan. Kau tahu? Bukan hanya dirimu saja yang pernah melamar diriku. Banyak lelaki di luaran sana yang melamar diriku sebelum dirimu. Namun, aku menolaknya. Aku lebih suka hidup sendirian.” Katanya tak berbohong dengan banyak lelaki yang melamar. Lelaki yang melamar dirinya, dia akui juga tidak sekaya dan seteguh Justin untuk mengambil hatinya. Mereka hanya menawarkan pernikahan, setelah Helena menolak, mereka langsung saja menjauh dan tidak mengganggu Helena lagi. “Aku tidak peduli dengan penolakanmu pada lelaki lain. Yang aku pedulikan sekarang, bahwa perasaanku pada dirimu itu nyata. Dan tidak ada kata main-main. Kau memang harus menolak mereka semuanya, karena yang akan menjadi suamimu adalah aku. Bukan mereka!” ucap Justin tersenyum. Helena yang mendengarnya tertegun. Tidak ada lelaki yang akan serius ini pada dirinya. Bahkan semua lelaki itu ketika Helena menolak mereka. Mereka akan mengatai Helena tidak tahu diuntung, karena sudah menolak mereka. Dan juga menghina Helena, mengatakan Helena hanya gadis miskin yang sayangnya cantik tapi sombong. “Kau tidak akan pernah bersama diriku. Lebih baik kau cari wanita lain saja Tuan. Aku tidak bisa menikah denganmu. Aku sudah mengatakan bukan, aku suka hidup sendiri. Dan menjalani kehidupanku yang miskin ini.” ucapnya datar. “Hei! Kau tidak boleh berkata seperti itu. Kau bukan miskin! Kau hidup sederhana dan sudah mendapatkan pekerjaan yang gajinya lumayan untuk hidupmu. Aku tak mau calon istriku menghina dirinya. Kau sempurna sayang. Di mataku kau sangat sempurna,” katanya menatap pada mata Helena. Helena seolah terbuai dengan tatapan dan perkataan dari Justin. Dia tidak sadar Justin menggenggam tangannya dan mencium punggung tangannya. Helena tidak tahu kenapa, jantungnya serasa mau copot sekarang? Apakah dirinya memiliki riwayat penyakit jantung? Tapi, mana mungkin dirinya memiliki penyakit itu. “Selamat menikmati makanannya.” Helena tersadar dan menarik tangannya. Helena segera memakan makanannya dengan cepat, supaya dirinya cepat pulang dan tidak berduaan dengan Justin terus. Yang membuat kesehatan jantungnya tak baik. “Cepat selesaikan makanmu! Aku ingin segera pulang!” kata Helena diangguki oleh Justin. Dia memakan makanannya sambil melihat pada Helena. Dia lebih suka melihat Helena lama-lama dibanding dirinya menghabiskan makanannya ini. Menatap Helena saja sudah membuat dirinya kenyang, dan tidak perlu mengisi perutnya lagi dalam beberapa hati ke depan. Cinta itu memang buta ya. Tak makan saja sudah dibilang kenyang!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD